Malaria merupakan penyakit infeksi oleh parasit yang bernama plasmodium yang dapat menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina . Oleh karena nyamuk ini menyerang siapa saja tanpa pandang usia maka ia dapat menyerang siapa saja termasuk anak-anak sehingga bisa terkena malaria atau disebut juga "Malaria pada anak".
Indonesia merupakan daerah endemis malaria terutama daerah pesisir pantai. Oleh karena itu Penting juga mengetahui Siklus Hidup Plasmodium Penyebab Malaria agar bisa berupaya mencegah malaria dan memberantas malaria dengan tuntas.
Gejala dan Tanda Malaria Pada Anak-anak
Anak pada mulanya demam tinggi dan menggigil, letargis (lemas), nyeri kepala dan mual. Ikterik (sklera dan kulit kuning), Muntah, nyeri perut dan diare , mengantuk atau gelisah, anoreksia (tidak nafsu makan),
Pembesaran hati sering dijumpai pada anak. Pada serangan akut, pembesaran hati biasanya terjadi pada awal perjalanan penyakit (padaakhir minggu pertama) dan lebih sering terjadi daripada pembesaran limpa.
Hati biasanya lunak dan terus membesar sesuai dengan progresifitas penyakit, namun fungsinya jarang terganggu dibandingkan dengan orang dewasa. Ikterus (kuning) dapat dijumpai pada beberapa anak, terutama berhubungan dengan hemolisis. Kadar transaminase darah sedikit meningkat untuk waktu singkat.
Limpa yang membesar umumnya dapat diraba pada minggu kedua; pembesaran limpa progresif sesuai dengan perjalanan penyakit. Pada anak yang telah mengalami serangan berulang, limpa dapat sangat besar dengan konsistensi keras. Anemia merupakan akibat penting malaria tropika pada anak. Pada infeksi akut, beratnya anemia berhubungan langsung dengan derajat parasitemia.
Malaria ovale mempunyai gejala klinis lebih ringan daripada malaria tertiana. Pada hari terakhir masa inkubasi, anak menjadi gelisah, anoreksia sedangkan anak besar mengeluh nyeri kepala dan nausea. Demam periodik tiap 48 jam tetapi stadium dingin dan menggigil jarang dijumpai pada bayi dan balita. Selama periode demam, anak selalu merasa dingin dan menggigil dalam waktu singkat. Demam sering terjadi pada sore hari.
Pada anak jarang terjadi parasitemia berat, terdapat pada kurang dari 2%. Malaria tertiana dan ovale jarang disertai anemia berat. Hati pada umumnya membesar dan teraba pada akhir minggu pertama. Bilirubin total dapat meningkat tetapi jarang disertai ikterus, sedangkan kadar transaminase sedikit meningkat untuk waktu singkat. Limpa bertambah besar selama serangan dan dapat teraba pada minggu kedua. Kejang dapat terjadi pada saat demam tinggi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kematian pada anak sangat jarang terjadi, tetapi dapat terjadi bila disertai berbagai penyakit lain yang berat, gizi buruk, dan anemia berat.
Pada malaria tertiana dan ovale bentuk dormant (tertidur) dari parasit dapat tetap berada dalam hati dan dapat menyebabkan kekambuhan atau relaps. Relaps dapat terjadi pada kasus yang mendapat pengobatan hanya dengan obat skizontosida (pembunuh schizon) saja. Gambaran klinis malaria kuartana menyerupai malaria tertiana, hanya periode demam terjadi tiap 72 jam. Sindrom nefrotik dapat terjadi sebagai komplikasi malaria yang ditandai dengan pembengkakan atau edema berat, proteinuria berat yang menetap, hipoproteinemia berat dan asites. Serum albumin kurang dari 2g/dL bahkan pada 95% kurang dari l g/dL. Tekanan darah biasanya normal dan tidak jelas adanya azotemia dan hematuria. Sindroma nefrotik biasa ditemukan pada infeksi Plasmodium malariae. Plasmodium falciparum paling sering menyebabkan malaria berat yang menyerang otak (cerebral malaria).
Sekian dulu artikel tentang Malaria pada anak semoga bermanfaat.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.