Kandungan zat berbahaya pada rokok bisa memicu masalah kesehatan yang sangat mematikan. Meski efek negatifnya sudah diketahui secara luas, tak membuat jumlah penggunanya menurun. Saat ini, Indonesia menempati peringkat pertama jumlah pria dewasa perokok terbanyak di dunia.
Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat bahaya rokok tidak hanya mengancam penggunanya melainkan juga orang disekitar. Karena itulah pemerintah mengeluarkan sebuah aturan untuk mencantumkan gambar bahaya rokok di setiap kemasan serta iklan. Namun seberapa efektifkah cara tersebut dinilai mampu menurunkan jumlah perokok di Indonesia?
Latar Belakang Pemasangan Gambar Bahaya Merokok pada Bungkus Rokok
Jika Anda amati, gambar bahaya merokok yang tercantum dalam kemasannya terbilang sangat seram. Pemasangan gambar tersebut dinilai sangat efektif dan efisien untuk memperkenalkan bahaya merokok kepada masyarakat.
Selain itu biaya yang dikeluarkan juga lebih murah dibandingkan dengan membuat iklan sendiri. Penelitian menunjukkan efek menakutkan yang ditunjukkan oleh gambar bisa mendorong seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Tidak hanya gambar saja, keterangan mengenai jenis penyakit yang mematikan pun diberikan agar masyarakat mau menghindari kebiasaan merokok.
Saat ini sudah ada 40 negara yang mencantumkan gambar bahaya merokok pada kemasan rokok. Diawali dengan Kanada yang melakukan aksinya tersebut pada tahun 2001. Di Asia Tenggara, sudah ada 4 negara yang menerapkan cara tersebut.
Pencetusnya adalah Singapura yang mulai menggunakan gambar menyeramkan tersebut sejak tahun 2004. Sedangkan di Indonesia, aturan mencantumkan gambar bahaya merokok pada bungkus rokok, baru dilaksanakan pada tahun 2014.
Keefektifan Gambar Bahaya Merokok di Berbagai Negara
WHO menyebutkan bahwa pemakaian gambar berbahaya pada kemasan rokok memberikan dampak yang cukup potensial. Hasil penelitian yang dilakukan di Kanada oleh David Hammond menyebutkan dari 616 partisipan, seperlimanya mengalami pengurangan kebiasaan merokok. Sementara hanya 1% yang tak terpengaruh dan malah semakin giat merokok.
Respon yang diberikan pun sangat bervariasi mulai dari jijik dan ketakutan. Partisipan yang memberi respon negatif memiliki keinginan untuk mengurangi rokok, mencoba berhenti, dan juga berhenti total. Sementara yang memberikan respon positif dan kurang menunjukkan kesadaran akan bahaya rokok, tetap menunjukkan keinginan untuk terlibat dalam kegiatan berhenti merokok.
Keefektifan Gambar Bahaya Merokok di Indonesia
Semenjak gambar bahaya merokok diberlakukan, peringkat Indonesia masih berada di urutan pertama sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asia Tenggara.
Dari total jumlah penduduk, 51,1% merupakan perokok aktif. Sementara di Dunia, Indonesia menduduki posisi ke-4 berada di bawah China, Rusia, dan Amerika Serikat. Rata-rata konsumsi rokok mencapai 1.085 batang per kepala dalam setiap tahunnya.
Dengan adanya aturan mengenai gambar bahaya rokok, tidak memberikan dampak yang begitu signifikan. Diperkirakan pada tahun 2025, jumlah perokok aktif di Indonesia bisa mencapai 90 juta orang.
Gambar Bahaya Merokok Kurang Efektif
Grafis mengenai bahaya rokok dengan gambar yang mengerikan memiliki beberapa kelebihan. Pertama, bisa memotivasi perokok untuk berhenti. Kedua, mensugesti perokok tentang bahaya kesehatan yang ditimbulkan. Dan ketiga, gambar tersebut lebih menarik perhatian ketimbang peringatan yang hanya mencantumkan teks saja.
Gambar kanker mulut ganas, paru-paru yang membusuk, serta kondisi gigi dan gusi yang hancur nyatanya malah memberikan pesan manipulatif kepada masyarakat. Banyak yang mengira gambar tersebut hanya rekayasa dan tidak terjadi di dunia nyata.
Karena itulah untuk menurunkan jumlah perokok, pemerintah melakukan kebijakan lain seperti menaikkan pajak bea cukai serta larangan merokok di tempat umum. Dengan begitu konsumsi rokok akan menurun begitu pula dengan jumlah perokok di Indonesia.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.