Depresi adalah suatu kelainan pada kesehatan mental yang serius yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat dalam aktivitas. Kondisi ini memperngaruhi pola berpikir, perasaan hati, dan berperilaku, hingga dapat menyebabkan masalah emosional, fungsional, dan fisik. Meskipun depresi dapat terjadi kapan saja dalam hidup, gejalanya mungkin berbeda antara remaja dan dewasa.
Stroke sendiri merupakan salah satu penyakit yang sering ditemui di masa kini. Stroke sendiri dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Keduanya hampir memiliki kemiripan yang sama-sama merupakan kelainan pada pembuluh darah di otak.
Mengenai Depresi Setelah Stroke
Setelah stroke, kondisi ini sangat normal untuk merasa sedih atau khawatir. Tetapi jika Anda merasakan hal yang sama dalam kurun waktu lebih dari dua minggu, Anda mungkin mengalami depresi.
Anda mungkin kehilangan minat atau kesenangan pada hal-hal yang biasanya Anda nikmati. Anda mungkin kekurangan energi, sulit tidur, atau tidur lebih dari biasanya. Anda mungkin merasa sulit berkonsentrasi, menyelesaikan masalah, terlebih pada kondisi stroke yang dialami saat ini.
Merasa cemas adalah hal yang normal ketika kita merasa di bawah tekanan. Perasaan biasanya hilang ketika situasi stres berakhir. Jika perasaan cemas tidak hilang, atau jika Anda cemas tanpa alasan tertentu, Anda mungkin mengalami depresi terkait kondisi yang terjadi, seperti stroke.
Apa yang menyebabkan depresi setelah stroke?
Depresi adalah komplikasi umum dan serius setelah stroke. Menurut penelitian epidemiologis, hampir 30% pasien stroke mengalami depresi, baik pada tahap awal atau tahap akhir setelah stroke.
Meskipun depresi dapat memengaruhi pemulihan fungsional dan kualitas hidup setelah stroke, kondisi seperti ini sering diabaikan. Faktanya, hanya sebagian kecil pasien yang didiagnosis dan bahkan lebih sedikit yang dirawat dalam praktik klinis umum yang berkaitan dengan depresi. Adanya keterkaitan stroke dengan depresi diantaranya:
- Mengalami stroke dapat menyebabkan hilangnya hubungan, kemandirian, pekerjaan dan penghasilan, mobilitas, dan fleksibilitas. Kerugian ini adalah faktor risiko untuk mengembangkan kecemasan dan depresi.
- Stroke berdampak pada pengasuh, anggota keluarga dan teman-teman yang juga dapat berisiko mengalami kecemasan dan depresi.
- Kecemasan dan depresi sering kali tidak dikenali dan tidak terdiagnosis pada orang yang mengalami stroke karena kondisi tersebut memiliki banyak gejala yang sama, seperti masalah dengan ingatan, kesulitan mengendalikan emosi, kelelahan dan mood.
- Kecemasan dan depresi dapat menyulitkan orang untuk mengelola perawatan untuk stroke mereka secara efektif. Seseorang dengan masalah kesehatan mental yang tidak diobati dapat mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, tetap termotivasi, menepati janji dan tetap berpegang pada rencana perawatan, termasuk obat-obatan.
Bagaimana cara mengatasi depresi setelah stroke?
Hal yang penting adalah menemukan terapi dan tenaga kesehatan yang profesional. Berbagai jenis kecemasan dan depresi memerlukan jenis perawatan yang berbeda. Ini mungkin terkait latihan rehabilitasi jika memungkinkan dan perubahan gaya hidup untuk mencegah dan mengobati kecemasan ringan atau depresi, hingga perawatan psikologis dan medis untuk kondisi yang lebih parah.
Seringkali, kombinasi perawatan yang paling berguna dan perawatan akan tergantung pada tingkat keparahan kecemasan atau depresi dan stroke. Mendapatkan pengobatan terbaik untuk stroke dan kegelisahan dan depresi perlu melibatkan pendekatan terkoordinasi yang memantau baik gejala stroke dan kecemasan atau depresi, termasuk menggunakan rencana manajemen pemulihan stroke.
Terapi psikologis merupakan salah satu terapi yang tepat dalam penanganan depresi setelah stroke. Beberapa jenis penanganan dapat berupa:
Terapi kognitif (CBT)
Ini adalah salah satu jenis pengobatan yang efektif untuk orang dengan kecemasan dan depresi. Terapi Ini mengajarkan orang untuk mengevaluasi pemikiran mereka tentang kesulitan umum, membantu mereka untuk mengubah kesulitan hidup terkait rasa cemas, pola pikir dan cara mereka bereaksi terhadap situasi tertentu.
Terapi interpersonal (IPT)
Terapi ini juga efektif untuk mengobati depresi dan beberapa jenis kecemasan. Ini membantu orang menemukan cara baru untuk bergaul dengan orang lain dan untuk menyelesaikan kehilangan, perubahan, dan konflik dalam hubungan.
Obat antidepresan
Selain terapi psikologis, obat-obatan juga dapat berperan dalam pengobatan depresi sedang hingga berat dan beberapa kondisi kecemasan. Membuat keputusan tentang antidepresan mana yang terbaik untuk seseorang bisa menjadi rumit. Keputusan akan dibuat berdasarkan konsultasi dengan dokter, setelah penilaian dan pertimbangan yang cermat.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.