Kelahiran Prematur merupakan masalah kesehatan global yang menjadi penyebab utama kematian bayi berusia kurang dari lima tahun. World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta bayi lahir prematur setiap tahunnya dan lebih dari 1 juta bayi meninggal akibat komplikasi terkait dengan kelahiran prematur.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, Indonesia menempati urutan kelima tertinggi di dunia dengan jumlah kelahiran bayi prematur sekitar 675.700 per tahun.
Salah satu upaya pencegahan kematian bayi prematur adalah melalui pemberian nutrisi yang adekuat. Pemberian nutrisi optimal pada 1000 hari pertama kehidupan merupakan kunci agar bayi dengan kelahiran prematur dapat mencapai tumbuh kembang secara optimal.
Bayi prematur memiliki kebutuhan nutrien yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan. Hal ini disebabkan bayi prematur kehilangan masa-masa pertumbuhan krusial pada usia gestasi 24 sampai 40 minggu.
Oleh karena itu dengan memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan secara adekuat, dapat membantu bayi-bayi yang lahir secara prematur untuk dapat mencapai angka pertumbuhan yang optimal.
Berikut merupakan ringkasan mengenai asupan nutrisi bagi bayi prematur menurut konsensus asuhan nutrisi bayi prematur IDAI tahun 2006 :
Kebutuhan Cairan
- Pada tahap awal kehidupan, bayi prematur membutuhkan resusitasi cairan melalui infus. Namun pemberian cairan perlu dilakukan secara hati-hati agar tetap dapat memenuhi kebutuhan fisiologis sekaligus tetap memberi dampak positif pada fungsi jantung dan saluran pencernaan.
- Resusitasi cairan melalui infus
- BB <1500 gram: mulai dengan 80-90 mL/kgBB/hari naik bertahap 10-20 mL/kgBB/hari pada hari berikutnya sampai jumlah maksimum 160-180 mL/kgBB/hari.
- BB >1500 gram: mulai dengan 60-80 mL/kgBB/hari naik bertahap 10-20 mL/kgBB/hari pada hari berikutnya sampai jumlah maksimum 140-160 mL/kgBB/hari.
- Pemberian cairan melalui oral (diminum): 135-200 mL/KgBB/hari.
Kebutuhan Energi
Jumlah kebutuhan kalori harus dapat memenuhi kebutuhan basal metabolic rate (BMR) yaitu 50 kkal/ kgBB/hari. Pemberian meningkat bertahap 25-30 kkal/ kgBB/ hari sampai tercapai kecukupan kalori selama pemberian nutrisi parenteral total (NPT) yaitu 90-100 kkal/kgBB/hari.
Kebutuhan Karbohidrat
Pemberian glukosa dimulai dalam 24 jam pertama pasca lahir sesuai dengan kebutuhan selama di dalam kandungan, dimulai dengan dosis 6-8 mg/kgBB/ menit, ditingkatkan bertahap 1-2 mg/kgBB/menit hingga dosis maksimal 12-13 mg/kgBB/ menit. Pertahankan kadar gula darah 50-120 mg/dL.
Protein
Pemberian protein dimulai dalam 24 jam pertama pasca lahir dengan asupan 1,5 g/kgBB/hari, ditingkatkan 0,5-1 g/kgBB/hari. Dosis maksimal protein pada minggu pertama untuk bayi dengan berat lahir ≥1000 gram dapat mencapai 3,5-4,0 g/kgBB/hari, sedangkan pada bayi dengan berat lahir <1000 gram dapat mencapai 4-4,5 g/kgBB/hari.
Lipid
Jumlah kebutuhan lemak untuk bayi prematur mencakup 20% dari total asupan harian.
Elektrolit
- Kebutuhan Natrium (Na) bervariasi pada minggu pertama sebesar 0-3 mEq/kgBB/hari.
- Kebutuhan Kalsium (Ca2+) : 120-140 mg/kgBB/hari −
- Kebutuhan Fosfat (P) : 60-90 mg/kgBB/hari −
- Kebutuhan Magnesium (Mg) : 8-15 mg/kgBB/hari
Pemberian Trace Elements:
- Pemberian suplementasi besi untuk BBLSR (Bayi dengan berat lahir sangat rendah) yang mendapat ASI sebanyak 2 mg/kgBB/hari, dimulai pada usia 2 minggu bila bayi telah memasuki fase pertumbuhan hingga usia 12 bulan.
- Intake zinc secara enteral sebesar 1,4-2,5 mg/kg/hari
Pemberian Vitamin
Vitamin A
Suplementasi vitamin A, dinilai dapat menurunkan angka kematian, kebutuhan oksigen pada 1 bulan, serta kebutuhan oksigen pada usia 36 minggu masa gestasi.
Vitamin D
American Academy of Pediatrics merekomendasikan pada bayi yang mendapat ASI eksklusif atau parsial untuk mendapat vitamin D sebanyak 400 IU/ hari selama minimal satu tahun pertama kehidupan.
Vitamin E
American Academy of Pediatrics merekomendasikan diet pada bayi prematur sebaiknya mengandung minimal 1 IU vitamin E/gram asam linoleat, setara ±0.6 mg d-∞-tocopherol/gram polyunsaturated fatty acids (PUFA).
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.