Scleroderma atau sklerosis sistemik adalah penyakit jaringan ikat kronis yang muncul dengan gejala terjadinya penebalan kulit hingga terjadinya gangguan organ dalam tubuh. Scleroderma sendiri termasuk ke dalam penyakit rematik autoimun yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi penebalan tersebut mungkin terjadi karena sistem imun tubuh seseorang menyerang sejumlah jaringan ikat sehingga mengakibatkan terjadinya penebalan kulit tersebut.
Tidak hanya pada kulit, tetapi scleroderma juga terjadi pada organ dalam tubuh seperti pada ginjal atau paru-paru, dan bahkan bisa juga menyerang pembuluh darah yang berakibat pada meningkatnya tekanan darah (hipertensi).
Baca juga: Jenis dan Gejala Penyakit Autoimun
2 Jenis Scleroderma
Ada dua jenis scleroderma berdasarkan lokasi terjadinya penebalan, yaitu localized scleroderma dan systemic sclerosis.
- Localized scleroderma cenderung dialami oleh anak-anak. Gejala ini dimulai dengan munculnya bercak atau ruam tebal pada kulit. Ada dua bentuk bercak, yaitu oval dan linear. Bentuk oval bisa muncul di mana saja namun bisa sembuh seiring berjalannya waktu jika diderita oleh anak-anak. Tetapi bercak linear biasanya muncul pada lengan, kepala, wajah atau kaki. Penebalan kulit ini bisa berakibat pada kondisi otot dan tulang yang berada di bawahnya. Jika ini menyerang anak-anak, maka akan terjadi gangguan pertumbuhan.
- Systemic sclerosis adalah scleroderma yang juga menyerang organ dalam tubuh. Umumnya diderita oleh kaum wanita dalam rentang usia 30-50 tahun. Sclerosis yang ringan hanya akan menyerang bagian kulit saja namun hal ini cukup membuat rasa tidak nyaman karena rasa panas yang timbul serta kulit yang menjadi pucat. Kondisi sclerosis yang berat adalah kondisi yang menyerang organ dalam bahkan perubahan kulit bisa terjadi hampir di seluruh bagian tubuh. Muncul juga rasa nyeri, kaku, kelelahan sampai berat badan yang menurun.
Penyebab Terjadinya Scleroderma
Penyebab pasti penyakit scleroderma masih belum bisa diketahui namun diperkirakan karena sistem imunitas tubuh yang terlalu hiperaktif sehingga menyerang bagian tubuh yang normal. Selain itu, jika seseorang memiliki anggota keluarga yang juga mengalami scleroderma, maka keturunannya kemungkinan akan mengalami hal serupa.
Untuk memastikan apakah Anda memiliki kecenderungan penyakit ini atau tidak, bisa dilakukan sejumlah tes untuk mendeteksinya. Anda bisa memeriksakan diri ke dokter yang kemudian akan melakukan cek awal seperti CT Scan, tes fungsi paru, biopsi, cek darah, dan EKG.
Penanganan Kasus Scleroderma
Dikarenakan belum ditemukan adanya obat untuk penyakit scleroderma, maka dokter hanya bisa memberikan penanganan untuk mengendalikan pertumbuhan scleroderma. Dokter akan memberikan sejumlah obat pencegah di antaranya adalah obat penekan sistem imun, obat bantu pernapasan, obat pengontrol hipertensi, obat asam lambung, sejumlah salep, serta obat pereda rasa nyeri. Obat tersebut termasuk obat kortikosteroid, imunospresan, dan obat antiinflamasi nonsteroid.
Selain obat, dokter juga akan menyarankan pasien untuk melakukan serangkaian terapi. Terapi ini dimaksudkan agar pasien bisa bergerak lebih bebas, mengurangi rasa nyeri serta membantu pasien untuk bisa hidup mandiri walaupun pergerakan tubuhnya terbatas.
Adapun sejumlah dampak buruk yang terjadi bila kondisi pasien menurun adalah tekanan darah tinggi, gagal jantung, disfungsi seksual, gagal ginjal serta luka yang kadang dalam kondisi tertentumemaksa dokter harus melakukan amputasi. Sejauh ini belum ada metode pencegahan yang efektif seperti diet pada makanan tertentu guna menurunkan tingkat resiko scleroderma. Tetapi kebiasaan sehat sangat diperlukan untuk mendorong kondisi lebih baik, seperti aktif secara fisik, menghindari makanan penyebab sakit perut, dan menghindari kebiasaan merokok.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.