Munculnya kabut asap menandakan tingkat polusi udara yang semakin tinggi. Menghirup asap kendaraan bermotor saja sudah membuat sesak, apalagi jika kita menghirup kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan, seperti yang terjadi di sekitar Kota Balikpapan, Riau, dan Jambi belakangan ini.
Dampak kabut asap tidak hanya sekadar menyebabkan iritasi mata, tapi juga bisa memicu infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Lalu, bagaimana caranya supaya tubuh tetap fit saat dikelilingi kabut asap? Berikut ulasan lengkapnya.
Cara menjaga kesehatan saat dikepung kabut asap
Sama halnya dengan polusi udara, kabut asap juga mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh. Mulai dari karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2), sulfur oksida (SO2), hingga senyawa organik votil dan ozon.
Ketika terhirup, partikel-partikel berbahaya tadi dapat masuk ke aliran darah dan menyebabkan sejumlah masalah. Tak hanya sesak napas, kandungan asap juga dapat memicu iritasi tenggorokan, sakit mata, gatal pada kulit, hingga peradangan pada jantung.
Baca Selengkapnya: 7 Akibat Menghirup Kabut Asap yang Penting Diketahui
Supaya itu terjadi, berikut berbagai cara menjaga kesehatan saat dikelilingi kabut asap, antara lain:
1. Pakai masker
Kandungan asap yang terlalu tinggi di udara akan membuat Anda sulit bernapas. Jika terus-menerus terhirup, hal ini dapat memicu berbagai gangguan pernapasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Bahkan, zat karsinogen yang terkandung dalam asap juga dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Untuk mencegahnya, sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah bila tidak ada keperluan mendesak. Kalaupun terpaksa harus ke luar rumah, selalu gunakan masker N95 atau masker anti polusi lainnya untuk melindungi diri Anda dari paparan asap.
Baca Juga: Polusi Jakarta Memburuk, Harus Pakai Masker Anti Polusi yang Mana?
2. Perbanyak minum air putih
Ketika cuaca sedang panas, ditambah dengan kabut asap yang kian menebal, Anda perlu mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Pastikan tubuh Anda tetap terhidrasi dengan baik agar tetap fit setiap saat.
Selain mencegah dehidrasi, air putih juga dapat membantu membilas racun-racun dalam tubuh yang berasal dari kabut asap. Minum perasan air lemon, air jahe, air kelapa, atau jus buah segar juga memberikan efek serupa.
3. Pilih olahraga yang tepat
Hindari berolahraga di luar rumah ketika kabut asap masih terlalu pekat. Alih-alih menyehatkan, olahraga di luar ruangan justru bisa membuat zat toksik masuk lebih jauh ke dalam paru-paru.
Namun jangan khawatir, masih ada banyak pilihan olahraga yang bisa Anda lakukan di dalam rumah, kok. Lompat tali (skipping), naik-turun tangga, hingga push-up atau planking adalah beberapa jenis olahraga sederhana yang cocok dilakukan di rumah. Bahkan hanya dengan beres-beres rumah pun sudah termasuk olahraga, lho!
4. Konsumsi makanan bergizi
Untuk menjaga kesehatan dari bahaya kabut asap, pastikan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi setiap harinya. Terutama dengan memperbanyak asupan vitamin C, magnesium, dan asam lemak omega.
Ketiga nutrisi tersebut mengandung kaya antioksidan, sejenis pelindung alami yang mampu menangkal radikal bebas. Ini juga penting untuk meningkatkan sistem imun tubuh di tengah kepungan asap.
5. Perhatikan gejala penyakit
Meski sudah berusaha menjaga kesehatan tubuh sebaik-baiknya, tetap perhatikan gejala-gejala penyakit yang mungkin muncul. Sebab, hanya Anda sendirilah yang mampu mengenali perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh.
Jika Anda atau keluarga mulai sering sesak napas, selalu siap sedia inhaler atau nebulizer di dalam tas. Begitu juga bila kulit terasa gatal dan menunjukkan gejala alergi, segera minum obat alergi atau oleskan salep alergi guna meringankan gejalanya.
Tiap kali tubuh mulai terasa kurang fit dan sampai mengganggu aktivitas, segera periksakan diri ke dokter. Dokter akan membantu meresepkan obat sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.
Baca Selengkapnya: Tips Detox Tubuh Akibat Pencemaran Udara
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.