Optimisme penanganan pandemi COVID-19 belum menurun. Tak hanya menggencarkan program vaksinasi yang dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan dengan ketat, kini terdengar keberadaan antivirirus yang diklaim mampu mengobati COVID-19. Antivirus yang digadang-gadangkan tersebut adalah molnupiravir.
Pada dasarnya, molnupiravir adalah obat antivirus oral yang dikembangkan sebagai obat flu oleh Univeritas Emory Amerika Serikat. Dalam tahap selanjutnya, obat tersebut dikembangkan bersama dengan Merck dan Ridgeback Biotherapeutics.
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik
Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Lewat laman resminya, Merck mengeklaim bahwa penggunaan molnupiravir dapat menekan risiko rawat inap dan kematian pada pasien COVID-19 usia dewasa bergejala ringan hingga sedang. Beberapa studi praklinis memaparkan bahwa aktivitas antivirus dalam molnupiravir dapat melawan beberapa virus corona, termasuk SARS-Cov-2, penyebab Covid-19.
Meski demikian, penggunaan molnupiravir belum dapat direalisasikan secara massal karena hingga tulisan ini diterbitkan--per 13 Oktober 2021--molnupiravir masih dalam tahap III uji klinis FDA.
Bagaimana cara kerja dan keamanan molnupiravir?
Molnupiravir bekerja dengan mengganggu proses replikasi virus. Inilah yang membuat diklaim ampuh menghambat perkembangbiakan virus penyebab COVID-19.
Dalam penelitian yang dimuat dalam jurnal Antimicrobial Agents and Chemotherapy, molnupiravir dapat ditoleransi oleh tubuh dengan baik. Artinya, efek samping yang muncul lebih sedikit dan ringan ketika mengonsumsi obat ini. Selain itu, molnupiravir dapat diserap oleh tubuh dengan baik dan hanya sedikit dipengaruhi oleh asupan makanan.
Berbekal hasil penelitian yang meyakinkan, Merck dan Ridgeback Biotherapeutics optimistis bahwa molnupiravir dapat menjadi obat yang efektif memerangi pandemi COVID-19. Merck dan Ridgeback Biotherapeutics berencana untuk mengajukan izin penggunaan darurat alias emergency use authorization (EUA) ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) agar mendapat izin edar di seluruh dunia.
Meski demikian, karena masih dalam tahap uji klinis, molnupiravir belum dapat ditemukan di Indonesia dan bahkan negara-negara lain.
Maksimalkan program vaksinasi dan protokol kesehatan
Karena hingga ini belum ada obat yang benar-benar dapat diklaim sebagai obat COVID-19, pencegahan adalah langkah yang paling tepat. Selain menyegerakan vaksinasi, kita juga tidak boleh mengendurkan penerapan protokol kesehatan; mulai dari menggunakan masker dengan benar, rajin mencuci tangan dengan benar, hingga tetap menjaga jarak.
Jangan lupa bahwa potenti terpapar virus corona tetap ada meski kita sudah menerima vaksin COVID-19. Akan tetapi, setidaknya, vaksinasi bisa membantu mencegah timbulnya gejala berat dan menurunkan risiko keparahan penyakit akibat virus corona.
Menjaga pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan dan minuman bergizi, beristirahat cukup, serta mengonsumsi vitamin dan mineral secukupnya juga tak kalah penting. Jadi, tetap maksimalkan perlindungan tubuhmu agar pandemi COVID-19 benar-benar usai.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.