Abacavir adalah obat anti retroviral yang digunakan dalam pengobatan sistemik infeksi virus, terutama untuk mencegah dan mengobati HIV / AIDS. Obat ini termasuk antivirus golongan nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTIs).
Di dalam tubuh, obat ini diubah menjadi bentuk aktifnya, yaitu carbovir trifosfat intraselular. Bentuk aktif ini akan menghambat secara kompetitif enzim reverse transcriptase dari retrovirus sehingga menghambat proses replikasi virus.
Obat ini digunakan secara oral dalam kombinasi dengan antiretroviral lain, misalnya abacavir + lamivudin, atau abacavir + lamivudin + zidovudine.
golongan
Harus dengan resep dokter
Indikasi
Kegunaan abacavir adalah untuk hal-hal berikut :
- Obat ini berguna untuk infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV-1), dengan cara dikombinasikan dengan anti retroviral lain,
Kontraindikasi
- Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap abacavir.
- jangan digunakan untuk bayi usia < 3 bulan.
- Tidak boleh digunakan untuk pasien yang memiliki HLA-B*5701, memiliki riwayat hipersensitif, dan menderita kerusakan hati sedang atau berat.
Efek Samping abacavir
Berikut adalah beberapa efek samping abacavir yang mungkin terjadi :
- Efek samping yang umum adalah gangguan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, nyeri lambung, flatulen, dan diare.
- Reaksi hipersensitif bisa terjadi pada beberapa pasien. Beberapa gejalanya yang umum misalnya : demam, malaise, mual, diare, dan ruam kulit.
- Reaksi hipersensitif yang lebih fatal bisa terjadi, misalnya kegagalan multi organ dan syok anafilaksis. Hal ini biasanya lebih banyak terjadi pada 6 minggu pertama penggunaan obat.
- Efek samping lain yang harus diwaspadai adalah terjadinya asidosis laktat dan hepatomegali berat dengan steatosis, sindrom pemulihan kekebalan, redistribusi lemak, bahkan infark miokardial.
Penggunaan obat abacavir untuk ibu hamil
FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan abacavir kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.
Fakta bahwa obat ini telah mengakibatkan efek buruk pada janin hewan, harus menjadi perhatian serius jika ingin menggunakan obat ini selama masa hamil.
perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan obat ini, adalah sebagai berikut :
- Pasien yang menderita gangguan hati sedang atau berat dikontraindikasikan menggunakan obat ini. Pasien yang menderita gangguan hati ringan, lakukan penurunan dosis .
- hentikan penggunaan obat ini jika ditemukan gejala asidosis laktat.
- Untuk menghindari resiko penularan postnatal infeksi HIV-1, ibu yang menggunakan abacavir sebaiknya tidak menyusui.
- Obat-obat golongan nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTIs) harus digunakan secara hati-hati pada pasien hepatitis B dan C kronis, pasien gangguan ginjal, dan saat hamil.
interaksi obat
Berikut adalah interaksi dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan :
- Meningkatkan klirens metadon, sehingga mengurangi efektivitasnya. Pada beberapa pasien peningkatan dosis metadon mungkin dibutuhkan.
Dosis abacavir
Abacavir harus digunakan dalam kombinasi dengan obat lain. Berikut adalah dosis abacavir yang lazim digunakan :
- Dosis lazim dewasa untuk infeksi HIV-1
oral, 2 x sehari 300 mg atau 1 x sehari 600 mg.
- Dosis lazim dewasa untuk occupational atau nonoccupational exposure
oral, 2 x sehari 300 atau 1 x sehari 600 mg. Lama pengobatan 28 hari.
- Dosis lazim pediatric untuk infeksi HIV-1
anak usia > 3 bulan : larutan oral, 2 x sehari 8 mg / kg BB atau 1 x sehari 16 mg / kg BB. maksimum 600 mg/hari.
anak berat badan 14-20 kg : oral, 2 x sehari 150 mg atau 1 x sehari 300 mg.
anak berat badan ≥ 25 kg : oral, 2 x sehari 300 mg atau 1 x sehari 600 mg.
Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih besar daripada risiko yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu, penggunaan obat Abacavir harus sesuai dengan yang dianjurkan.