Pada tahun 1884, seorang dokter dan Denmark, Hans Christian Gram, mengembangkan teknik untuk membedakan jenis bakteri berdasarkan ketebalan lapisan pada dinding sel suatu bakteri dengan sistem pewarnaan.
Bakteri diwarnai dengan zat warna violet dan yodium, kemudian dibilas (dicuci) dengan alkohol, dan diwarnai sekali lagi dengan zat warna merah. Bila bakteri menunjukkan warna ungu, maka dikelompokkan pada jenis bakteri Gram positif, dan bila bakteri menunjukkan warna merah maka dikelompokkan pada jenis bakteri Gram negatif. Namun, ada pula bakteri yang pada usia tertentu berubah dari Gram positif menjadi Gram negatif, yang disebut Gram variabel.
Penemuan dokter Hans Christian Gram ini sangat berguna bagi kehidupan manusia di masa depan. Mungkin Anda mengetahui bahwa saat seseorang mengalami infeksi, maka mereka membutuhkan antibiotik untuk menyembuhkan infeksi.
Tetapi apakah Anda pernah berpikir bahwa ada banyak sekali jenis bakteri dan antibiotik? Untuk mengetahui pemberian antibiotik yang tepat maka pembagian gram positif dan negatif ini sangat berguna untuk membantu kita untuk memilih jenis antibiotik yang tepat.
Salah satu Antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang termasuk ke dalam kelompok bakteri gram negatif adalah obat antibiotik golongan aminoglikosida. Untuk lebih jelas mengenai obat golongan aminoglikosida, mari disimak informasi pada artikel ini.
Apa itu antibiotik golongan Aminoglikosida?
Aminoglikosida adalah golongan antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang berkembang biak dengan cepat atau sulit diobati.
Aminoglikosida disebut antibiotik bakterisida karena sifatnya yang membunuh bakteri secara langsung. Golongan obat Aminoglikosida ini bekerja dengan menghentikan bakteri dari memproduksi protein yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup mereka.
Karena antibiotik golongan aminoglikosida biasanya digunakan untuk mengobati infeksi serius, mereka biasanya diberikan melalui pembuluh darah (injeksi). Namun, beberapa aminoglikosida dapat digunakan sebagai obat telinga atau tetes mata.
Golongan ini meliputi amikasin, gentamisin, neomisin, netilmisin, streptomisin dan tobramisin. Semua aminoglikosida bersifat bakterisidal dan terutama aktif terhadap kuman bakteri gram negatif. Amikasin, gentamisin dan tobramisin juga aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif terhadap Mycobacterium tuberculosis dan penggunaan-nya sekarang sebagai cadangan untuk tuberkulosis.
Berikut adalah contoh aminoglikosida yang sering ditemukan di pasaran meliputi:
- Gentamicin
- Amikacin Tobramycin
- Gentak dan Genoptic
- Kanamycin
- Streptomisin
- Neo-Fradin
- Neomycin
Obat golongan ini tidak dapat diserap dengan baik oleh usus. Oleh karena itu pemberian antibiotik ini dilakukan secara injeksi intravena dan intamuskular. Pemberian secara topikal juga lazim misalnya salep gentamicin. Tobramycin juga bisa diberikan dalam bentuk sediaan nebulasi.
Efek Samping obat Aminoglikosida
Sebagian besar efek samping antibiotik golongan ini tergantung dari dosis, oleh karena itu dosis perlu diperhatikan dengan seksama dan pemberian obat sebaiknya tidak lebih dari 7 hari. Efek samping utamanya ototoksisitas dan nefrotoksisitas yang biasa terjadi pada lansia atau pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
Aminoglikosida adalah antibiotik yang sangat kuat, dan bisa menimbulkan efek samping yang parah. Badan pengawasan Makanan dan Obat di Amerika Serikat (FDA) telah mengeluarkan peringatan black-box untuk aminoglikosida yang digunakan secara oral (diminum) atau intravena (obat injeksi), efek samping yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
- Kerusakan pada struktur pendengaran di telinga, menyebabkan gangguan pendengaran
- Kerusakan telinga bagian dalam, mengakibatkan kesulitan menjaga keseimbangan
- Kerusakan ginjal (ditandai oleh adanya protein dalam urin, dehidrasi, dan kadar magnesium dalam darah yang rendah)
- Paralisis otot skeletal (kelumpuhan)
Meskipun efek samping dan tingkat keparahannya dapat bervariasi dari orang ke orang, semakin tinggi dosis aminoglikosida yang Anda gunakan, atau semakin lama durasi penggunaannya, semakin besar risiko efek samping Anda.
Interaksi obat Aminoglikosida
Jangan menggunakan obat golongan Aminoglikosida jika Anda sedang dalam pengobatan :
- Theracrys (vaksin BCG)
- Vistide (obat antivirus)
- Zanosar obat kemoterapi
Konsultasikan dengan dokter Anda tentang penggunaan Aminoglikosida jika Anda sedang mengonsumsi "pil air" yang dikenal sebagai loop diuretik, seperti Lasix (furosemide) atau Demadex (torsemide).
Bicarakan dengan dokter Anda tentang Aminoglikosida jika Anda akan menjalani operasi. Obat-obatan tertentu yang disebut obat penghambat neuromuskular, sering digunakan untuk mencegah pasien banyak bergerak selama operasi, meningkatkan beberapa efek samping aminoglikosida.
Perhatian
Hindari penggunaan Aminoglikosida jika Anda memiliki riwayat dalam menggunakan salah satu obat yang disebutkan di atas. Atau Anda memiliki riwayat alergi terhadap bahan tidak aktif yang mungkin terkandung di dalam obat-obatan ini.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Anda dan perlu Anda tanyakan kepada dokter Anda tentang penggunaan aminoglikosida jika Anda:
- Apakah alergi terhadap sulfit (sering ditemukan pada anggur tertentu dan buah-buahan kering)
- Punya masalah ginjal atau pendengaran, termasuk masalah keseimbangan dan gerakan mata yang tak terkendali
- Memiliki gangguan yang mempengaruhi saraf dan otot, seperti multiple sclerosis atau myasthenia gravis.
- Apakah Anda berusia 65 tahun atau lebih tua
- Anda baru melahirkan yang mungkin dirawat karena infeksi serius menggunakan pengobatan aminoglikosida
- Beberapa antibiotik golongan ini seperti Gentamisin tergolong ke dalam katergori D yang berbahaya bagi janin di dalam kandungan.