Batuk sebenarnya adalah sebuah mekanisme alami pertahanan tubuh yang sebagian besar kasusnya akan hilang dengan sendirinya. Hanya sebagian kecil yang benar-benar membutuhkan obat. Jika Anda membutuhkan obat batuk, harus disesuaikan dengan jenis, penyebab, termasuk faktor individu penderita itu sendiri (misalnya usia dan kondisi medis terkait). (Baca juga Apa itu Batuk : Jenis, Penyebab, Dan Cara Mengobati).
Mengetahui jenis dan penyebab batuk akan sangat membantu untuk memilih obat batuk yang sesuai. Batuk yang disebabkan oleh infeksi dan yang disebabkan oleh alergi membutuhkan obat yang berbeda.
Jenis batuk juga berbeda-beda tergantung durasi, karakter, kualitas, dan waktu terjadinya. Terkait durasi, disebut akut bila onset mendadak dan jika terjadi kurang dari tiga minggu. Sub akut jika terjadi antara tiga atau delapan minggu, dan kronis bila berlangsung lebih lama dari delapan minggu. (Baca juga batuk kronis).
Sering juga dibedakan menjadi batuk kering (tidak produktif) atau batuk berdahak (produktif). Terkait waktu, bisa terjadi hanya pada malam hari saja, pada siang dan malam, atau pada siang hari saja. Setiap jenis batuk ini membutuhkan obat yang berbeda sesuai gejalanya.
Baca juga :
- Cara Mengobati Batuk Berdahak
Jenis-Jenis Obat Batuk
Terdapat banyak sekali merk obat batuk yang beredar di pasaran. Berdasarkan cara kerjanya bisa digolongkan menjadi 4, yaitu :
1. Obat Batuk Jenis Antitusif
Jika penyebabnya tidak dapat ditentukan biasanya digunakan obat batuk jenis antitusif (penekan batuk). Mekanisme aksi obat jenis ini adalah menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Obat jenis antitusif menyebabkan retensi sputum.
Hal ini berbahaya untuk penderita bronkitis kronis dan bronkiektasis. Bahkan karena batuk sebenarnya adalah refleks pelindung alami, menekan refleks batuk justru merugikan, terutama pada batuk berdahak.
Antitusif opioid seperti codein, diketahui efektif tetapi mempunyai efek samping berupa konstipasi dan dapat menyebabkan ketergantungan obat. Codein atau analgesik opioid sejenis tidak direkomendasikan digunakan pada anak dan kontraindikasi untuk anak usia di bawah 1 tahun.
Obat-obat golongan antitusif misalnya dextromethorphan, noskapin, codein.
2. Obat Batuk Yang Berfungsi Sebagai Pengencer dahak
Obat Batuk berdahak mempunyai khasiat sebagai pengencer dahak. Obat yang mempunyai efek mengencerkan dahak digolongkan menjadi 2 jenis yaitu :
A. Obat Batuk Berdahak Jenis Ekspektoran
Obat jenis ekspektoran digunakan dengan tujuan meningkatkan sekresi mukus di saluran napas sehingga mengurangi iritasi. Dengan demikian gejala akan berkurang. Namun sebenarnya, efek ekspektorasi dari obat jenis ekspektoran tidak lebih baik daripada plasebo.
Obat batuk berdahak golongan ekspektoran, misalnya : guaifenesin (gliseril guaiacolate/GG), amonium klorida, natrium sitrat.
B. Obat Batuk Berdahak Jenis Mukolitik
Obat jenis mukolitik diresepkan untuk membantu ekspektorasi dengan cara mengurangi viskositas sputum/dahak. Obat-obat golongan mukolitik berguna untuk mengurangi eksaserbasi pada penyakit paru obstruktif kronis. Penggunaan obat mukolitik harus dihentikan jika tidak memberikan hasil setelah penggunaan selama 4 minggu.
Obat batuk berdahak golongan mukolitik :
- Erdosteine
- Acetylcysteine
- Bromhexin
- Carbocysteine
- Guiafenesin
- Iodinated glycerol
- Ambroxol
- Mecysteine
- Dornasealfa
- (Daftar Obat Batuk Yang Termasuk Mukolitik).
Obat-obat ekspektoran dan mukolitik bisa merusak sawar mukosa lambung. Oleh karena itu pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang terkait dengan asam lambung seperti penderita sakit mag harus hati-hati menggunakan jenis obat ini (Obat diminum setelah makan/bersama makanan).
3. Obat Batuk Jenis Antihistamin
Histamin dapat menghasilkan gejala bersin-bersin dan hidung meler, pada gilirannya hal ini bisa memicu batuk. Obat golongan antihistamin menghambat efek dari histamin sehingga berbagai reaksi alergi itu dapat dikurangi.
Selain sebagai obat alergi, beberapa antihistamin juga mempunyai efek penekan batuk (terutama batuk alergi) misalnya diphenhydramine. Obat-obat golongan antihistamin mempunyai efek samping yaitu, menyebabkan kantuk.
Oleh karenanya sebaiknya jangan mengemudi atau mengoperasikan mesin yang membutuhkan konsentrasi tinggi selama menggunakan obat-obat golongan antihistamin.
Obat-obat golongan antihistamin: chlorpheniramine maleate/CTM, diphenhydramine, triprolidine.
4. Obat Batuk Jenis Dekongestan
Obat jenis dekongestan berkhasiat untuk melegakan hidung tersumbat. Ini berarti merk-merk obat batuk yang mengandung dekongestan sebaiknya tidak digunakan untuk mengobati batuk yang tidak disertai hidung tersumbat.
Obat jenis ini mempunyai sifat simpatomimetik, oleh karena itu penderita diabetes melitus, hipertensi, hipertiroidisme, rentan terhadap terjadinya glaukoma sudut sempit, hipertrofi prostat, gangguan hati dan ginjal, serta penyakit jantung iskemik harus hati-hati menggunakan obat golongan ini.
Obat ini kontraindikasi untuk pasien yang menggunakan obat golongan MAO inhibitor.
Obat-obat golongan dekongestan : Phenylpropanolamine/PPA, pseudoephedrine, ephedrine, dan fenilefrin.
Obat yang mengandung Phenylpropanolamine tidak dianjurkan digunakan untuk anak usia dibawah 6 tahun, wanita hamil dan menyusui, kecuali atas petunjuk dokter.
Memilih Obat Batuk
Memilih obat batuk harus disesuaikan dengan penyebabnya selain tentu saja profil individu penderitanya. Secara umum gambaran yang bisa dipakai acuan adalah sebagai berikut :
- Untuk batuk kering pilih jenis obat antitusif
- Untuk batuk berdahak pilih jenis pengencer dahak (Ekspektoran/mukolitik)
- Batuk yang disebabkan oleh alergi, biasanya disertai hidung meler pilih antihistamin
- Yang disertai hidung tersumbat pilih dekongestan
Namun sayangnya di pasaran (obat bebas/non resep) jarang sekali tersedia merk obat batuk yang hanya terdiri dari 1 zat aktif. Sebagian besar merupakan kombinasi dari 2 atau lebih zat aktif. Bahkan terkadang merk tertentu mengandung 2 atau lebih zat aktif yang mempunyai fungsi yang sama.
Memang benar khasiatnya akan lebih kuat namun efek sampingnya juga pasti lebih banyak. Banyaknya zat aktif yang terkandung dalam sebuah produk obat, membuat kita harus meminum zat aktif yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih produk yang mengandung kombinasi beberapa jenis obat :
- Hindari memilih produk yang mengandung zat aktif yang sama dengan obat lain yang sedang Anda gunakan. Misalnya jika Anda telah menggunakan produk Paracetamol, sebaiknya tidak menggunakan obat batuk berdahak yang mengandung paracetamol.
- Beberapa zat aktif tidak dianjurkan digunakan untuk orang dengan kondisi medis tertentu. Misalnya, pseudoephedrine (dekongestan) dapat menyebabkan peningkatan detak jantung, kegelisahan, insomnia dan mulut kering. Zat aktif ini tidak boleh digunakan untuk penderita tekanan darah tinggi, masalah jantung, hipertiroidisme, diabetes, atau retensi urin.
Produk yang bagaimanakah bisa disebut sebagai obat batuk paling ampuh? tentu pertanyaan ini menjadi tidak relevan. Karena sebenarnya yang harus diperhatikan adalah perbandingan antara manfaat dengan risiko efek samping yang mungkin terjadi.
Baca Juga :
- Cara Mengobati Batuk Pada Bayi Dan Anak
- Cara Mengobati Batuk Pada Ibu Hamil
- Asma
Oleh karena itu, sangat baik jika memilih obat yang mengandung komposisi paling sedikit. Bila perlu pilihlah obat batuk yang mengandung zat aktif tunggal. Namun tentu saja tetap harus disesuaikan dengan penyebabnya, karena sangat sering batuk disebabkan oleh lebih dari satu hal saja.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.