Selain mengatur pola makan, konsumsi obat kolesterol terkadang diperlukan untuk membantu menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Namun, bagi Anda yang sedang menyusui mungkin jadi ragu-ragu karena takut hal ini akan berdampak buruk pada bayi. Lantas, apakah aman minum obat kolesterol saat menyusui? Simak fakta-fakta mengenai kolesterol tinggi pada ibu menyusui yang perlu Anda ketahui.
Amankah minum obat kolesterol saat menyusui?
Sebagian besar wanita mungkin akan kaget ketika kadar kolesterolnya tiba-tiba meningkat saat sedang hamil atau menyusui. Namun, siapa sangka bahwa kolesterol tinggi pada ibu menyusui ternyata wajar terjadi.
Ya, kadar kolesterol wanita memang akan meningkat saat hamil hingga menyusui, bahkan bisa sampai 25-50% lebih tinggi saat trimester kedua dan ketiga. Jika kadar kolesterol total yang normal berada pada rentang 120-190 mg/dl, angkanya bisa meningkat menjadi 200-325 mg/dl saat hamil. Lalu, yang jadi pertanyaan, bolehkah minum obat kolesterol saat menyusui?
Melansir Specialist Pharmacy Service dari NHS UK, sayangnya belum ada obat kolesterol tertentu yang dinyatakan aman untuk ibu menyusui. Pasalnya, mekanisme kerja obat kolesterol diketahui memberikan efek merugikan pada proses biosintesis kolesterol dalam tubuh.
Jenis-jenis obat kolesterol yang sebaiknya dihindari oleh ibu menyusui adalah sebagai berikut:
- Statin: meningkatkan risiko efek samping pada orang dewasa, yang secara teoritis juga dapat berdampak pada bayi;
- Fibrate: konsumsi gemfibrozil saat menyusui berpotensi memberikan risiko yang sama dengan statin;
- Sekuestran asam empedu: dapat menurunkan penyerapan vitamin larut lemak (A, D, E, K) dan asam folat pada ibu, sehingga dapat mengurangi asupan vitamin untuk bayi lewat ASI.
Karena dinilai lebih banyak risikonya, wanita dianjurkan untuk berhenti minum obat penurun kolesterol beberapa bulan sebelum hamil, saat hamil, hingga saat menyusui. Pengobatan normal baru boleh dimulai kembali setelah bayi memasuki masa penyapihan ASI, yakni saat berusia 6 bulan.
Baca selengkapnya: Ini Daftar Obat Kolesterol Generik dan Paten
Lantas, bahayakah kolesterol tinggi pada ibu menyusui?
Ketika mendengar kata kolesterol, mungkin yang terlintas di benak Anda adalah lemak yang berdampak buruk bagi tubuh. Hal tersebut memang tidak sepenuhnya salah, kok.
Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa kolesterol terbagi menjadi 2 jenis, yaitu kolesterol jahat (LDL) dan kolesterol baik (HDL). Nyatanya, naiknya kadar kolesterol saat hamil justru berfungsi untuk membantu menyuplai nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan janin dalam kandungan.
Jadi, Anda tak perlu buru-buru panik jika mengalami kolesterol tinggi saat hamil. Apalagi jika ini terjadi selama menyusui, karena biasanya jenis kolesterol yang meningkat adalah HDL alias kolesterol baik, sehingga malah bagus untuk tubuh.
Bayi pun ternyata juga membutuhkan kolesterol tersebut, lho! Justru kolesterol dalam tubuh ibu akan masuk ke dalam ASI yang kemudian akan disalurkan pada bayi. Nutrisi inilah yang akan membantu memaksimalkan perkembangan otak, anggota tubuh, dan sel-sel tubuh bayi.
Anda tak perlu cemas jika dokter mengharuskan Anda untuk berhenti minum obat kolesterol selama menyusui. Sebabnya, peningkatan lemak darah tidak menimbulkan risiko pada bayi maupun ibunya sendiri. Yang terpenting, sang ibu sudah melakukan upaya pencegahan dan pola hidup sehat sejak sebelum hamil, kemudian dilanjutkan terus sampai selesai menyusui.
Jika ibu menyusui harus mengonsumsi obat kolesterol, dokter biasanya akan meresepkan obat golongan sekuestran asam empedu. Ini adalah satu-satunya obat penurun kolesterol yang dinilai aman untuk ibu menyusui. Pasalnya, obat ini tidak masuk ke aliran darah maupun plasenta sehingga cukup aman bagi bayi.
Namun, jangan lupa bahwa obat sekuestran asam empedu dapat mengurangi penyerapan vitamin larut lemak dan asam folat. Karena itulah dokter biasanya juga akan meresepkan suplemen tambahan guna mencegah defisiensi vitamin pada ibu menyusui. Penggunaan obat kolesterol tersebut juga hanya bisa dikonsumsi berdasarkan rekomendasi dokter.
Baca juga: Ibu Hamil Makan Daging Kambing, Memangnya Boleh?
Cara menjaga kolesterol tetap normal selama menyusui
Meski wajar terjadi, kolesterol tinggi pada ibu menyusui tetap tidak boleh disepelekan. Ini bukan berarti juga Anda bisa bebas makan makanan berkolesterol sesuka hati, ya.
Karena Anda tidak minum obat penurun kolesterol untuk sementara waktu, maka Anda perlu menerapkan pola hidup sehat supaya kadar kolesterolnya tetap stabil. Berikut cara mengatasi kolesterol tinggi pada ibu menyusui yang aman:
1. Perbanyak aktivitas fisik
Selama menyusui, sempatkanlah waktu untuk melakukan aktivitas fisik atau olahraga minimal 3-4 kali seminggu. Pilihlah olahraga yang ringan atau sesuai kemampuan Anda. Misalnya dengan berjalan kaki atau jogging keliling taman, bersepeda, atau sesederhana senam zumba di dalam rumah.
2. Atur pola makan
Kunci paling penting untuk menghindari kolesterol tinggi pada ibu menyusui adalah dengan mengatur pola makan. Perbanyaklah konsumsi makanan kaya serat seperti sayuran, buah-buahan, dan gandum yang mengandung kaya vitamin serta mineral.
Berhati-hatilah saat memilih makanan yang mengandung lemak. Pilihlah makanan yang memiliki kandungan lemak sehat, contohnya alpukat dan kacang-kacangan.
3. Batasi makanan yang digoreng
Bagi Anda yang suka makan makanan yang digoreng, ada baiknya batasi kebiasaan ini. Makanan yang digoreng, apalagi sampai berkali-kali, mengandung lemak jenuh yang tidak baik bagi tubuh.
Supaya lebih sehat, gantilah dengan makanan yang dikukus atau direbus. Misalnya pisang rebus, ubi rebus, atau kentang rebus yang tak kalah nikmat disantap hangat-hangat.
Ibu menyusui tidak boleh minum obat sembarangan. Pasalnya, ada beberapa orang yang bisa terserap ke dalam ASI sehingga bisa memengaruhi kesehatan bayi. Jika ingin minum obat kolesterol pada ibu menyusui, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Lakukan cek kolesterol secara berkala guna memantau kadar kolesterol darah Anda.
Baca selengkapnya: 10 Makanan Anjuran untuk Penderita Kolesterol Tinggi
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.