Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah jenis lupus yang cenderung sulit disembuhkan. Obat lupus yang digunakan hanya berfungsi untuk mengurangi gejala dan mencegah kerusakan organ akibat SLE, sehingga kualitas hidup penderita lebih baik. Lalu, apa saja obat-obatan yang sebaiknya dikonsumsi oleh penderita lupus? Berikut penjelasannya.
Ragam obat lupus yang umum diberikan dokter
Pengobatan lupus memang tidak dapat menyembuhkan penyakit. Akan tetapi, obat-obatan yang diberikan dokter lebih bertujuan untuk mengurangi gejala, mengurangi dampak, mencegah kerusakan organ akibat SLE, hingga meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Penggunaan jenis dan dosis obat lupus pada penderita SLE tidak sama antara satu pasien dengan pasien lain. Setiap penderita SLE pasti memiliki regimen pengobatan yang berbeda, tergantung dari tingkat keparahan gejala SLE.
Baca Selengkapnya: 3 Gejala Utama Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang Kerap Terlewatkan
Beberapa obat lupus yang dapat diresepkan untuk mengurangi gejala Systemic Lupus Erythematosus antara lain:
1. Obat non-steroid anti-inflamasi (NSAID)
Nyeri otot dan sendi adalah salah satu gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita SLE. Hal inilah yang membaut dokter akan meresepkan obat non-steroid anti-inflamasi (NSAID) golongan ibuprofen dan diclofenac untuk mengurangi gejala tersebut.
Namun, perhatikan kemungkinan efek samping obat dari golongan tersebut, seperti meningkatnya risiko penyakit jantung, perdarahan pada lambung, ataupun adanya masalah dalam ginjal. Khususnya untuk efek samping terhadap lambung, biasanya dokter akan memberikan resep obat yang bertujuan untuk melindungi lambung.
2. Kortikosteroid
Obat golongan kortikosteroid seperti methylprednisolone berfungsi untuk mengurangi radang dengan cepat dan efektif. Obat ini akan digunakan ketika penderita SLE mengalami gejala sedangn hingga berat dalam fase aktif.
Obat lupus berupa kortikosteroid diresepkan dalam 2 tahap. Pada tahap awal, dokter akan memberikan obat ini dalam dosis tinggi, lau untuk tahapan selanjutnya dokter akan menurunkan dosis obat ini apabila penderita SLE mulai membaik kondisinya.
Obat lupus ini dapat memberikan efek samping, apalagi bila digunakan dalam jangka panjang atau dengan dosis yang tinggi. Beberapa efek samping tersebut antara lain tekanan darah naik, lonjakan gula darah, berat badan bertambah, pengeroposan tulang, penipisan kulit, hingga meningkatnya resiko infeksi.
Namun, Anda tidak perlu khawatir sebab obat golongan kortikosteroid ini cenderung aman dan efektif apabila dikonsumsi dengan benar dan dibawah pengawasan dokter.
3. Hydroxycloroquine
Obat hydroxycloroquine dikenal sebagai obat anti malaria. Meski begitu, obat ini ternyata juga efektif untuk mengobati gejala nyeri otot, nyeri sendi, ruam pada kulit, ataupun kelelahan yang seringkali dialami oleh para penderita SLE.
Selain itu, tujuan pengobatan dari obat golongan hydroxyxloroquine adalah untuk mencegah aktifnya penyakit, mencegah gejala yang parah, ataupun untuk mencegah munculnya komplikasi yang serius. Atas dasar itulah, dokter umumnya akan menganjurkan penggunaan obat hydroxycloroquine untuk jangka panjang.
4. Obat imunosupresan
Sesuai dengan namanya, obat imunosupresan berfungsi untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Beberapa jenis obat yang tergolong ke dalam obat imunosupresan ini antara lain azathioprine, mycophenolate, mofetil, cyclophosphamide, dan methotrexate.
Karena Systemic Lupus Erythematosus ini menyerang sistem kekebalan tubuh, maka obat imunosupresan cukup efektif untuk meringankan gejala SLE. Obat ini bekerja dengan cara mengalangi terjadinya kerusakan pada tubuh yang sehat karena adanya serangan pada sistem kekebalan tubuh. Obat ini dapat digunakan bersamaan dengan obat kortikosteroid.
Dibalik manfaatnya, perhatikan juga efek samping obat imunosupresan pada penderita lupus, antara lain memicu:
- Gusi bengkak
- Muntah
- Diare
- Hilangnya nafsu makan
- Kejang
- Mudah lebam atau berdarah
- Jerawat
- Sakit kepala
- Berat badan naik
- Rambut tumbuh secara berlebihan
- Risiko infeksi
Oleh karena obat imunosupresan menekan sistem kekebalan tubuh, maka waspadai saat penderita SLE akan rentan terhadap infeksi. Ketika terserang infeksi, gejala yang ditimbulkan akan sama dengan fase aktif SLE seperti demam, diare, batuk yang disertai sesak, kencing berdarah (hematuria), ataupun rasa terbakar saat buang air kecil.
Maka dari itu, penderita SLE diharapkan untuk menghindari kontak dengan orang yang sedang mengalami infeksi. Pasalnya, tubuhnya akan rawan tertular saat sistem kekebalan tubuhnya sedang turun akibat pengaruh obat imunosupresan.
Obat ini juga dapat menimbulkan kerusakan hati, sehingga penderita SLE memerlukan pemeriksaan kesehatan dan laboratoium secara rutin selama menggunakan obat tersebut.
5. Rituximab
Obat golongan rituximab awalnya digunakan untuk mengobati kanker seperti limfoma. Namun, obat ini ternyata terbukti efektif untuk mengobati penyakit autoimun seperti SLE dan rhematoid arthritis.
Saat obat-obat lain tidak efektif, dokter biasanya akan meresepkan obat golongan rituximab lewat infus. Rituximab bekerja dengan cara membunuh sel B yang memproduksi antibodi pemicu gejala SLE.
Sama seperti obat lainnya, Rituximab kemungkinan dapat memberikan efek samping berupa demam, menggigil, pusing, muntah, atau gejala yang menyerupai flu. Reaksi alergi juga dapat timbul akibat penggunaan obat ini, namun hal tersebut cukup jarang terjadi.
Selain obat-obat yang telah disebutkan diatas, penderita SLE pun harus melindungi kulit dari sinar matahari. Pasalnya, ruam kulit pada penderita SLE bisa bertambah parah jika terpapar sinar matahari.
Adapun beberapa cara untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari antara lain:
- Menggunakan topi dengan ukuran lebar dan menggunakan kacamata hitam
- Mengoleskan tabir surya minimal SPF 55 saat keluar rumah
- Menggunakan pakaian yang dapat menutupi seluruh bagian kulit
Pad asaat yang bersamaan, hal tersebut dapatmembuat penderita SLE biresiko kekurangan vitamin D akibat kurangnya paparan sinar matahari. Oleh karena itu, dibutuhkan suplemen vitamin D tambahan yang berguna untuk mencegah pengeroposan tulang atau osteoporosis. Selalu konsultasikan ke dokter mengenai obat lupus yang tepat dan sesuai kondisi kesehatan Anda.
Baca Juga: Tahap Pemeriksaan dan Diagnosis Lupus Jenis Systemic Lupus Erythematosus
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.