Miconazole adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur pada kulit seperti (panu, kurap, dan kaki atlet), dan infeksi jamur pada mulut dan vagina. Selain itu, juga bisa digunakan sebagai obat sariawan pada bayi. Obat ini termasuk golongan imidazole yang bekerja dengan cara mengubah permeabilitas dinding sel jamur. Miconazole mengikat fosfolipid dalam membran sel dan menghambat biosintesis ergosterol dan sterol lain yang diperlukan untuk produksi membran sel. Hal ini menyebabkan kematian sel melalui hilangnya unsur intraseluler.
Obat ini dipasarkan dalam berbagai bentuk sediaan seperti miconazole cream, tablet vagina, atau troche / tablet hisap untuk infeksi jamur pada tenggorokan. Sediaan oral diperoleh hanya dengan resep dokter, sedangkan sediaan topikal seperti cream untuk jamur kulit bisa diperoleh tanpa resep dokter.
Miconazole juga biasa dikombinasikan dengan dexamethasone atau betamethasone sebagai cream topikal untuk mengobati tinea corporis (kurap), tinea cruris (jock itch/gatal atlet), atau tinea pedis (athlete’s foot/kaki atlet).
Manfaat Miconazole
Beberapa kegunaan miconazole antara lain:
- Sediaan topikal seperti cream lebih banyak digunakan untuk infeksi jamur pada kulit seperti jamur pada sela-sela jari kaki (athlete’s foot), jamur pada kuku (onkomikosis), jamur pada lipatan kulit, lipatan paha, kulit kepala, jamur pada tubuh (panu dan kadas).
- Untuk kandidiasis vulvovaginal (infeksi jamur), sediaan tablet vagina atau cream digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam vagina, misalnya untuk mengobati infeksi leukore/keputihan.
- Sediaan troche atau lozenge (tablet hisap) digunakan untuk kandidiasis orofaringeal (oral thrush).
Dosis Miconazole
Miconazole diberikan dengan dosis sebagai berikut:
- Sediaan cream:
- Pemakaian 2-6minggu.
- Infeksi jamur kuku: oleskan obat setiap hari ditambah kassa berpori.
- Sediaan oral :
- Infeksi kandidiasis mulut dan rongga faring : 1 x sehari 50 mg oral ke daerah gusi atas selama 14 hari.
Efek samping Miconazole
Beberapa efek samping Miconazole yang mungkin terjadi antara lain:
- Efek samping sediaan oral (tablet hisap/lozenge) misalnya mual, muntah, gatal, sensasi tidak menyenangkan pada mulut dan gatal.
- Penggunaan sediaan oral juga dilaporkan menyebabkan terjadinya hasil tes fungsi hati yang abnormal. Tingkat SGOT tinggi dilaporkan terjadi pada sekitar 15% pasien dalam uji klinis.
- Efek samping sediaan cream, suppositoria, atau tablet vagina misalnya sensasi terbakar pada vagina, poliuria, gatal vulva, nyeri, dan edema (bengkak).
- Sediaan krim mengandung minyak yang dapat melemahkan fungsi kondom lateks dan diafragma pada pemakaian disekitar organ intim.
- Sediaan krim yang digunakan pada kulit umumnya mempunyai efek samping seperti rasa panas, kemerahan, edema (bengkak), gatal, rasa seperti terbakar, pedih, urtikaria (biduran), dan kejadian iritasi umum lain.
Interaksi Obat Miconazole
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Miconazole adalah:
- Miconazole dapat meningkatkan konsentrasi serum phenytoin dan fosphenytoin.
- Dapat mengurangi efek terapi Saccharomyces boulardii. Kombinasi kedua obat ini sebaiknya tidak dilakukan.
- Dapat meningkatkan efek hipoglikemik (menurunkan gula darah) bersamaan dengan obat-obat golongan sulfonilurea.
- Meningkatkan konsentrasi antikoagulan warfarin.
Perhatian
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan Miconazole adalah sebagai berikut :
- Keamanan dan efektivitas pada anak-anak di bawah usia 3 tahun belum ditetapkan. Oleh karena itu, penggunaannya tidak dianjurkan.
- Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada miconazole atau obat golongan imidazole lainnya.
- Tes fungsi hati harus dipantau secara berkala saat mengambil sediaan oral (troche/lozenge).
- Pemakaian harus dihentikan jika muncul ruam kulit atau tanda lain yang menunjukkan reaksi alergi.
Penggunaan Miconazole oleh wanita hamil
FDA di Amerika Serikat (setara BPOM Indonesia) menggolongkan Miconazole ke dalam kategori B pada trimester kedua dan ketiga. Artinya:
Penelitian pada reproduksi hewan tidak menunjukkan resiko pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil / Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin, tapi studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil tidak menunjukkan risiko pada janin di trimester berapapun.
Sejumlah kecil obat ini dapat diserap secara sistemik setelah pemberian topikal dan pada vagina. Sehingga pemakaian pada trisemester pertama tidak disarankan (kategori C). Namun, obat ini masih dapat digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada wanita hamil trimester kedua dan ketiga.