Dalam kasus penyakit jantung koroner, pembuluh darah arteri koroner yang memasok otot jantung akan menyempit dan seiring waktu bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan oleh plak kolesterol lemak. Hal itu dapat mengganggu aliran darah yang membuat asupan oksigen berkurang pada jantung dan dapat mengakibatkan serangan jantung.
Beberapa gejala jantung koroner adalah nyeri dada, pusing, sesak nafas, dan gejala penyerta lainnya. Dengan pengobatan yang tepat, gejala jantung koroner dapat diatasi dan fungsi jantung dapat kembali bekerja dengan baik dan menurunkan risiko serangan jantung berulang.
Baca juga: Ciri-Ciri Penyakit Jantung Koroner
Meski penyakit jantung koroner tidak dapat disembuhkan, tetapi pengobatan yang tepat dapat membantu mengelola gejala jantung koroner dan mengurangi risiko masalah kesehatan yang lebih berat. Ada beberapa cara mengatasi penyakit jantung koroner, termasuk penerapan pola hidup sehat, operasi, serta obat jantung koroner yang diperlukan selama perawatan.
Pengobatan penyakit jantung koroner
Penanganan penyakit jantung koroner tentu memerlukan prosedur medis, baik dengan tindakan operasi maupun penggunaan obat jantung koroner yang direkomendasikan oleh dokter. Untuk itu, berikut ini adalah beberapa jenis obat jantung koroner serta tindakan operasi yang umum diperlukan, di antaranya:
8 Obat jantung koroner
Ada banyak jenis obat yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit jantung koroner. Secara umum, obat jantung koroner tersebut bertujuan untuk menurunkan tekanan darah atau melebarkan pembuluh darah arteri koroner pada jantung. Penyebab penyakit jantung koroner sendiri biasanya disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah arteri koroner.
Seperti obat lainnya, obat jantung koroner juga memiliki risiko efek samping. Maka dari itu, ikuti anjuran dokter dan konsumsi obat sesuai dengan aturan pakai. Obat jantung juga tidak boleh dihentikan secara mendadak tanpa saran dari dokter karena dikhawatrikan dapat membuat gejala penyakit jantung justru menjadi lebih buruk.
Obat jantung koroner yang biasanya pada penderita penyakit jantung koroner adalah:
1. Antiplatelet
Antiplatelet adalah obat pengencer darah yang juga berfungsi sebagai obat jantung koroner yang dapat membantu mengurangi risiko serangan jantung. Antiplatelet bekerja dengan cara mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah. Contoh obat pengencer darah antiplatelet adalah aspirin, clopidogrel, ticagrelor, dan prasugrel.
2. Statin
Risiko penyakit jantung koroner juga bisa disebabkan oleh kadar kolesterol tinggi. Jika Anda memiliki kadar kolesterol tinggi, obat penurun kolesterol yang disebut statin umumnya bisa menjadi obat jantung koroner yang diresepkan. Contoh obat statin adalah atorvastatin, simvastatin, rosuvastatin, dan pravastatin.
Statin bekerja dengan cara menghalangi pembentukan kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati yang membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Hal ini tentu akan membantu memperlambat perkembangan penyakit jantung koroner dan mencegah risiko serangan jantung.
3. Beta-blocker
Obat beta blocker seperti atenolol, bisoprolol, metoprolol dan nebivolol sering digunakan untuk mencegah angina pektoris dan menurunkan tekanan darah tinggi. Obat beta blocker yang juga termasuk salah satu jenis obat jantung koroner bekerja dengan menghalangi efek dari hormon tertentu dalam tubuh sehingga efeknya akan memperlambat detak jantung dan meningkatkan aliran darah.
4. Nitrat
Nitrat merupakan salah satu obat jantung koroner yang digunakan untuk memperlebar pembuluh darah. Nitrat sering disebut juga sebagai vasodilator yang tersedia dalam bentuk tablet, spray, dan patch kulit seperti gliseril trinitrat dan isosorbid mononitrat.
Nitrat bekerja dengan cara merelaksasi pembuluh darah sehingga membantu memperlancar aliran darah. Obat jantung koroner ini akan menurunkan tekanan darah dan mengurangi rasa sakit pada dada kiri akibat serangan jantung. Meskipun begitu, nitrat berpotensi menimbulkan beberapa efek samping ringan, seperti sakit kepala, pusing, dan kulit memerah.
Baca juga: Pahami Cara Kerja Nitrat dalam Mengatasi Angina
5. ACE (angiotensin-converting enzyme) inhibitor
ACE inhibitor biasanya digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi, tetapi juga biasa diresepkan untuk mengatasi gejala penyakit jantung koroner akibat hipertensi. Selama mengonsumsi ACE inhibitor, dokter akan meminta Anda menjaga tekanan darah normal dengan melakukan pemeriksaan tensi dan tes darah secara rutin untuk memeriksa kesehatan ginjal. Efek samping penggunaan ACE inhibitor dapat berupa batuk kering dan pusing.
Beberapa jenis obat ACE inhibitor adalah captopril, ramipril, dan lisinopril. Obat ini bekerja dengan cara memblokir aktivitas hormon angiotensin II yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. ACE inhibitor juga membantu mengurangi beban kerja jantung dan meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh.
6. Antagonis reseptor angiotensin II
Antagonis reseptor angiotensin II bekerja dengan cara yang mirip dengan ACE inhibitor. Obat jantung koroner ini berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dengan cara memblokir angiotensin II. Efek samping yang sering terjadi setelah menggunakan antagonis reseptor angiotensin II adalah pusing. Antagonis reseptor angiotensin II sering diresepkan sebagai alternatif ACE inhibitor karena tidak menyebabkan batuk kering. Contoh jantung koroner golongan antagonis reseptor angiotensin II adalah valsartan dan telmisartan.
7. Calcium channel blocker
Calcium channel blocker yang termasuk obat jantung koroner juga bekerja untuk menurunkan tekanan darah dengan relaksasi otot-otot yang membentuk dinding arteri. Tujuannya untuk melebarkan pembuluh darah arteri sehingga bisa mengurangi tekanan darah.
Beberapa jenis obat calcium channel blocker adalah amlodipine, nifedipin, verapamil, dan diltiazem. Efek samping penggunaan obat jantung koroner jenis ini meliputi sakit kepala dan kemerahan pada wajah. Akan tetapi, biasanya efek samping ini masih dalam intensitas ringan dan akan membaik dari waktu ke waktu.
8. Diuretik
Diuretik atau sering disebut sebagai pil air bekerja dengan cara membuang kelebihan air dan garam dari tubuh melalui urine. Akibatnya, pengguna diuretik memiliki keinginan untuk buang air kecil lebih sering dibanding ketika tidak menggunakan obat ini. Selain itu, diuretik sebagai obat jantung koroner juga dapat membantu melebarkan pembuluh darah yang berdampak pada penurunan tekanan darah. Contoh diuretik adalah furisemid dan hct.
Tindakan operasi
Selain penggunaan obat jantung koroner di atas, prosedur tindakan operasi jantung mungkin diperlukan terlebih ketika penderita jantung koroner mengalami penumpukan ateroma (endapan lemak) yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah ataupun jika obat jantung koroner tidak dapat mengontrol gejala yang muncul. Tindakan operasi atau pembedahan ini mungkin diperlukan untuk membuka atau memotong penyumbatan arteri pada jantung.
Berikut ini 3 prosedur tindakan operasi utama yang mungkin dilakukan untuk mengobati penyumbatan pembuluh darah pada penyakit jantung koroner, yaitu:
1. Angioplasti koroner
Angioplasti koroner juga dikenal sebagai percutaneous coronary intervention (PCI), percutaneous transluminal coronary angioplasty (PTCA), atau balon angioplasty. Salah satu prosedur pengobatan jantung koroner ini berfungsi untuk membuka pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat pada organ jantung.
Selama angioplasty, balon kecil akan dimasukkan untuk mendorong jaringan lemak di arteri jantung yang menyempit. Tindakan operasi dengan menempatkan stent logam ini memungkinkan peredaran darah kembali mengalir lancar dan mencegah terjadinya penyempitan di kemudian hari.
2. Operasi bypass jantung
Coronary artery bypass grafting (CABG) yang juga dikenal sebagai operasi bypass jantung atau pembedahan bypass arteri koroner dilakukan pada pasien jantung koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan arteri.
Pada prosedur bypass jantung akan dilakukan pengambilan pembuluh darah dari bagian tubuh lain yang dimasukkan (dicangkokkan) di antara aorta (pembuluh darah besar di arteri yang meninggalkan jantung) dan bagian arteri koroner luar di area yang mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Baca juga: Operasi Bypass Jantung untuk Perbaiki Fungsi Jantung
3. Transplantasi jantung
Ketika kerusakan jantung cukup berat dan obat jantung koroner sudah tidak efektif maupun ketika jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh atau dikenal dengan istilah gagal jantung), maka transplantasi jantung mungkin diperlukan. Pada prosedur operasi jantung ini, kondisi jantung yang sudah rusak dan tidak bisa bekerja dengan baik akan digantikan dengan jantung pendonor yang sehat dan cocok dengan pasien.
Penerapan pola hidup sehat juga penting
Selain mengonsumsi obat jantung koroner atau menjalani operasi jantung seperti yang direkomendasikan dokter, Anda juga bisa menjaga kesehatan jantung dengan menerapkan pola hidup sehat. Hal ini sangat penting terutama ketika Anda didiagnosis memiliki penyakit jantung koroner serta sebagai upaya untuk mengurangi risiko serangan jantung lanjutan.
Perubahan gaya hidup sehat yang perlu dijalani antara lain konsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah yang kaya serat, melakukan olahraga secara teratur, menghindari stress, serta lakukan cek kolesterol secara berkala. Hentikan pula kebiasaan merokok terutama setelah mengalami serangan jantung karana selain merusak paru-paru, efek merokok juga bisa berdampak pada kesehatan jantung.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.