Operasi Kelamin- Ketahui Prosedur dan Risiko Sebelum Menjalaninya

Operasi kelamin memungkinkan untuk mengubah alat kelamin pria ke wanita dan sebaliknya. Namun metode dan kondisi ini masih sulit diterima di Indonesia dan bergantung pada undang-undang yang berlaku terkait teknik operasi kelamin untuk petugas kesehatan. Beberapa orang yang memang berniat melakukan metode ini harus melakukannya di luar negeri.

Pada perubahan kelamin pria ke wanita, Mengubah anatomi kelamin pria menjadi anatomi wanita memerlukan pengangkatan penis, membentuk kembali jaringan genital agar tampak lebih wanita dan membangun vagina.

Sayatan dibuat di skrotum, dan lipatan kulit ditarik kembali, dan testis juga diangkat Uretra pendek dipotong. Penis dikeluarkan, dan kulit berlebih digunakan untuk membuat labia dan vagina.

Orang yang menjalani operasi penggantian kelamin pria-wanita mempertahankan prostat. Setelah operasi, estrogen (hormon wanita) akan merangsang perkembangan payudara, memperlebar pinggul, menghambat pertumbuhan rambut wajah dan sedikit meningkatkan nada suara.

Operasi perempuan-ke-laki telah mencapai keberhasilan yang lebih rendah karena kesulitan menciptakan penis yang berfungsi dari jaringan klitoris yang jauh lebih kecil yang tersedia di alat kelamin perempuan.

Rahim dan indung telur diangkat. Prosedur rekonstruksi genital (GRT) menggunakan klitoris, yang diperbesar oleh hormon, atau bergantung pada cangkok jaringan bebas dari lengan, paha atau perut dan prostetik ereksi (phalloplasty).

Beberapa metode operasi kelamin

Vaginoplasti

Bedah feminisasi dapat menggunakan teknik vaginoplasty, prosedur bedah yang dilakukan dengan  merekonstruksi alat kelamin untuk menciptakan alat kelamin perempuan eksternal dengan atau tanpa rongga vagina, berdasarkan preferensi pasien. 

Ada beberapa teknik untuk rekonstruksi dengan teknik yang paling umum menggunakan kulit penis terbalik untuk membuat vagina fungsional dan estetika.

Orkiektomi

Pembedahan pria ke wanita menggunakan teknik orchiectomy bilateral adalah prosedur rawat jalan dengan melibatkan pengangkatan secara bedah testis melalui sayatan skrotum kecil. 

Prosedur ini dilakukan dengan teknik khusus yang memungkinkan untuk vaginoplasty nanti, jika diinginkan. Setelah itu, pasien dapat menyesuaikan dosis estrogen mereka ke bawah dan tidak lagi membutuhkan spironolactone.

Metoidioplasty

Dalam prosedur ini, jaringan di sekeliling klitoris yang membesar dilepaskan untuk mencapai panjang maksimal dan posisi pria yang lebih alami. Uretra juga direkonstruksi menggunakan jaringan kulit lokal atau cangkok dari mulut tergantung pada jumlah jaringan yang ada. 

Konstruksi skrotum dengan prosthetics testis juga dapat dilakukan pada saat yang bersamaan. Jika diinginkan, pengangkatan rahim, vagina dan / atau ovarium dapat dilakukan pada saat yang bersamaan.

Apa saja efek samping dan resiko pada operasi kelamin?

Setelah operasi dilakukan, Anda akan dibawa ke ruang pemulihan dan akan dipantau oleh staf medis ahli terkait kondisi pasca operasi. Anda akan dirawat untuk menangani rasa sakit dan mual pasca operasi Anda diberikan waktu untuk melatih berjalan setelah operasi. 

Hal itu akan mendorong aliran darah yang membantu proses penyembuhan dan mengurangi risiko pembekuan darah. Sebagian besar pasien dirawat 2 hingga 3 hari setelah operasi agar dokter dapat memeriksa masa penyembuhan serta apakah adanya efek samping yang muncul.

Selalu ada risiko yang terkait dengan operasi, tetapi komplikasi vaginoplasty jarang terjadi. Infeksi biasanya dapat ditangani dengan antibiotik. 

Beberapa risiko segera pascaoperasi meliputi:

• pendarahan
• infeksi
• kulit atau nekrosis klitoris
• Luke kering di jahitan
• retensi urin
• prolaps vagina
• fistula

Beberapa efek samping terkait akibat dari terapi hormon dapat berupa rambut rontok, jerawat, peningkatan berat baran, gangguan mood, gangguan tidur, hingga pembekuan darah. Beberapa resiko terapi hormon berikut dengan operasi kelamin dapat menimbulkan kemandulan.