Otak merupakan salah satu organ vital yang memainkan banyak fungsi dalam tubuh. Di dalam otak terdiri dari banyak pembuluh arteri yang apabila pecah, maka seseorang bisa mengalami pendarahan otak. Kondisi ini bisa memicu matinya sel-sel otak dan itu artinya harus segera ditangani secara medis. Sebab jika tidak, kondisi serius ini bisa memicu komplikasi berbahaya bahkan mengancam nyawa penderita.
Jenis-jenis pendarahan otak
Pendarahan otak dapat terjadi pada bagian otak mana pun. Namun, dilihat dari lokasinya, pendarahan otak terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
- Pendarahan subarachnoid
- Hematoma epidural dan subdural
- Pendarahan intraserebral
- Tekanan darah tinggi atau hipertensi
- Cedera kepala
- Kelainan pembuluh darah
- Gangguan pembekuan darah
Berbagai penyebab pendarahan otak
Pendarahan otak merupakan penyakit jangka panjang yang melemahkan dinding pembuluh darah, khususnya di otak. Jika tidak segera ditangani, ditambah lagi bila pasien mengalami hipertensi, maka pendarahan tadi bisa menyebabkan stroke hemoragik.
Ada beberapa hal yang bisa jadi penyebab perdarahan otak, di antaranya:
1. Trauma atau kecelakaan
Pendarahan otak paling umum terjadi akibat trauma pada kepala, bisa karena cedera akibat olahraga, jatuh dari ketinggian, hingga kecelakaan lalu lintas. Kondisi ini rentan dialami oleh orang yang berusia di bawah 50 tahun, terutama bila tidak berhati-hati dalam beraktivitas.
2. Bawaan lahir
Penyebab pendarahan otak juga bisa disebabkan oleh faktor bawaan lahir yang disebut dengan kelainan malformasi arteri vena. Kelainan sejak lahir ini ditandai dengan melemahnya dinding pembuluh darah di sekitar dan bagian dalam otak.
Penting diketahui bahwa gejala malformasi arteri vena hampir tidak pernah dikeluhkan pasien. Pembuluh darah bisa pecah secara tiba-tiba dan berisiko mengancam nyawa penderitanya.
3. Penurunan trombosit
Pendarahan otak dapat disebabkan oleh penurunan trombosit yang terjadi karena:
- Anemia sel sabit atau sel darah merah berbentuk abnormal
- Hemofilia atau kurangnya protein pembekuan darah
- Konsumsi obat pengencer darah
- Pembengkakan pembuluh darah atau aneurisma
- Angiopati amiloid
4. Pembuluh darah otak melemah
Pembuluh darah yang lemah karena aneurisma dapat memicu pecahnya pembuluh darah pada otak yang berujung pada stroke.
Baca Selengkapnya: Pembuluh Darah Pecah di Otak? Kenali Gejala, Bahaya, Obat
Kondisi ini terjadi karena dinding pembuluh darah mengalami kelainan, sehingga bisa menyebabkan banyak pendarahan kecil hingga pendarahan besar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor usia hingga penyakit hipertensi.
Tanda dan gejala pendarahan otak
Kalau diperhatikan, gejala pendarahan otak mirip dengan gejala stroke, di antaranya:
- Sakit kepala tiba-tiba
- Muntah
- Kebingungan
- Pingsan
- Kejang
- Gangguan keseimbangan
- Sulit menelan
- Gangguan penglihatan, jika pendarahan terjadi pada bagian otak dekat dengan saraf penglihatan
- Gangguan berbicara, jika pendarahan terajdi pada otak di bagian pusat bicara
- Koma hingga gagal napas, jika pendarahan terjadi pada bagian bawah atau batang otak
Bagaimana cara mengetahui adanya pendarahan pada otak?
Untuk memastikan apakah pasien mengalami gejala stroke atau gejala pendarahan otak, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan meliputi:
- Pemeriksaan fisik
- Tes pencitraan CT scan
- MRI otak
Baca Juga: Berapa Biaya CT Scan Kepala?
Jika lokasi pendarahan otak sudah ditemukan, maka dokter akan melakukan pengobatan lanjutan sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Beberapa penanganan terhadap pendarahan otak antara lain:
- Penanganan di unit gawat darurat (UGD)
- Pemberian intubasi bila pasien kesulitan bernapas
- Pemasangan infus untuk memasukkan obat-obatan dan cairan yang dibutuhkan pasien
Karena pendarahan otak adalah kondisi yang serius, maka pasien akan dirawat secara ketat di ruang perawatan intensif di rumah sakit. Bila muncul tanda maupun gejala yang dicurigai mengarah pada pendarahan otak, segera periksakan diri ke dokter.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Tentang Fungsi MRI dan Cara Kerjanya
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.