Rahim (uterus) merupakan sebuah organ berongga yang memungkinkan janin untuk tumbuh di dalamnya, rahim memiliki dinding-dinding yang kuat dari struktur jaringan kelenjar di permukaannya dan otot-otot rahim, masing-masing memiliki ketebalan tersendiri. Pada kondisi yang tak biasa, dinding rahim memiliki ketebalan yang melebihi normal dan kita sebut sebagai "penebalan dinding rahim".
Dalam istilah medis, penebalan dinding rahim disebut dengan hiperplasia endometrium adalah penebalan lapisan permukaan rahim (endometrium: lapisan yang mengelupas ketika menstruasi) yang terjadi akibat bertambahnya jumlah sel-sel penyusunnya secara abnormal sehingga membentuk sebuah pertumbuhan yang berlebihan. Kondisi ini dapat membuat wanita menjadi sulit hamil, atau bahkan terancam bisa menyebabkan kanker rahim.
Memang penebalan dinding rahim (hiperplasia endometrium) itu sendiri bukanlah kanker dan bisa kembali menjadi normal, namun kondisi ini terkadang menjadi pemicu kanker di kemudian hari, apalagi ketika tidak ada penanganan yang memadai.
Apa Gejala dan Tanda-Tanda Penebalan Dinding Rahim?
Gejala yang paling menonjol ketika seorang wanita mengalami penebalan dinding rahim adalah perdarahan uterus abnormal, artinya sebagai berikut:
- Perdarahan selama periode menstruasi yang lebih berat atau berlangsung lebih lama dari biasanya.
- Siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari (dihitung dari hari pertama periode menstruasi pada hari pertama periode haid berikutnya), normalnya 28-30 hari sekali.
- Pendarahan setelah menopause.
- Pendarahan yang terjadi di luar jadwal menstruasi.
Akibat beratnya perdarahan yang terjadi, maka kondisi ini bisa membuat wanita kehilangan banyak darah sehingga bisa terjadi anemia dengan serangkaian gejalanya seperti lemah, letih, lesu, pusing, berkunang-kunang, dan tampak pucat.
Pada beberapa kasus, penebalan dinding rahim menimbulkan ketidaknyamanan atau rasa sakit pada daerah rahim dan rasa sakit saat berhubungan.
Apa Penyebab Penebalan Dinding Rahim?
Jika tubuh Anda memiliki terlalu banyak hormon estrogen tanpa diimbangi dengan hormon progesteron, maka kondisi ini dapat mengembangkan hiperplasia endometrium. Untuk lebih memudahkan dalam memahami bagaimana berkembangnya hiperplasia endometrium, maka sebaiknya kita pahami terlebih dahulu bagaimana perubahan hormonal selama siklus menstruasi mempengaruhi lapisan rahim.
Di awal siklus menstruasi indung telur menghasilkan estrogen, hormon ini mengarah pertumbuhan lapisan rahim, rahim menebal guna mempersiapkan diri untuk kehamilan. Di tengah siklus, telur dilepaskan dari salah satu indung telur (ovulasi). Segera setelah ovulasi, kadar hormon lain yang disebut progesteron mulai meningkat. Progesteron mempersiapkan endometrium untuk menerima dan memelihara telur yang dibuahi. Jika kehamilan tidak terjadi, kedua hormon ini, estrogen dan progesteron menurun. Penurunan progesteron memicu menstruasi, atau peluruhan lapisan endometrium. Setelah lapisan rahim benar-benar keluar berupa darah haid dengan tuntas, maka siklus menstruasi baru dimulai kembali dan akan terulang.
Hiperplasia endometrium paling sering disebabkan oleh kelebihan estrogen tanpa progesteron. Jika ovulasi tidak terjadi, progesteron tidak dibuat, dan lapisan rahim tidak meluruh. Endometrium dapat terus tumbuh sebagai respon terhadap estrogen. Jumlah sel-sel penuyusunnya menjadi banyak melebhi normal dan kondisi ini, disebut hiperplasia. Pada beberapa wanita, pertumbuhan berlebih, yang disebut hiperplasia ini, dapat menyebabkan kanker.
Kapan biasanya kondisi ini terjadi?
Hiperplasia endometrium biasanya terjadi setelah menopause, ketika ovulasi berhenti dan progesteron tidak lagi dibuat. Penebalan dinding rahim juga dapat terjadi selama perimenopause, saat ovulasi tidak terjadi secara teratur.
Selain pada kondisi di atas, ada sejumlah situasi lain yang memungkinkan seorang wanita mengalami hiperplasia endometrium:
- Penggunaan obat yang bertindak seperti estrogen, misalnya pil atau obat kontrasepsi.
- Penggunaan jangka panjang dari dosis tinggi estrogen setelah menopause.
- Menstruasi tidak teratur, terutama terkait dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau infertilitas (kemandulan)
- Kegemukan atau obesitas.
Apa faktor risiko yang berhubungan dengan penebalan dinding rahim?
Penebalan dinding rahim lebih mungkin terjadi pada wanita dengan faktor risiko berikut:
- Usia yang lebih tua dari 35 tahun
- Berkulit putih
- Belum pernah hamil
- Usia yang lebih tua saat menopause
- Usia dini saat menstruasi dimulai
- Sejarah pribadi kondisi tertentu, seperti diabetes mellitus, sindrom ovarium polikistik, penyakit kandung empedu, atau penyakit tiroid
- Kegemukan
- Merokok
- Riwayat keluarga kanker ovarium, usus, atau kanker rahim
Mengenal Jenis-jenis hiperplasia endometrium
Hiperplasia endometrium diklasifikasikan dalam bentuk sederhana atau kompleks. Kondisi ini juga diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya perubahan sel tertentu. Jika ada perubahan sel abnormal, maka disebut atipikal. Kedua kriteria klasifikasi tersebut digabungkan untuk menggambarkan jenis yang tepat dari hiperplasia endometrium:
- hiperplasia sederhana
- hiperplasia kompleks
- hiperplasia atipikal sederhana
- hiperplasia atipikal kompleks
Bagaimana hiperplasia endometrium didiagnosis?
Ada banyak penyebab perdarahan uterus abnormal. Jika Anda memiliki perdarahan abnormal dan Anda berada di usia 35 tahun atau lebih, atau jika Anda lebih muda dari 35 tahun dan mengalami perdarahan abnormal yang tidak tertolong oleh obat, dokter mungkin melakukan tes diagnostik untuk melihat ada tidaknya hiperplasia endometrium dan kanker.
USG transvaginal dapat dilakukan untuk mengukur ketebalan endometrium. Untuk tes ini, perangkat kecil ditempatkan dalam vagina. Gelombang suara dari perangkat diubah menjadi gambar organ panggul. Jika endometrium terlihat tebal, maka bisa saja hal ini menujukkan bahwa adanya penebalan dinding rahim, hiperplasia endometrium.
Satu-satunya cara untuk memastikan apakah ada kanker atau tidak adalah dengan mengambil sampel kecil jaringan dari endometrium dan memeriksanya di bawah mikroskop. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik biopsi endometrium, dilatasi dan kuretase, atau histeroskopi .
Bagimana mengatasi penebalan dinding rahim?
Dalam banyak kasus, penebalan dinding rahim dapat diobati dengan progestin. Progestin diberikan secara oral (diminum) atau injeksi, dalam alat kontrasepsi, atau sebagai krim vagina. Berapa banyak dan berapa lama terapi ini digunakan tergantung pada usia dan jenis hiperplasia. Perluu diperhatikan bahwa pengobatan dengan progestin dapat menyebabkan perdarahan vagina seperti periode menstruasi.
Jika Anda memiliki hiperplasia atipikal, terutama jenis hiperplasia atipikal kompleks, maka risiko terkena kanker rahim bisa meningkat. Histerektomi atau pengangkatan rahim biasanya adalah pilihan pengobatan terbaik jika Anda tidak ingin punya anak lagi.
Tips Mencegah Penebalan Dinding Rahim
Anda dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk mengurangi risiko mengalami hiperplasia endometrium:
- Jika Anda menjalani terapi hormon estrogen setelah menopause, maka Anda juga dianjurkan untuk menggunakan progestin atau progesteron.
- Jika periode menstruasi tidak teratur, pil KB (kontrasepsi oral) mungkin disarankan. Karena pil ini berisi estrogen bersama dengan progestin. Bentuk lain dari progestin juga dapat digunakan. Baca: 5 Tips Memperlancar Haid dengan Efektif dan Aman
- Jika Anda kelebihan berat badan, menurunkan berat badan dapat membantu. Risiko kanker endometrium meningkat pada mereka yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.