Penganiayaan dan kekerasan memang dapat terjadi kepada siapa saja, tidak terkecuali anak di bawah umur. Hal inilah yang baru-baru saja terjadi kepada salah seorang siswi SMP di Pontianak. Kasus penganiayaan dan kekerasan tersebut menjadi viral dan mendapat perhatian publik setelah tagar #justiceforaudrey muncul memenuhi laman media sosial. Berbagai kalangan pun menyoroti kasus ini, termasuk pengacara Hotman Paris Hutapea hingga Presiden Joko Widodo.
Tindakan penganiayaan dan kekerasan yang dilakukan oleh 12 siswi SMA terhadap seorang siswi SMP tersebut sangat disesalkan oleh banyak pihak. Bagaimana tidak, para pelaku membenturkan kepala korban ke aspal, mencekik, menendang perut dan wajah korban berkali-kali, hingga menyiram air secara bergantian.
Derma Filler Wajah Di Genese Clinic
Perawatan ini berfungsi untuk meninggikan hidung, membentuk dagu supaya lebih Vshape, membentuk bibir supaya lebih menawan, dan menghilangkan kantung mata. Perawatan ini di lakukan oleh dokter.
Berita yang beredar menyebutkan bahwa tindakan penganiayaan dan kekerasan tersebut ternyata dipacu karena saling sindir dan adu komentar terkait masalah asmara. Tindakan penganiayaan dan kekerasan yang terjadi tidak hanya terjadi secara verbal melainkan ada penganiayaan fisik secara bergantian yang menyebabkan korban mengalami luka yang cukup parah. Hingga saat ini korban masih menjalani perawatan dan kondisinya sudah mulai membaik.
Walaupun begitu, tindakan penganiayaan dan kekerasan terhadap siswi SMP tersebut tidak seharusnya terjadi, karena dampak dari penganiayaan dan kekerasan tersebut dapat berlangsung hingga dewasa dan dapat menimbulkan traumatik.
Tindakan penganiayaan dan kekerasan terhadap anak bukan kali ini saja terjadi, sudah banyak kasus yang terjadi. Tidak hanya berupa kekerasan fisik, tetapi termasuk kekerasan seksual, kekerasan psikologis, kekerasan verbal, eksploitasi, penelantaran, hingga penjualan anak dan tindakan penganiayaan dan kekerasan ini dapat terjadi baik di rumah, sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat.
Korban penganiayaan dan kekerasan utamanya pada anak-anak tidak hanya memiliki bekas luka fisik pada tubuhnya, tetapi dapat juga menimbulkan luka emosional hingga penurunan fungsi otak, padahal seharusnya masa anak-anak merupakan masa tumbuh kembang yang baik untuk merancang masa depan.
Apa pengaruh penganiayaan dan kekerasan terhadap kesehatan anak?
Mempengaruhi emosi
Emosi anak akan menjadi lebih cepat berubah, menjadi lebih sulit tidur dan mudah bermimpi buruk, bahkan bisa saja memiliki keinginan untuk bunuh diri. Mereka juga cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah, sulit berinteraksi dengan orang lain dan menjadi pribadi yang tertutup karena ketakutan dan traumatik masa lalu dan tidak mudah percaya dengan orang lain.
Menurunkan fungsi otak
Efek penganiayaan dan kekerasan yang terjadi pada anak juga dapat mempengaruhi struktur dan perkembangan otak hingga terjadi penurunan fungsi otak di bagian tertentu. Hal ini dapat mengganggu proses belajar akademik hingga mengalami gangguan kesehatan mental ketika dewasa.
Dermal Fillers Treatment di Reface Clinic
Dermal Filler merupakan perawatan wajah yang berfungsi untuk memperbaiki area tertentu yang memang diperlukan. Misalnya, untuk membantu mengatasi kerutan, garis halus atau cekungan yang disebabkan penuaan, meratakan tekstur dan menghaluskan kulit, hingga menghilangkan bekas luka. Perawatan wajah ini dilakukan dengan menyuntikan cairan seperti asam hialuronat atau kolagen, maupun zat sintesis kebagian wajah yang bermasalah, Contohnya pipi,hidung,bibir,rahang,dagu,area sekitar muka, dan lainnya. Perawatan dermal filler akan menjadikan wajah menjadi lebih berisi sehingga keriput atau garis-garis halus jadi tersamarkan.
Memiliki risiko penyakit yang lebih tinggi
Trauma akibat penganiayaan dan kekerasan pada anak dapat meningkatkan risiko dalam mengalami asma, depresi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, hingga obesitas. Anak yang mengalami kekerasan cenderung memiliki sistem imun yang lebih buruk dibandingkan anak lainnya.
Memiliki kebiasaan buruk
Seseorang yang mengalami penganiayaan dan kekerasan fisik saat kecil memiliki kecenderungan kebiasaan merokok, ketergantungan alkohol, keinginan untuk bunuh diri dan penyalahgunaan obat terlarang ketika dewasa.
Bahkan jika tidak mendapat penanganan yang tepat, mereka yang sebelumnya merupakan korban dapat menjadi pelaku kekerasan itu sendiri di kemudian hari.
Bagaimana cara mencegah timbulnya penganiayaan dan kekerasan pada anak?
Diawali dari peranan orang tua dengan mengajarkan dan memberi contoh yang baik kepada anak mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain terhadap dirinya. Penerapan nilai-nilai agama dan sosial juga tidak kalah penting untuk menjadi dasar anak dalam berperilaku dan berinteraksi sosial di masyarakat.
Tindakan penganiayaan dan kekerasan yang terjadi secara fisik memang lebih mudah diketahui daripada jenis kekerasan lain, sehingga dengan memberikan perhatian lebih kepada anak dan mengenali berbagai perubahan atau tingkah laku anak menjadi penting dilakukan oleh para orang tua.
Tanda-tanda kekerasan fisik yang mudah dikenali, antara lain adanya memar, bengkak, keseleo, luka bakar, nyeri, hingga kesulitan bergerak.
Selain itu, orang tua dan anak perlu memiliki pola komunikasi terbuka, sehingga anak tidak sungkan untuk bercerita kepada orang tua ketika memiliki masalah dan orang tua dapat mengetahui masalah yang terjadi pada anak terutama saat anak berada di luar rumah atau di lingkungan sosial.
Selain itu, beberapa tindakan seperti:
- Mengajarkan norma dan nilai non kekerasan
- Memberiksan pelatihan ketrampilan hidup dan Pendidikan pada anak
- Memperkuat pendapatan keluarga dan keamanan ekonomi oleh pemerintah
- Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman untuk anak
- Menerapkan dan menegakkan hokum terhadap pelaku penganiayaan anak
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.