Rokok merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar di dunia. Berbagai gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi rokok, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sebenarnya apa saja bahaya rokok bagi kesehatan? Apakah benar rokok mengganggu imunitas tubuh? Berikut pembahasannya.
Kandungan rokok
Rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, 50 diantaranya bersifat karsinogenik (pemicu kanker). Kandungan yang paling terkenal adalah nikotin yang menyebabkan banyak orang kecanduan rokok dan tar (zat yang terdapat dalam aspal).
Umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa kandungan rokok adalah dua zat tersebut, padahal masih banyak lagi.
Kandungan zat berbahaya lain, antara lain hydrogen sianida yang umumnya digunakan sebagai racun serangga, benzene yang terkandung dalam bensin, formalin yang umumnya digunakan sebagai pengawet mayat, toluene yang digunakan sebagai bahan pembuatan cat, naftalen merupakan bahan pembuat kapur barus dan lain sebagainya.
Efek rokok terhadap imunitas tubuh
Apabila berbagai macam zat berbahaya tersebut masuk kedalam tubuh secara terus menerus, tak heran tubuh akan mengalami berbagai macam gangguan kesehatan. Mulai dari gangguan paru-paru, jantung hingga organ vital lainnya.
Beberapa waktu lalu penelitian di Amerika Serikat menunjukan bahwa rokok mampu melemahkan sistem kekebalan tubuh atau imunitas.
Penelitian ini menemukan sistem imunitas dapat menurun kaibat bakteri mulut berkembang biak dan berkoloni dengan baik pada lingkungan asap rokok. Hal ini menyebabkan bakteri mengalami resistensi, yaitu kondisi dimana bakteri menjadi kebal terhadap sistem imun tubuh.
Kondisi seperti ini meningkatkan potensi bakteri untuk menyebabkan gangguan atau infeksi.
Penyakit yang ditimbulkan antaranya adalah infeksi kulit akibat bakteri staphylococcus aureus, penyakit oral akibat bakteri streptococcus mutans, vaginosis akibat bakteri Pseudomonas Aeruginosa, dan pneumonia akibat bakteri Klebsiella pneumonia.
Resistensi akibat lingkungan asap rokok mengakibatkan proses penyembuhan menjadi lebih sulit.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa mikroorganisme menanggapi asap rokok dan mengubah gen dan protein yang mengakibatkan pertumbuhan bakteri dan kolonisasi.
Perubahan gen inilah yang membuat bakteri menjadi lebih resisten terhadap sistem kekebalan tubuh dan membuatnya lebih sulit untuk dihancurkan.
Selain membuat bakteri menjadi resisten, asap rokok juga menyebabkan gangguan imunitas lain. Berbagai zat yang terkandung dalam rokok jika masuk ke dalam darah akan mengurangi jumlah antibodi, yang berperan melawan bibit penyakit baik oleh bakteri, virus maupun parasit.
Selain berkurangnya antibodi, rokok juga menyebabkan peradangan dan kerusakan. Akibatnya jumlah sel darah putih akan meningkat. Sel darah putih memiliki peran penting dalam melawan infeksi, jumlah sel darah putih yang meningkat mengakibatkan respon terhadap infeksi menjadi kurang responsif.
Penyakit akibat asap rokok
Selain meningkatnya resiko infeksi penyakit karena turunnya sistem imun, merokok juga menyebabkan berbagai masalah lainnya. Berbagai masalah pada paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumonia dan kanker paru.
Kanker dan berbagai penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, serangan jantung, stroke, penyakit vascular perifer, penyakit cerebrovascular. Berbagai penyakit mematikan tersebut terus mengancam Anda yang mengonsumsi rokok secara terus-menerus.
Tak hanya pada perokok, orang-orang yang terpapar asap rokok pun dapat berpotensi mengalami gangguan kesehatan.
Bahaya terpapar asap rokok atau perokok aktif sama bahayanya dengan perokok aktif terutama pada ibu hamil dan anak-anak. Pada ibu hamil hal ini dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan bayi lahir mati.
Pada anak-anak memiliki resiko gangguan kesehatan mulai dari batuk, asma hingga sindrom kematian mendadak.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa merokok memang dapat mengganggu imunitas tubuh dan menjadikan seorang perokok mudah terpapar berbagai macam penyakit.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.