Selama ini, penyakit HIV/AIDS diketahui sebagai penyakit yang belum bisa disembuhkan. Penanganan yang diberikan berupa obat antiretroviral (ARV) hanya berfungsi untuk memperlambat pertumbuhan virus HIV, tapi tidak membunuhnya. Hal inilah yang membuat para ahli di berbagai belahan dunia terus mencari dan meneliti pengobatan HIV yang diharapkan bisa membunuh virus HIV.
Para ilmuwan telah lama mencoba menggandakan terapi sel punca yang menyebabkan virus HIV tidak tampak sejak kasus 12 tahun yang lalu. Dengan melibatkan pengidap yang disebut "pasien London" ini tampaknya membuahkan hasil, bahkan pasien tersebut menjadi orang kedua yang berhasil sembuh dari jeratan HIV. Lantas, bagaimana bisa?
Pengobatan HIV mulai memberikan angin segar di dunia medis
Berdasarkan informasi yang dimuat dalam The New York Times di penutup 2019, seorang pengidap yang disebut "pasien London" tampak tak lagi menunjukkan gejala HIV selama 18 bulan setelah menjalani terapi sel punca dengan mutasi gen langka. Temuan ini memberikan angin segar bagi dunia medis setelah 12 tahun yang lalu, Timothy Ray Brown yang disebut "pasien Berlin" pertama kali diketahui sembuh dari HIV dengan terapi serupa.
Pria London awalnya didiagnosis HIV pada tahun 2003, lalu menderita limfoma Hodgkin pada tahun 2012. Pasien tersebut kemudian menjalani kemoterapi untuk mengatasi kanker Hodgkin, ditambah lagi dengan penanaman sel punca yang resisten terhadap HIV. Tanpa diduga, kombinasi tindakan ini membuat kanker dan HIV-nya berada dalam tahap remisi alias tak nampak perkembangannya.
Transplantasi sel punca yang didapatkan dari pendonor memiliki mutasi gen khusus CCR5, yaitu reseptor protein yang digunakan oleh virus HIV-1 untuk memasuki sel. Akan tetapi, reseptor tersebut tidak dapat menempel pada versi mutasinya.
Ini berarti, virus tidak dapat menembus sel tubuh yang terinfeksi. Alhasil, pasien yang menerima sel punca dari pendonor tersebut juga cenderung kebal terhadap HIV.
Berkat dua kasus kesembuhan tersebut, para ahli meyakini bahwa pendekatan terapi sel punca dengan mutasi gen langka bisa membantu mengatasi HIV dalam tubuh pasien. Meskipun memang, bisa jadi tidak semua pasien HIV akan cocok dengan terapi ini. Namun setidaknya, penemuan terapi tersebut bisa memberikan harapan dan peluang kesembuhan yang cukup menjanjikan.
Apa itu terapi sel punca?
Terapi stem cell atau sel punca adalah terapi menggunakan sel induk yang masih murni atau 'polos' dan belum memiliki fungsi apa pun. Sel punca ini dapat membelah sebanyak-banyaknya menjadi sel-sel baru yang sehat dan memperbaiki struktur jaringan dalam tubuh yang rusak.
Fungsi inilah yang dimanfaatkan dunia medis untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Mulai dari penyakit jantung, luka bakar, osteoarthritis, diabetes, luka bakar, hingga kanker.
Stem cell akan dimasukkan ke dalam tubuh untuk mengganti sel yang abnormal, salah satunya sel imun yang rusak karena virus HIV. Di Indonesia sendiri, terapi sel punca sudah banyak digunakan untuk menyembuhkan leukimia (kanker darah).
Berkat perkembangan teknologi dan dunia medis yang kian canggih, terapi sel punca kini bisa diharapkan sebagai pengobatan HIV. Sebab saat seseorang terkena HIV/AIDS, sistem imun tubuhnya melemah karena termakan oleh virus HIV.
Dengan terapi stem cell, sel punca akan beregenerasi dan membentuk sel-sel baru yang lebih sehat. Kumpulan sel baru tersebut akan mengganti sistem yang rusak hingga mampu melawan virus HIV.
Karena manfaatnya menggiurkan, harga jenis terapi ini tergolong mahal dan biasanya membutuhkan beberapa kali terapi agar bisa sembuh.
Baca Juga: Transplantasi Sel Induk Dapat Menjadi Harapan Penderita HIV
Masih tetap dibutuhkan penelitian lebih lanjut
Meskipun tampak menjanjikan, masih terlalu dini untuk menyebut pasien telah sembuh total dari HIV. Pasalnya, belum tentu terapi sel punca akan cocok dilakukan pada semua penderita HIV.
Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan pengobatan HIV dengan terapi sel punca. Namun setidaknya, temuan ini cukup memberikan harapan bagi dunia medis untuk terus menemukan strategi baru dan obat HIV jangka panjang di kemudian hari.
Karena terapi sel punca belum dilakukan secara masif, mahal, kompleks, dan cukup berisiko, penderita HIV di Indonesia masih bisa menggunakan obat ARV yang gratis dari pemerintah bahkan efek sampingnya minimal. Obat ARV menjadi satu-satunya obat yang dapat menekan jumlah virus HIV dan bisa memberikan hasil maksimal bila dikonsumsi secara rutin serta tidak terputus seumur hidup.
Baca Selengkapnya: Kupas Tuntas ARV, Satu-Satunya Obat Andalan untuk HIV/AIDS
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.