Penyakit asma saat ini belum bisa disembuhkan. Namun, kita bisa mengendalikan penyakit Asma sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari penderita.
Agar pasien merasakan hasil yang baik, dokter harus memberikan perawatan asma berdasarkan gejala-gejala yang muncul. Selain itu, dari sisi pasien harus melakukan pemeriksaan secara berkala, minimal sekali setahun, agar mengetahui perawatan yang ia jalani sesuai sehingga asma pun dalam kontrol.
Program penanganan Asma
Dalam program penanganan asma, data mengenai obat-obatan pun harus dicantumkan. Hal ini juga berfungsi untuk mengetahui kondisi yang bisa membuat asma kambuh dan penanganan yang harus pasien terima.
Minimal, satu kali setahun, program penangan asma harus Anda tinjau kembali bersama dokter pendamping Anda. Bahkan, saat asma sudah mencapai pada tahap yang sangat parah frekuensi konsultasi pun harus lebih sering.
Selain itu, Anda mungkin mendapatkan saran untuk memiliki alat PFM (peak flow meter) atau alat pengukur aliran ekspirasi puncak sebagai bagian dari perawatan Asma.
Dengan begitu, Anda bisa memantau kondisi tubuh Anda sehingga mampu mengantisipasi serangan asma.
Jenis obat Asma yang paling umum digunakan
Obat asma biasa berada dalam alat bantu atau inhaler(obat hirup untuk asma). Alat ini membantu mendistribusikan obat ke saluran pernapasan dengan cara menghirup melalui mulut.
Pengobatan menggunakan metode ini sangatlah efisien karena obat segera berada di area paru paru. Pada umumnya, inhaler digunakan dengan cara dihirup, tetapi dokter biasa memberitahukan penggunaan inhaler karena fungsi yang berbeda.
Spacer juga merupakan alat selain inhaler. Alat ini terbuat dari logam dan plastik dan ada corong hisap di salah satu ujung spacer dan di ujung yang lain terdapat lobang untuk inhaler.
Saat inhaler ditekan, obat masuk di rongga spacer dan Anda menghirup melalui corong spacer. Spacer berfungsi meredakan resiko sariawan mulut atau tenggorokan akibat obat asma.
Spacer sangat efisien mengurangi efek samping dari penggunaan obat asma. Sehingga, sebagian besar orang lebih nyaman menggunakan spacer ketimbang inhaler. Oleh karena itu, spacer lebih sering dokter sarankan kepada penderita asma.
Di pasaran, ada dua jenis inhaler dalam perawatan asma. Pertama, Inhaler pereda. Alat ini berfungsi meredakan gejala asma yang timbul secara tiba-tiba pada saat itu juga.
Inhaler umumnya berisi obat-obatan yang disebut short-acting beta2-agonist, seperti terbutalin dan salbutamol. Efek dari obat ini merilekskan otot-otot di sekitar saluran pernapasan yang mengeras.
Sehingga, saluran pernapasan lebih fleksibel dan melebar seperti pada umumnya dan Anda bisa kembali bernafas seperti biasa.
Pada inhaler pereda, lebih sedikit menimbulkan efek samping dan aman selama dalam dosis yang sesuai. Bagi penderita asma yang sudah mengendalikan kondisinya, penggunaan inhaler ini tidak perlu rutin.
Bila menggunakan inhaler ini lebih dari tiga kali dalam seminggu, Anda perlu konsultasi kembali dengan dokter pendamping.
Inhaler pencegah. Sesuai dengan namanya, inhaler ini berfungsi mencegah asma kambuh dengan cara meminimalisir peradangan dan sensitivitas pada organ pernapasan.
Seringkali, Anda harus menggunakan inhaler pencegah setiap hari untuk pada waktu yang ditentukan sebelum efeknya terasa secara maksimal.
Selain itu, inhaler pereda juga bisa digunakan secara bersamaan untuk mengantisipasi asma yang kambuh secara tiba-tiba.
Penggunaan inhaler pencegah disarankan bila asma kambuh sebanyak dua kali dalam seminggu. Inhaler ini juga harus digunakan sekali saat terjaga di malam hari.
Alat ini mengandung obat-obatan steroid seperti, budesonide, beclomethasone, mometasone, dan fluticasone.
Saat kondisi asma Anda tidak kunjung membaik, dokter akan memberikan dosis yang lebih tinggi pada inhaler pencegah.
Namun, bila obat ini masih tidak mampu menangani kondisi asma anda, dokter akan memberikan obat tambahan, long-acting reliever atau pereda asma reak lambat.
Secara fungsi, sama seperti obat pereda reaksi cepat hanya saja efeknya bekerja secara lamban dan berfungsi lebih lama bisa hingga 12 jam. Salah satu contoh jenis obat ini, salmeterol dan formoterol.
Namun, obat di atas tidak bisa meredakan peradangan pada organ pernapasan. Bahkan, obat ini bisa memperparah kondisi asma dan menyembunyikan gejalanya.
Pada efek yang lebih parah, kondisi asma bisa membahayakan nyawa Anda. Dengan demikian, Anda perlu menggunakan inhaler kombinasi dengan steroid inhalasi dan bronkodilator jangka panjang dalam satu perangkat.
Prosedur penanganan serangan Asma dengan inhaler
Bila Anda mengalami asma secara tiba-tiba, Anda perlu melakukan tiga langkah penting. Pertama, gunakan inhaler pereda maksimal dua kali sehari. Kedua, merilekskan diri dan bernapas secara stabil.
Ketiga, bila belum reda dari asma, Anda harus menghisap inhaler lagi sebanyak 2 kali dalam 2 menit.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.