Setelah mengetahui bahwa Anda sedang hamil, informasi tentang jenis kelamin bayi bukanlah satu-satunya hal yang perlu diketahui. Anda sebagai calon orangtua juga perlu mengetahui atau menghitung berapa detak jantung janin yang masih terhitung normal. Pasalnya, normal atau tidaknya detak jantung janin dapat menjadi petunjuk adanya gangguan pada perkembangan bayi dalam kandungan. Lantas, bagaimana cara memonitor detak jantung janin?
Apa pentingnya monitoring detak jantung janin?
Ada beberapa pendapat yang mengungkapkan jumlah detak jantung normal janin. Pedoman dunia internasional mangatakan bahwa denyut jantung bayi normal yang masih ada di dalam kandungan adalah 110-150 denyut per menit. Namun, sebuah penelitian lain yang dilakukan di Jerman mengatakan bahwa wajarnya, janin memiliki denyut jantung sebanyak 120-160 denyut tiap menitnya.
Karena perbedaan pendapat inilah, muncul kesadaran akan pentingnya memantau detak jantung janin dalam kandungan. Tujuannya, jika ada perubahan pola detak jantung selama proses persalinan, maka hal tersebut bisa segera ditangani dengan baik. Kalau terlalu lambat atau terlalu cepat, ini bisa menjadi pertanda adanya masalah pada janin seperti kekurangan oksigen.
Baca selengkapnya: Memahami Denyut Jantung Bayi di Dalam Kandungan, Mana yang Normal dan Tidak
Cara memonitor detak jantung janin
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk memonitor denyut jantung janin, yakni:
1. Auskultasi
Auskultasi adalah cara monitor detak jantung janin menggunakan bantuan stetoskop khusus. Metode ini banyak dipilih karena cenderung aman dan lebih sedikit risikonya.
Melalui stetoskop, dokter bisa mendengar masalah lainnya yang mungkin sedang dialami oleh janin. Masih berkaitan dengan jantung, dokter juga bisa mendengarkan pola suara jantung janin hingga seberapa keras jantungnya berdetak.
2. Pemantauan secara elektronik
Selain dengan metode auskultasi, monitor detak jantung janin juga bisa dilakukan dengan alat elektronik. Dari masa kehamilan sampai kelahiran, pemantauan ini harus terus dilakukan demi kesehatan ibu dan bayi.
Ada banyak fungsi lain yang bisa dilakukan oleh alat pemantauan elektronik ini, salah satunya untuk menghitung durasi kontraksi rahim. Jenis pemantauan ini dibagi menjadi dua pilihan, yakni pemantauan eksternal dan pemantauan internal.
a. Pemantauan eksternal
Pemantauan eksternal dilakukan dengan menggunakan alat gelombang suara atau ultrasound doppler. Alat ini berfungsi untuk memeriksa apakah detak jantung janin sudah normal, cenderung lambat, atau justru terlalu cepat.
Dalam beberapa kasus tertentu, dokter akan menggunakan tes sabuk bersensor untuk menghitung berapa kali detak jantung janin berubah tempo dalam waktu 20 menit. Saat akan melahirkan, sang ibu juga akan diperiksa melalui alat bernama kardiotokografi atau CTG untuk mengetahui pola kontraksi rahim.
Baca selengkapnya: Kapan Ibu Hamil Perlu Melakukan Cardiotocography (CTG) ?
b. Pemantauan internal
Beda dengan pemantauan eksternal sebelumnya, pemantauan secara internal hanya dapat dilakukan setelah kantong ketuban pecah. Jenis pemantauan ini dilakukan dengan memasukkan kabel khusus ke dalam rahim melalui vagina.
Kabel tersebut akan ditempelkan di kepala janin untuk menghitung detak jantungnya. Namun, cara ini belum tersedia di Indonesia sehingga tidak bisa dilakukan.
Jika janin memiliki pola detak jantung yang tidak normal, belum tentu janin memiliki kelainan atau gangguan tertentu. Dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan penyebab detak jantung janin tidak normal.
Jika benar ditemukan adanya gangguan pada janin, maka baik orangtua maupun dokter harus bisa bekerja sama untuk menemukan penyebab dari gangguan tersebut. Kalau penyebab dari gangguan tidak bisa ditemukan atau tidak bisa diatasi, maka bayi harus dikeluarkan secara paksa melalui operasi caesar, ekstraksi vakum, atau forceps.
Dalam kondisi darurat, dokter kandungan bisa melakukan operasi caesar bila memang ibu tidak memungkinkan untuk bersalin secara normal. Banyak orang yang memilih cara ini apabila bayi memiliki penyakit bawaan lahir atau kondisi bayi dipastikan terlalu lemah.
Oleh karena itulah, sangat penting bagi para orangtua untuk memantau detak jantung janin secara rutin. Semakin cepat terdeteksi, maka semakin cepat pula penanganan yang dilakukan bila terdapat abnormalitas pada janin dalam kandungan.
Baca juga: TTV Normal Bayi Baru Lahir, Balita, dan Anak-Anak
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.