Apa itu penyakit Klonus?
Klonus adalah jenis kondisi neurologis yang menciptakan kontraksi otot tanpa sadar. Ini menghasilkan gerakan yang tidak terkendali, berirama, dan bergetar.
Orang yang mengalami clonus melaporkan kontraksi berulang yang terjadi dengan cepat. Ini tidak sama dengan kontraksi otot sesekali.
Clonus terutama terjadi pada otot yang mengendalikan lutut dan pergelangan kaki. Biasanya disebabkan oleh peregangan otot-otot ini secara berlebihan.
Apa yang menyebabkan Klonus?
Sementara para peneliti tidak memahami penyebab pasti dari clonus, kelihatannya itu disebabkan oleh jalan saraf yang rusak di otak.
Sejumlah kondisi kronis dikaitkan dengan clonus. Karena kondisi ini memerlukan perawatan khusus, hasilnya dapat bervariasi di setiap kasus.
Dimana letak terjadinya Klonus?
Klonus dapat mempengaruhi area dari tubuh, seperti:
- Pergelangan kaki
- Pergelangan tangan
- Jari
- Rahang
- Siku
Kondisi yang sering menyebabkan clonus meliputi:
- Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) penyakit neurologis langka yang mempengaruhi kontrol dan pergerakan otot, kadang-kadang dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig
- Kerusakan otak
- Cerebral palsy
- Penyakit metabolik tertentu, seperti penyakit Krabbe, penyakit saraf herediter, seperti paraplegia spastik herediter, sekelompok kelainan genetik langka yang mempengaruhi sumsum tulang belakang dan menyebabkan hilangnya secara bertahap tonus dan kontrol otot
- Multiple sclerosis (MS)
Multiple sclerosis, atau MS, adalah penyakit jangka panjang yang dapat mempengaruhi otak, sumsum tulang belakang, dan saraf optik di mata Anda.
Ini dapat menyebabkan masalah dengan penglihatan, keseimbangan, kontrol otot, dan fungsi dasar tubuh lainnya.
MS terjadi ketika sistem kekebalan tubuh Anda menyerang bahan berlemak yang disebut myelin, yang membungkus serat saraf Anda untuk melindunginya.
Tanpa cangkang luar ini, saraf Anda menjadi rusak. Jaringan parut dapat terbentuk.
Kondisi umum yang terkait dengan clonus adalah multiple sclerosis (MS). Ini adalah penyakit pada sistem saraf pusat yang mengganggu sinyal antara otak dan tubuh. MS dapat menyebabkan gerakan otot tak sadar.
6. Toksisitas serotonin
Sindrom serotonin, juga disebut sebagai toksisitas serotonin, adalah kondisi yang berpotensi mengancam jiwa yang terkait dengan peningkatan aktivitas serotonergik dalam sistem saraf pusat (SSP). Hal ini terlihat dengan penggunaan obat terapeutik, interaksi yang tidak disengaja antara obat, dan keracunan diri yang disengaja
Hiperaktif neuromuskuler dapat bermanifestasi sebagai tremor, kekakuan otot, mioklonus, hiper-refleksia, dan tanda Babinski bilateral. Hyperreflexia dan clonus sangat umum. Temuan ini, serta kekakuan, dan lebih sering di ekstrimitas bawah.
8. Stroke
Bagaimana cara mendiagnosis Klonus
Untuk mendiagnosis clonus, dokter pada awalnha dapat secara fisik memeriksa area yang paling terpengaruh. Jika otot berkontraksi, dokter dapat memantau kontraksi untuk melihat seberapa cepat otot berdenyut dan berapa kali berkontraksi sebelum berhenti.
Dokter Anda juga dapat memesan tes tertentu untuk mendiagnosis clonus. Tes-tes ini juga dapat membantu dokter Anda mengidentifikasi segala kondisi yang tidak terdiagnosis yang mungkin Anda miliki. Tes tersebut meliputi:
- Tes keseimbangan dan koordinasi
- Tes darah
- MRI otak
- Sampel cairan tulang belakang
Tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosis penyebab clonus. Anda mungkin perlu melakukan serangkaian tes sebelum dokter membuat diagnosis.
Bagaimana terapi Klonus?
Obat-obatan
Obat penenang dan pereda otot membantu mengurangi gejala clonus. Dokter sering merekomendasikan obat ini pada contoh pertama bagi orang yang mengalami clonus.
Obat-obatan yang dapat membantu kontraksi clonus meliputi:
- baclofen
- dantrolene
- tizanidine
- gabapentin
- diazepam
- clonazepam
Obat penenang dan obat anti spasmodik dapat menyebabkan kantuk. Orang yang menggunakan obat ini tidak boleh mengendarai mobil atau mengoperasikan alat berat.
Efek samping lain yang mungkin muncul seperti kebingungan mental, sakit kepala ringan, atau bahkan kesulitan berjalan.
Seseorang harus mendiskusikan efek samping ini dengan dokter, terutama jika mereka cenderung mengganggu pekerjaan seseorang atau kegiatan sehari-hari.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.