Bibir sumbing yang terjadi pada bayi yang baru lahir disebabkan karena jaringan pada rahang atas dan hidung tidak menyatu secara sempurna. Sehingga hal tersebut mengakibatkan belahan atau renggangan di bagian bibir saja, atap mulut, maupun bisa terjadi pada keduanya.
Pada saat ibu hamil memasuki minggu kelima atau kesembilan, bagian wajah dan rahang janin mengalami pertumbuhan. Di fase ini, jika bayi berkembang normal, bagian wajah serta rahangnya akan menyatu dengan sempurna.
Namun, untuk kondisi bayi dengan bibir sumbing, penyatuan tersebut mengalami gangguan masalah.
Bibir sumbing sendiri dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah bibir sumbing unilateral, dan yang kedua bibir sumbing bilateral. Untuk unilateral, sumbing pada anak hanya terjadi pada satu bagian bibir saja.
Sementara untuk bilateral terjadi pada kedua sisi bibir bayi.
Gejala bibir sumbing
Bayi yang mengalami bibir sumbing umumnya diketahui ketika dia baru lahir. Sementara tanda utama adalah terjadi pembelahan pada bibir.
Untuk bentuknya bisa berupa cela kecil di bagian bibir bayi atau bisa juga celah yang berukuran lebih panjang. Celah yang lebih panjang tersebut akan membentang dari arah bibir ke gusi atas, atap mulut hingga hidung.
Sedangkan ada pula bayi yang mengalami bibir sumbing pada langit-langit lunak di belakang mulutnya. Akan tetapi kondisi tersebut jarang sekali terjadi.
Apabila memang terjadi, umumnya tidak akan langsung bisa diketahui ketika bayi baru saja lahir.
Penyebab bibir sumbing
Penyebab terjadinya cacat bibir sumbing pada bayi sampai sekarang belum diketahui. Namun faktor genetik serta faktor lingkungan diduga memberikan andil besar pada bayi dengan bibir sumbing.
1. Genetik
Penelitian yang pernah dilakukan menyatakan bahwa gen yang dibawa orang tua dan diwariskan kepada anaknya, menyebabkan sang anak memiliki resiko lebih tinggi untuk mengidap bibir sumbing.
Walau begitu, tak semua orang tua yang lahir dengan bibir sumbing, anaknya juga akan mengalami hal yang serupa.
2. Kekurangan asam folat
Ada banyak sekali manfaat yang didapat dari mengkonsumsi kandungan asam folat selama kehamilan. Salah satunya adalah mencegah resiko bayi lahir dengan cacat. Itulah mengapa, tak mengherankan bila ibu hamil sangat disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang kaya akan asam folat demi mengurangi resiko janin di dalam kandungan mengalami bibir sumbing.
3. Merokok
Tak bisa dipungkiri, ada banyak sekali bahaya yang didapat bagi ibu hamil yang memiliki kebiasaan merokok. Salah satunya adalah meningkatkan cacat bibir sumbing pada anak yang akan dilahirkan.
Dengan demikian, bila bagi para ibu hamil yang punya kebiasaan merokok sangat disarankan untuk menghentikan kebiasaan tersebut bila ingin anak yang dilahirkannya terlahir dengan sehat.
4. Obesitas dan gizi buruk
Kelebihan berat badan atau obesitas serta kurangnya gizi yang diasup selama kehamilan juga memberikan dampak buruk pada bayi yang tengah dikandung. Salah satunya bayi bisa mengalami bibir sumbing ketika dilahirkan.
5. Efek samping obat
Ibu hamil memang dilarang mengkonsumsi beberapa obat tertentu untuk mencegah resiko bayi dengan bibir sumbing, misalnya saja obat methotrexate (MTX), obat isotretinoin dan lainnya. Jika akan mengkonsumsi obat, ada baiknya bila Anda terlebih dahulu berkonsultasi pada dokter kandungan.
6. Sindrom pierre robin
Sindrom ini merupakan sebuah sindrom yang dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami gangguan bibir sumbing. Meski begitu, sindrom pierre robin amatlah langka ditemukan pada bayi yang baru lahir.
Pengobatan pada bibir sumbing
Bibir sumbing pada bayi bisa disembuhkan dengan melakukan operasi. Biasanya, operasi untuk memperbaiki bibir akan dilakukan ketika bayi sudah menginjak usia tiga bulan.
Sedangkan waktu operasinya berjalan satu hingga dua jam. Sebaliknya, jika harus melakukan operasi pada langit-langit mulut, umur bayi harus menginjak 6 hingga 12 bulan dengan waktu operasi selama 2 jam.
Dengan melakukan operasi perbaikan, hal tersebut dapat mengatasi kondisi bibir sumbing pada bayi. Penampilan bibir pun bisa terlihat lebih normal dengan adanya bekas operasi yang minimal.
Disamping itu, seiring pertumbuhan si buah hati, Anda tetap perlu mengecek kondisinya dengan memeriksakan pada dokter tiap 5 tahun sekali sejak anak berusia 5 hingga mencapai umur 20 tahun.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.