Penyakit gagal jantung adalah kondisi ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang diperlukan ke seluruh tubuh. Hal ini umumnya disebabkan oleh adanya kelainan pada otot jantung sehingga jantung tidak bisa bekerja secara normal atau disebut juga dengan gagal jantung kongestif.
Jantung sendiri memiliki 4 katup, yaitu katup trikuspid, katup pulmonal, katup mitral, dan katup aorta yang berfungsi mengatur aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung secara normal. Ketika salah satu fungsi klep jantung terganggu, maka seluruh proses aliran darah juga dapat mengalami gangguan. Salah satu gangguan tersebut dapat berupa kebocoran klep jantung.
Booking Klinik Skrining Jantung (Koroner) via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket skrining jantung (koroner) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Secara umum, kebocoran klep jantung terbagi menjadi 2, yaitu stenosis klep jantung dan insufisiensi klep jantung (regurgitasi).
Regurgitasi atau insufisiensi klep jantung terjadi ketika salah satu katup pada jantung mengalami kebocoran dan menyebabkan darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh kembali ke jantung sehingga aliran darah ke seluruh tubuh menjadi berkurang.
Penyebab gagal jantung
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure merupakan suatu kondisi ketika otot jantung tidak mampu memompa darah secara normal sehingga jantung berhenti berdetak.
Penyebab gagal jantung dapat bermacam-macam, di antaranya:
- Penyempitan arteri jantung (arteri koroner) dan serangan jantung biasanya menjadi penyebab gagal jantung paling umum dan hal ini terjadi akibat penumpukan lemak yang berada di arteri jantung sehingga mengurangi aliran darah dan menyebabkan serangan jantung
- Tekanan darah tinggi (hipertensi) membuat jantung bekerja lebih keras dari yang seharusnya untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan otot jantung menjadi lebih lemah dalam memompa darah
- Diabetes yang dapat mempengaruhi tekanan darah tinggi dan penyakit arteri koroner juga dapat menjadi faktor yang meningkatkan risiko gagal jantung
- Katup jantung rusak dapat terjadi karena kelainan jantung, penyakit arteri koroner, ataupun infeksi jantung. Ketika rusak, jantung harus bekerja lebih keras dan akan semakin melemah seiring waktu. Padahal katup jantung yang mengatur aliran darah pada jantung.
- Kerusakan otot jantung (kardiomiopati) dapat terjadi karena faktor penyakit, infeksi, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun karena faktor genetik
- Ritme jantung yang tidak normal (aritmia jantung) dapat menyebabkan jantung berdetak terlalu cepat dan menyebebakan jantung bekerja terlalu keras, begitupun dengan detak jantung yang lambat juga dapat menyebabkan gagal jantung
- Miokarditis atau peradangan otot jantung dapat disebabkan oleh virus dan dapat menyebabkan gagal jantung pada sisi kiri
- Cacat jantung bawaan biasa terjadi akibat salah satu bagian jantung tidak terbentuk dengan benar sehingga bagian jantung lain harus bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui jantung
Selain karena faktor penyakit dan kondisi di atas, gagal jantung juga dapat terjadi akibat faktor usia ketika jantung mulai melemah dan tidak mampu memompa darah dengan baik. Beberapa gejala gagal jantung sendiri dapat berupa sesak napas, jantung berdebar cepat, pembengkakan di pergelangan kaki, hingga perasaan mudah lelah.
Cara Mendeteksi Gagal Jantung
Pasien gagal jantung akan menjalani serangkaian pemeriksaan berkelanjutan dalam mengatasi gangguan jantung yang dimiliki. Berikut ini beberapa cara diagnosis dan pemeriksaan penyakit gagal jantung meliputi:
- Pemeriksaan riwayat kesehatan secara keseluruhan, termasuk mengetahui pola hidup yang diterapkan, kebiasaan merokok dan minuman beralkohol, serta penggunaan obat-obatan tertentu
- Pemeriksaan fisik jantung secara lengkap untuk mengetahui tanda dan penyebab otot jantung melemah dengan mendengarkan suara jantung
- Tes darah digunakan untuk mengetahui fungsi kerja ginjal dan tiroid serta memeriksa kadar kolesterol dan kadar hemoglobin dalam darah yang mungkin dapat meningkatkan risiko gagal jantung
- Tes B-type natriuretic peptide (BNP) ketika zat dikeluarkan dari jantung dan sebagai tanda terhadap adanya perubahan tekanan darah ketika kondisi gagal jantung semakin memburuk
- Rontgen dada (X-Ray) dapat membantu menunjukkan ukuran jantung dan penumpukan cairan yang mungkin terjadi di sekitar jantung dan paru-paru
- Ekokardiogram merupakan tes pemeriksaan USG yang menunjukkan gerakan, struktur, dan fungsi jantung
- Ejection fraction (EF) digunakan untuk mengukur fungsi kerja jantung dalam memompa darah di mana setiap detak jantung berfungsi untuk menentukan apakah ada disfungsi sistolik atau gagal jantung dengan fungsi ventrikel kiri yang dipertahankan
- Elektrokardiogram (EKG) akan merekam impuls listrik yang mengalir melalui jantung
- Kateterisasi jantung merupakan salah satu prosedur invasif yang membantu menentukan penyebab gagal jantung disebabkan oleh penyakit arteri koroner atau tidak. Sementara itu tes stres merupakan prosedur noninvasif yang digunakan untuk memberikan informasi tentang kemungkinan terjadinya penyakit arteri koroner
Komplikasi Penyakit Jantung
Penyakit jantung juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, termasuk pada organ ginjal. Komplikasi ini bisa terjadi akibat komplikasi penyakit jantung ketika obat yang terus menerus dikonsumsi untuk membantu menjaga kesehatan jantung justru menjadi racun bagi ginjal dalam jangka panjang, begitupun sebaliknya. Ketika obat yang digunakan untuk menjaga ginjal tetap sehat justru menjadi racun untuk jantung.
Selain ginjal, beberapa komplikasi penyakit lain yang disebabkan oleh gagal jantung bisa meliputi masalah katup jantung dan irama jantung serta kerusakan pada hati (liver). Dengan melakukan pengobatan dan perawatan yang tepat, risiko gagal jantung dapat diatasi agar tidak bertambah parah.
Sebagai upaya pencegahan dan untuk mengurangi faktor risiko penyakit gagal jantung, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu berhenti merokok, menjaga tekanan darah dan kadar gula darah tetap stabil, mengonsumsi makanan sehat, mempertahankan berat badan ideal, mengurangi stress, dan tetap aktif bergerak sesuai kemampuan fisik yang dimiliki.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.