Suatu hal yang wajar bila setiap orang memperhatikan kondisi tubuhnya. Terlebih bagi para wanita, penampilan menjadi hal nomor satu yang wajib diperhatikan. Anda mungkin sudah melakukan berbagai cara untuk menjaga tubuh tetap ideal. Mulai dari diet habis-habisan, olahraga rutin, hingga memilih baju yang memberikan kesan ramping.
Anda boleh saja memperhatikan bentuk tubuh, tapi jangan sampai berlebihan. Bila Anda terus-terusan merasa kurang cantik atau terlalu gemuk, padahal tubuh Anda normal, bisa jadi Anda mengalami gangguan dismorfik tubuh.
Apa itu gangguan dismorfik tubuh?
Sudah bolak-balik berkaca di depan cermin, tapi masih saja merasa kurang cantik, terlalu gemuk, atau terlalu kurus? Hati-hati, hal ini bisa menjadi tanda Anda mengidap gangguan dismorfik tubuh atau body dysmorphic disorder (BDD).
Gangguan dismorfik tubuh (BDD) adalah gangguan kejiwaan yang membuat seseorang cemas berlebihan soal penampilan fisiknya. Mereka cenderung terobsesi dengan cacat tubuh yang sebetulnya tidak terlihat, atau bahkan tidak ada.
Penderita BDD selalu disibukkan dengan lekuk tubuhnya, khususnya di bagian wajah dan rambut. Semua yang terjadi pada dirinya dianggap tidak proporsional. Entah badan terlalu gemuk atau kurus, hidung pesek, bibir tidak rata, kurang cantik, dan sebagainya.
Dengan kata lain, gangguan dismorfik tubuh disebut juga sebagai obsesi penampilan. Ya, penderitanya selalu menganggap tubuhnya tidak sempurna atau cacat. Mereka tidak peduli berapa kali orang meyakinkan bahwa mereka tampak baik-baik saja, bahkan sempurna apa adanya.
Tanda dan gejala seseorang mengidap gangguan dismorfik tubuh di antaranya:
- Mencari-cari kekurangan tubuh
- Rendah diri
- Susah berkonsentrasi di sekolah atau tempat kerja
- Mengupayakan perawatan kecantikan yang ekstrem, misalnya operasi plastik
- Sering melihat atau menghindari cermin
- Berperilaku kompulsif, misalnya mengelupasi kulit (eksoriasi)
- Sering gonta-ganti pakaian supaya tampil cantik
Berbagai penyebab gangguan dismorfik tubuh
Anda mungkin bertanya-tanya, sebenarnya apa saja penyebab gangguan dismorfik tubuh. Sayangnya, sampai saat ini para ahli belum bisa memastikan penyebabnya secara pasti.
Namun, ada beberapa kondisi yang diduga menjadi penyebab gangguan dismorfik tubuh, yaitu:
Faktor keturunan
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa faktor keturunan disinyalir menjadi penyebab gangguan dismorfik tubuh. Menurut sebuah studi dalam jurnal Biology Psychiatry tahun 2000, sebanyak 8% penderita BDD memiliki anggota keluarga yang juga mengidap gangguan dismorfik tubuh.
Trauma masa kecil
Penyebab gangguan dismorfik tubuh juga bisa karena faktor trauma masa kecil. Misalnya pernah mengalami body shaming atau tumbuh di keluarga serba perfeksionis. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan dismorfik tubuh.
Seorang anak cenderung mengikuti perintah demi menyenangkan hati orangtuanya. Bila orangtua menuntut fisik yang prima dan sempurna, maka anak tentu akan melakukan segala cara untuk mewujudkan tubuh ideal sesuai yang diinginkan. Nah, hal inilah yang lambat laun memicu gangguan dismorfik tubuh pada anak.
Pernah mengalami pelecehan dan intimidasi sejak kecil juga dapat meningkatkan risiko gangguan dismorfik tubuh.
Gangguan obsesif-kompulsif
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) biasanya kurang percaya diri dengan bentuk tubuhnya. Dengan kata lain, hal ini dapat memicu gangguan dismorfik tubuh.
Suatu studi mencatat bahwa sekitar 8-37% orang dengan OCD juga menderita gangguan dismorfik tubuh. Namun, masih perlu penelitian dan analisa lebih lanjut untuk membuktikan keterkaitannya.
Kelainan struktur otak
Ketidakseimbangan zat kimia dan kelainan struktur otak bisa memicu gangguan BDD. Gangguan dismorfik tubuh juga terjadi akibat masalah pada area otak yang memproses informasi tentang penampilan tubuh. Namun memang, hal ini masih terus diteliti oleh para ahli untuk membuktikannya.
Cara mengatasi gangguan dismorfik tubuh
Gangguan dismorfik tubuh sering disalahartikan sebagai kecemasan sosial. Pasalnya, orang dengan BDD juga sering mengalami gangguan kecemasan, sehingga sering salah diagnosis.
Maka itu, bila Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, segera kunjungi dokter atau psikiater terdekat. Sampaikan semua keluhan yang Anda alami, terutama kekhawatiran Anda soal bentuk tubuh sendiri.
Jenis perawatan yang diberikan akan disesuaikan dengan gejala dan kondisi masing-masing pasien. Berikut ini 2 jenis perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan dismorfik tubuh, yaitu:
Terapi bicara
Dari sekian banyak jenis terapi, terapi bicara akan difokuskan pada terapi perilaku kognitif untuk mengatasi gejala BDD. Jenis terapi ini bertujuan untuk mengembalikan persepsi, harga diri, dan kepercayaan penderita terhadap bentuk tubuhnya. Dengan begitu, penderita dapat memandang tubuhnya dengan lebih positif dan tidak terobsesi.
Pemberian obat-obatan
Dokter mungkin akan memberikan obat antidepresan golongan Serotonin Reuptake Inhibitor (SRI), contohnya fluoxetine dan escitalopram. Jenis obat ini dapat membantu menghambat pikiran negatif dan perilaku obsesif pada pasien.
Sebagian besar pasien yang menggunakan obat SRI mengalami penurunan gejala BDD sebanyak 30%. Yang terpenting, selalu diskusikan dengan dokter mengenai dosis dan aturan minum obat yang tepat untuk Anda.
Dokter tidak merekomendasikan operasi guna memperbaiki bentuk tubuh, terlebih untuk tujuan estetika. Sebuah studi menunjukkan bahwa penderita BDD yang menjalani operasi hidung cenderung kurang puas dengan hasilnya. Sebab kembali lagi, penderita gangguan dismorfik tubuh akan selalu tidak puas dengan bentuk tubuhnya, sesempurna apapun itu.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.