Tidak jarang seorang wanita yang sedang hamil mengalami gatal pada kulitnya. Yang dimaskud gatal di sini yaitu gatal yang timbul ketika sedang hamil yang sebelum hamil tidak ada gangguan gatal pada kulit sama sekali.
Apa penyebab gatal saat hamil?
Sesuai judul, pada artikel ini akan dibahas mengenai gatal pada ibu hamil yang tidak ditandai dengan ruam, artinya tidak ada lesi kemerahan atau bentol, atau bruntus-bruntus pada kulit. kecuali bentol atau lecet karena digaruk.
Gatal yang ringan sering terjadi selama kehamilan dan sebagian hal ini wajar karena adanya peningkatan suplai darah ke kulit. DIsamping itu, seiring dengan bertambah besarnya rahim, kulit perut akan meregang (tertarik), hal ini juga bisa menimbulkan rasa gatal. Selain itu pada ibu hamil risiko terjadinya infeksi sekunder seperti akibat virus, bakteri dan jamur meningkat karena sistem imun menurun.
Jika ibu hamil mengalami gatal yang ringan, maka tidak perlu khawatir, tetapi jika gatal menjadi parah, mungkin penyebabnya adalah suatu kondisi hati yang disebut sebagai kolestasis obstetri, atau obstetric cholestasis (OC), atau intrahepatic cholestasis of pregnancy (ICP). Kondisi ini diketahui mempengaruhi kurang dari 1 dari 100 wanita hamil dan membutuhkan perhatian medis. Obstetric Cholestasis diduga disebabkan oleh tingginya kadar hormon estrogen pada wanita hamil serta disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Kolestasis Obstetri (obstetric cholestasis), merupakan gangguan hati yang serius yang terjadi pada kehamilan. Normalnya, garam empedu mengalir dari hati ke usus melalui saluran empedu. Pada kolestasis obstetri, garam empedu tidak mengalir dengan baik karena adanya sumbatan. Sebagai akibatnya garam empedu yang mengandung bilirubin akan menyebar ke aliran darah hingga sampai ke kulit menyebabkan gatal-gatal.
Apa saja gejala gatal yang disebabkan oleh obstetric cholestasis?
Gejala utamanya adalah gatal yang bersifat umum dan berat, artinya mengenai hampir seluruh tubuh ibu hamil, biasanya tanpa adanya ruam, paling sering terjadai pada usia kehamilan 28 minggu keatas. Namun beberapa ibu hamil yang gatal memiliki ruam parah akibat garukan. Bagi beberapa ibu hamil dengan OC, gatal terjadi terus menerus (non-stop) atau tak tertahankan, dan bisa lebih buruk di malam hari. Gatal juga bisa dominan pada telapak tangan dan telapak kaki.
Gejala lain yang dapat diamati termasuk urin yang berwarna gelap, sakit kuning (warna kuning pada kulit dan sklera -bagian putih- mata) dan buang air besar dengan feses pucat (seperti dempul).
Obstetric cholestasis didiagnosis melalui wawancara (anamnesis) riwayat medis dan keluarga serta pemeriksaan fungsi hati.
Cara mengatasi gatal saat hamil
Jika ibu hamil mengalami gatal yang tidak terlalu parah atau masih ringan, maka dapat diatasi dengan tips-tips berikut ini:
- Memakai pakaian longgar, karena pakaian sempit cenderung bergesekan dengan kulit dan menyebabkan iritasi.
- Hindari bahan pakaian sintetis dan memilih yang alami, seperti katun, sebagai gantinya. Hal ini akan membuat kulit "bernapas" dengan lega dan memungkinkan udara untuk bersirkulasi dekat dengan kulit.
- Mandi air dingin atau menerapkan lotion calamine dan zinc atau pelembab dapat membantu menenangkan gatal.
Gatal ringan saat hamil, biasanya tidak berbahaya bagi bagi ibu hamil ataupun bayinya, tapi terkadang bisa menjadi kondisi yang lebih serius. Oleh karena itu, jika Anda khawatir, atau jika ibu memiliki gatal yang parah, penting kiranya untuk periksa bidan atau dokter.
Cara mengatasi gatal serius (obstetric cholestasis)
Gatal karena kolestasis harus diperiksakan ke dokter dan sekaligus terapi dari dokter, namun selain itu dapat diterapkan tips-tips berikut ini:
- Sesuai dengan tips mengatasi gatal ringan seperti di atas.
- Oleskan krim, seperti calamine lotion, yang aman digunakan selama kehamilan dan dapat meredakan rasa gatal.
- Ada beberapa obat yang dapat mengurangi garam empedu sehingga mengurangi gatal, seperti Ursodeoxycholic Urso. namun belum diketahui apakah obat itu aman untuk dikonsumsi selama kehamilan.
- Suplemen vitamin K. Hal ini karena OC dapat mempengaruhi waktu pembekuan darah pada pasien. Suplementasi vitamin K dapat membantu proses pembekuan darah.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.