Diare adalah penyakit yang umum dialami masyarakat Indonesia, biasanya ditandai dengan rasa sakit di perut. Berdasarkan lamanya kejadian, ada dua jenis diare yakni diare akut dan diare kronis. Meski namanya sama-sama diare, diare akut dan diare kronis itu berbeda, lho! Lalu, apa bedanya diare akut dan diare kronis? Berikut ulasan lengkapnya.
Apa itu diare akut?
Diare akut adalah frekuensi buang air besar yang bertahan kurang dari 2 minggu. Banyak orang yang menyepelekan diare dan menganggap enteng penyakit ini. Padahal, penyakit diare ini bisa merenggut nyawa apabila tidak ditangani dengan tepat.
Ada beberapa penyebab diare akut, yakni:
- Infeksi saluran cerna
- Efek samping obat-obatan
- Banyak minum minuman yang tidak sehat seperti soda, kafein, atau minuman beralkohol
- Keracunan
Saat terkena diare akut, bentuk kotoran yang dikeluarkan umumnya bertekstur lembek dan cair. Tidak jarang diare akut ini juga disertai dengan muntah, sakit kepala, dan sakit perut.
Dalam beberapa kasus, tinja akan keluar disertai dengan adanya darah dan lendir. Anda pun harus berhati-hati agar jangan sampai dehidrasi karena diare.
Dehidrasi adalah kondisi yang paling berbahaya apabila Anda sedang terkena diare. Beberapa gejala yang muncul apabila Anda terkena dehidrasi adalah lemas, sakit kepala, dan jarang buang air kecil.
Untuk mengatasi diare akut, beberapa orang bisa sembuh setelah beristirahat dengan cukup dan minum obat yang sesuai dengan takaran. Akan tetapi, kalau ternyata diare tidak kunjung membaik dan malah bertambah buruk, maka segera periksakan ke dokter. Terlebih bila diare disertai dengan demam tinggi, sakit perut yang tidak kunjung usai, dan sangat sering muntah.
Baca Juga: 9 Penyebab Mencret Diare dan Cara Mengatasinya
Apa itu diare kronis?
Apabila frekuensi buang air besar sudah melebihi batas waktu diare akut, yakni 2 minggu, maka artinya Anda sedang terkena diare kronis. Ya, diare kronis adalah jenis diare yang membuat seseorang sering buang air besar lebih dari 2 minggu.
Kondisi diare kronis ini cukup jarang terjadi. Meski demikian, diare kronis juga termasuk penyakit yang serius dan harus segera ditangani.
Beberapa penyebab diare kronis ini meliputi infeksi bakteri, parasit, maupun virus. Sistem imun tubuh yang sedang turun atau tidak sehat juga membuat seseorang lebih mudah untuk terkena penyakit yang satu ini.
Meskipun sebagian besar diare kronis memang disebabkan karena infeksi, ada beberapa hal lain yang bisa menjadi penyebab diare kronis, seperti:
- Pengaruh obat pencahar
- Gangguan di bagian usus
- Tidak toleransi makanan
- Gangguan pankreas
- Operasi
- Tumor
Jika diare akut dapat diatasi dengan minum obat dan sedikit penanganan dokter, diare kronis ini lebih kompleks lagi. Dokter harus memastikan dulu penyebab diare yang Anda alami melalui berbagai pemeriksaan. Mulai dari tes darah, endoskopi, hingga rontgen.
Apabila Anda sudah mengalami diare lebih dari 2 minggu, bukan tidak mungkin Anda sedang terkena penyakit diare kronis. Segera periksakan ke dokter sebelum terlambat.
Baca Juga: Antibiotik untuk Diare Berikut Dosis dan Aturan Pakainya
Yang terpenting, Anda harus mengonsumsi banyak cairan supaya tidak dehidrasi. Ini karena sangat mudah bagi penderita diare kronis untuk merasa dehidrasi.
Hindarilah berbagai minuman tidak sehat dan berbahaya seperti alkohol, kopi, teh, dan yang lainnya. Untuk makanan, Anda juga perlu menghindari beberapa jenis makanan seperti makanan berlemak, makanan pedas, dan makanan berat.
Apabila sudah tidak kuat menahan sakitnya, Anda boleh saja mengonsumsi obat diare, tapi sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter. pastikan air munum yang Anda konsumsi adalah air yang steril, bersih, dan layak untuk diminum.
Beberapa pemicu terjadinya diare tersebut tentunya bisa dihindari dengan hidup sehat dan makan makanan yang baik. Selain itu, biasakan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan terlebih dahulu guna mencegah masuknya bakteri ke dalam tubuh yang bisa memicu diare akut dan diare kronis.
Baca Selengkapnya: 10 Makanan untuk Pemulihan Tubuh Saat Diare
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.