Pandemi COVID-19 yang belum hanya berdampak pada kesehatan fisik saja, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Salah satu efek psikologis yang menyerang penderita COVID-19 meski jarang terjadi adalah gangguan psikotik atau psikosis.
Apa itu gangguan psikotik?
Gangguan psikotik atau psikosis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kesulitan membedakan kenyataan (realitas) dan imajinasi. Gangguan psikotik ini biasanya justru dialami oleh penyintas COVID-19.
Gejala gangguan psikotik yang pernah dilaporkan terjadi adalah:
- Halusinasi. Orang yang mengalami gangguan psikotik dengan gejala halusinasi biasanya akan melihat, mendengar, merasakan, atau bahkan mencium sesuatu yang sebenarnya tak nyata dan tidak diketahui orang lain. Contohnya adalah suara orang berteriak minta tolong padahal tidak ada orang di sekitar.
- Delusi. Gejala delusi pada penderita gangguan psikotik ditandai dengan keyakinan yang tinggi akan sesuatu yang terbukti tidak benar. Misalnya, memercayai bahwa dirinya akan dibunuh karena telah diikuti oleh orang jahat dan akan meninggal akibat diberi racun.
Gejala gangguan psikotik pada penyintas COVID-19
Beberapa gejala gangguan psikotik lain yang bisa diperhatikan adalah:
- Sulit diajak berbicara karena pembicaraan tidak jelas
- Berperilaku aneh bahkan cenderung berbahaya
- Mengalami gangguan tidur dan sulit berkonsentrasi
- Melakukan gerakan yang tidak biasa atau lebih lambat
- Perubahan suasana hati yang memburuk
Jika tidak ditangani dengan baik, gangguan psikotik dapat menimbulkan pengaruh buruk yang berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Kondisi ini bahkan berisiko membuat penderitanya memiliki keinginan bunuh diri yang tentunya tidak boleh dilakukan.
Baca selengkapnya: Kenali 3 Jenis Psikosis yang Paling Umum dan Gejalanya
Mengapa pasien COVID-19 bisa mengalami gangguan psikotik?
Secara umum, penyebab utama gangguan psikotik atau psikosis adalah gangguan pada otak yang bisa saja dipicu oleh masalah kesehatan lain, seperti tumor otak, stroke, infeksi otak, hingga Alzheimer.
Sejumlah ahli kesehatan memperkirakan bahwa gangguan pada otak itu berkaitan dengan efek peradangan di tubuh, gangguan pembuluh darah, maupun akibat respons sistem imun tubuh terhadap virus corona.
Dari sejumlah laporan kesehatan yang dirilis, sebagian besar pasien COVID-19 yang mengalami gangguan psikotik tersebut hanya menderita beberapa gejala fisik ringan dan umumnya tidak memiliki riwayat penyakit mental.
Tak hanya itu, sebuah studi yang diterbitkan pada November 2020 di Inggris memaparkan bahwa sekitar 20% penyintas didiagnosis mengidap gangguan mental lain seperti gangguan kecemasan dan depresi. Diagnosis ini ditegakkan setidaknya 90 hari setelah orang tersebut dinyatakan terinfeksi virus corona. Para peneliti pun mengemukakan bahwa pasien COVID-19 yang berusia 65 tahun ke atas lebih berisiko terserang demensia.
Baca juga: Ini Alasan Kita Harus Tetap Waspada meski Vaksin COVID-19 Sedang Didistribusikan
Cara mengatasi gangguan psikotik pada penderita Covid 19
Gangguan psikotik dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, termasuk kesulitan melakukan aktivitas normal seperti biasanya. Masalahnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti berapa lama kondisi tersebut dapat menyerang seorang pengidap atau penyintas COVID-19.
Walau pengobatan gangguan psikotik khusus pengidap atau penyintas COVID-19 masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, secara umum kondisi ini dapat diatasi dengan cara berikut:
- Terapi rapid tranquilization yang bekerja dengan cara memberikan suntikan penenang ke tubuh pasien
- Pemberian obat antipsikotik untuk mengurangi gejala halusinasi atau delusi
- Terapi perilaku kognitif yang ditujukan untuk mengubah cara pikir dan perilaku penderita psikosis
Jika mengalami gejala gangguan psikotik, kamu disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter, psikolog, ataupun psikiater. Informasikan pula kondisi ini ke orang terdekat untuk mencegah kondisi yang mungkin lebih parah di kemudian hari. Lakukan tindakan serupa jika kamu menyadari orang lain--termasuk penyintas COVID--yang mengalami gangguan psikotik.
Atur waktu untuk melakukan berbagai aktivitas yang dapat mendukung kesehatan mental, seperti olahraga, yoga, relaksasi, maupun melakukan hobi. Pastikan aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan di dalam rumah atau sebisa mungkin tidak membutuhkan kontak langsung dengan orang lain.
Terapkan juga pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, minum air putih yang cukup, dan tidur sekitar 7-8 jam setiap malam untuk menjaga daya tahan tubuh.
Baca juga: 7 Tips Tetap Sehat Secara Mental Saat Menghadapi Fase 'New Normal'
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.