Belakangan ini banyak beredar informasi mengenai obat COVID-19. Yang terbaru, obat Ivermectin dan susu beruang sedang banyak diincar bahkan sampai menimbulkan kelangkaan di pasaran, sebab katanya ampuh menyembuhkan COVID-19. Padahal, sampai saat ini, belum ada satu pun obat yang benar-benar terbukti mampu menghilangkan virus SARS-CoV-2 dalam tubuh.
Salah kaprah soal obat COVID-19
Kasus COVID-19 yang terus meningkat di Indonesia menimbulkan kepanikan di masyarakat. Ditambah lagi dengan kondisi rumah sakit yang penuh di mana-mana hingga berita kehilangan orang-orang terdekat yang semakin sering terdengar.
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik
Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Faktor-faktor itulah yang membuat masyarakat terus mencari cara agar terhindar dari infeksi corona. Salah satunya dengan mengonsumsi ‘obat COVID-19’. Harapannya, obat tersebut bisa membantu menyembuhkan pasien corona, atau setidaknya melindungi tubuh dari risiko tertular COVID-19.
Baca juga: Bagaimana Rekomendasi Terbaru Penggunaan Azithromycin dan Oseltamivir pada Pasien COVID-19?
Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan belum ada satu pun obat yang terbukti mampu menyembuhkan COVID-19. Begitu pun dengan ‘obat COVID-19’ yang santer dibicarakan belakangan ini, di antaranya:
1. Ivermectin
Ivermectin tengah hangat diperbincangkan sebagai obat COVID-19, bahkan stoknya di pasaran kian menipis. Katanya, obat ini dinilai efektif mempercepat penyembuhan pasien COVID-19. Benarkah?
Ivermectin sebetulnya merupakan golongan obat antihelmintik, yaitu obat untuk mengatasi infeksi cacing atau parasit dalam tubuh manusia dan hewan. Jadi, ivermectin bukanlah obat anti virus seperti yang diduga selama ini.
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik
Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
FDA di Amerika Serikat, yang setara dengan Badan POM di Indonesia, pun tidak menyetujui penggunaan ivermectin untuk mengobati atau mencegah infeksi COVID-19 pada manusia. Sejauh ini, ivermectin masih dalam tahap penelitian sel-sel di laboratorium dan belum diuji coba kepada manusia.
Jadi, masih terlalu dini untuk menetapkan ivermectin sebagai obat COVID-19. Toh, ivermectin hanya bisa didapatkan dengan resep dokter sehingga tidak boleh digunakan sembarangan.
2. Susu beruang
Kasus panic buying bukan cuma terjadi pada obat ivermectin, tapi juga susu beruang. Hal ini terjadi sejak munculnya kabar bahwa jenis susu ini disebut-sebut bisa mengobati COVID-19.
Katanya, minum susu beruang bisa membantu membilas virus-virus yang bersarang di paru-paru, termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Padahal, dari jalur masuknya saja sudah berbeda: virus corona ada di paru-paru, sedangkan susu beruang masuk ke organ pencernaan seperti lambung dan usus.
Menurut para ahli gizi, susu beruang memiliki kandungan gizi yang sama dengan susu UHT pada umumnya. Susu juga bukanlah satu-satunya cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Alangkah lebih baik jika kita memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh dengan memperbanyak asupan sayur dan buah yang jelas kaya vitamin serta mineral.
Baca juga: Multivitamin Ini Atasi Efek Kelelahan Pasca-terinfeksi Virus Corona
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik
Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
3. Campuran air kelapa muda, jeruk nipis, dan garam
Penjual air kelapa muda turut meraup untung di saat pandemi COVID-19. Apalagi setelah susu beruang dan suplemen vitamin C mulai banyak habis di pasaran, masyarakat berbondong-bondong untuk membeli air kelapa muda sebagai penggantinya.
Selama ini, air kelapa muda dikenal sebagai herbal untuk menetralisir racun-racun dalam tubuh. Namun, apa benar jika dicampur dengan jeruk nipis dan garam bisa mengobati COVID-19?
Faktanya, tidak ada bukti ilmiah yang menjelaskan bahwa campuran air kelapa muda, jeruk nipis, dan garam bisa membunuh virus COVID-19 dalam sekejap. Meskipun, memang, ketiga bahan tersebut memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh.
Air kelapa mengandung antioksidan yang mampu mengoptimalkan fungsi tubuh sekaligus menjaga keseimbangan elektrolit. Beragam kandungan zat dari air kelapa juga diketahui dapat membantu proses detoksifikasi sehingga racun-racun yang mengendap dalam saluran pencernaan dapat dikeluarkan.
Sementara itu, jeruk nipis mengandung vitamin C yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Akan tetapi, ini bukan berarti kombinasi air kelapa muda, jeruk nipis, dan garam bisa dijadikan obat COVID-19 yang mampu menghilangkan virus hanya dalam waktu 1 jam setelah diminum.
4. Minum minyak kayu putih
Mitos obat COVID-19 yang satu ini sudah lama beredar dan ternyata masih banyak dipercaya. Dari yang semulanya minyak kayu putih hanya digunakan sebagai minyak oles, herbal yang satu ini katanya dapat diminum untuk menyembuhkan COVID-19.
Kandungan minyak atsiri pada tanaman kayu putih memang berpotensi sebagai antivirus. Ada senyawa aktif bernama eucalyptol yang diduga bisa menghambat aktivitas Mpro, enzim yang berperan dalam perkembangbiakan virus corona. Jika enzim ini bisa dihambat, pertumbuhan virus pun diharapkan bisa ikut terhambat.
Namun, lagi-lagi, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa minyak kayu putih bisa dijadikan obat corona. Apalagi kalau diminum dalam jumlah banyak, hal ini malah dikhawatirkan dapat menimbulkan efek keracunan seperti mual, muntah, pusing, keringat berlebihan, denyut jantung meningkat, hingga alergi.
Jadi, jangan cepat percaya dengan kabar obat COVID-19 yang beredar di media sosial. Daripada bergantung pada obat-obatan yang belum jelas penelitiannya dan bukan anjuran dokter, lebih baik lindungi diri dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Bila perlu, kamu juga dapat mengonsumsi suplemen multivitamin untuk membantu mendongkrak daya tahan tubuh agar tidak mudah terinfeksi virus corona.
Baca juga: 6 Hoaks Vaksin COVID-19 yang Tidak Perlu Kamu Percaya Lagi
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.