Di beberapa wilayah di dunia, berbagai binatang beracun dapat berkembang dan menjadi ancaman nyata bagi manusia di sekitarnya.
Gigitan dari beberapa jenis binatang seperti ular, laba-laba, kalajengking dan bahkan tawon, dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang cepat di dalam tubuh yang mengakibatkan gangguan neurologis dan bahkan stroke.
Racun yang dikeluarkan dari gigitan hewan atau sengatan hewan dapat memiliki sifat kimia yang dapat menyebabkan kelumpuhan otot-otot yang dapat mengganggu sistem pernapasan dan fungsi jantung dengan konsekuensi yang berpotensi fatal.
Beberapa jenis racun dapat mengganggu fungsi pembekuan darah normal, memicu perdarahan yang berlebihan, merangsang pelepasan hormon dan mengubah struktur pembuluh darah. Konsekuensi ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan mungkin parah karena pengaruh racun yang dilepaskan ke dalam tubuh korban.
Gigitan Binatang yang Bisa Menyebabkan Stroke
1. Gigitan ular
Gigitan ular terbukti secara ilmiah dapat menyebabkan stroke. Mekanisme terjadinya infark serebral (kekurangan aliran darah pada otak) akibat bisa ular adalah sebagai berikut:
- Racun menunjukkan efek antikoagulan dan prokoagulan yang dapat menyebabkan pembentukan sumbatan pada pembuluh darah kecil dan besar akibat mikrotrombi yang mengakibatkan terjadinya stroke.
- Hemoragin adalah komponen racun yang dapat menyebabkan kejang pembuluh darah yang parah, kerusakan endotelial dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Semua ini dapat menyebabkan trombosis atau pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke.
- Tekanan darah rendah dapat terjadi karena berkurangnya volume cairan di dalam pembuluh darah akibat berkeringat, muntah, penurunan asupan cairan dan kecenderungan perdarahan.
- Darah yang terlalu kental disebabkan akibat berkurangnya volume cairan di dalam pembuluh darah. Jika kondisi ini terjadi bersamaan dengan tekanan darah rendah, akan menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang dapat berkontribusi menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah.
- Efek langsung racun dari bisa ular yang mempengaruhi jantung dapat menyebabkan jantung berdetak lebih lambat dan menimbulkan pembentukan bekuan darah di jantung (tromboemboli jantung).
2. Sengatan lebah
Tawon atau lebah termasuk dalam ordo serangga yang disebut “Hymenoptera.” Jutaan kasus sengatan Hymenoptera terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Seringkali, mereka disertai dengan reaksi inflamasi lokal.
Pada kondisi yang jarang terjadi, korban dapat mengalami reaksi alergi sistemik yang parah dengan hipotensi atau syok anafilaksis (syok akibat reaksi alergi), edema menyeluruh, gagal napas, atau bahkan kegagalan organ. Meskipun jarang terjadi, komplikasi neurologis termasuk stroke pernah dilaporkan
Beberapa mekanisme bagaimana sengatan lebah bisa menyebabkan stroke pernah dilaporkan. Mekanisme utama adalah tekanan darah rendah dan kekurangan suplai oksigen yang terkait dengan reaksi anafilaksis, peningkatan proses penggumpalan darah, mengecilnya pembuluh darah yang disebabkan oleh pelepasan beberapa zat inflamasi akibat sengatan tawon.
Zat-zat ini termasuk serotonin (5-hydroxytryptamine), histamin, dopamin, asetilkolin, bradikinin, leukotrien, dan tromboksan.
Stimulasi retrograde intens dari sistem saraf di leher yang mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah karotis juga pernah dilaporkan menyebabkan stroke pada kasus tawon yang menyengat pada daerah kepala dan leher.
3. Gigitan laba-laba
Laba-laba jenis brown recluse memiliki ciri khas tanda yang berbentuk biola di punggungnya . Laba-laba ini beristirahat pada siang hari dan tidak agresif, tetapi akan menyerang jika diprovokasi. Pasien biasanya digigit saat memakai pakaian atau sepatu dengan laba-laba yang bersembunyi di dalamnya
Sindrom Loxoscelism adalah gejala yang disebabkan oleh gigitan laba-laba brown recluse. Gigitan laba-laba ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit tetapi kemudian menjadi tanda peradangan, berdarah dan nyeri.
Sel kulit yang mati akan menyebar beberapa hari setelah tergigit dan membuat kulit menjadi berwarna merah, putih dan biru. Racun laba-laba ini mengandung enzim suatu enzim yang disebut hialuronidase dan sphingomyelinase yang bisa menyebabkan kematian jaringan (nekrosis).
Selain itu, aktivitas dari sel darah putih dan proses pembekuan darah dapat memperburuk nekrosis. Manifestasi lokal dari gigitan laba-laba ini termasuk bengkak, peradangan, perdarahan, kerusakan dinding pembuluh darah, pembentukan gumpalan darah, dan nekrosis.
Tetapi gejala sistematis termasuk gagal ginjal akut, kerusakan sel otot, kerusakan sel darah dan dalam beberapa kasus, menyebabkan pembekuan darah yang parah yang dapat menyebabkan serangan stroke
Gigitan binatang bisa berbahaya bagi siapa saja. Pertolongan medis darurat sangat diperlukan, karena gejala yang mengancam jiwa dapat berkembang dengan cepat.
Spesies hewan mungkin bervariasi tergantung pada lokasi lingkungan dan iklim, dan petugas ambulans diharapkan untuk dapat mengidentifikasi dan mengatasi serangan binatang yang dapat menyebabkan hasil akhir yang fatal.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.