Di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, para ibu tentu jadi waswas dan mencari segala cara agar dirinya dan keluarga bisa tetap sehat, apalagi bagi mereka yang memiliki bayi atau anak yang masih kecil. Dibandingkan orang dewasa, tubuh anak cenderung lebih rentan terhadap penyakit sehingga para ortu harus lebih waspada. Termasuk juga bagi ibu menyusui, sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah agar Anda dan si kecil tidak ketularan penyakit. Simak panduan social distancing untuk ibu menyusui berikut ini.
Apakah virus corona dapat ditularkan ke bayi lewat ASI?
Virus corona penyebab COVID-19 disebut juga dengan SARS-CoV-2, karena sangat mirip dengan tipe coronavirus penyebab SARS. Jenis virus ini dapat ditularkan dengan mudah dari satu orang ke orang lain melalui droplet (percikkan air liur) saat seseorang bersin atau batuk.
Booking Klinik Pemeriksaan COVID-19 via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket covid-19 hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Karena itulah, masyarakat dianjurkan untuk memberikan jarak sosial (social distancing) untuk mencegah penularan virus corona. Lantas, bagaimana dengan ibu menyusui, apakah juga harus jaga jarak dan sementara waktu berhenti menyusui si kecil?
Dikutip dari Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayi Baru Lahir Selama Social Distancing milik Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI), sebuah penelitian terbatas pada 6 kasus persalinan di China menemukan hasil negatif COVID-19 pada pemeriksaan ASI.
Sejauh ini, belum ditemukan adanya bukti bahwa virus corona dapat ditularkan melalui ASI ibu. Itu artinya, ibu masih bisa terus memberikan ASI untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil.
Namun, para ibu menyusui tetap perlu waspada sebab Anda masih bisa menularkan virus pada bayi lewat tetesan droplet saat bersin maupun batuk di dekat bayi.
Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil dan Menyusui Menerima Vaksin COVID-19?
Panduan jaga jarak (social distancing) bagi ibu menyusui
Social distancing adalah memberikan jarak sosial antara satu orang dengan orang lain untuk mencegah penyebaran penyakit. Batas jarak aman yang dianjurkan adalah minimal 1-2 meter.
Booking Klinik Pemeriksaan COVID-19 via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket covid-19 hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Hal ini mungkin mudah dilakukan untuk sesama orang dewasa atau orang lain di tempat umum. Namun, tentunya tidak mungkin bila ibu harus menjauh dari bayi dan anak-anak, apalagi jika mereka masih menyusui.
Supaya lebih aman dan nyaman, ikuti panduan social distancing untuk ibu menyusui berikut ini:
1. Hindari kontak fisik dengan orang sakit
Sebisa mungkin, tetaplah berada di dalam rumah jika tidak ada keperluan yang mendesak. Apabila terdapat anggota keluarga serumah yang sedang sakit, mintalah ia memakai masker dan tetaplah berjaga jarak.
Baca juga: Tips Aman Berhubungan Seks di Tengah Wabah COVID-19
2. Cuci tangan sebelum memegang si kecil
Kunci terpenting untuk mencegah penularan virus corona adalah dengan rutin mencuci tangan pakai sabun selama 20 detik. Bagi ibu menyusui, hal ini wajib dilakukan sebelum memegang si kecil atau memegang payudara menjelang menyusui.
Pastikan tangan Anda dalam kondisi bersih sebelum mengarahkan payudara ke mulut bayi. Ini termasuk juga jika Anda ingin memompa ASI atau memberikan ASI lewat botol, pastikan untuk selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh pompa ASI maupun botol bayi.
Booking Klinik Pemeriksaan COVID-19 via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket covid-19 hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
2. Pakai masker saat menyusui
Selama menyusui, posisi ibu dan bayi tentu akan sangat berdekatan. Kontak erat ini berpotensi meningkatkan risiko penularan melalui droplet infeksius di udara. Si kecil bisa saja tertular virus, tak hanya COVID-19 tapi juga virus lainnya yang ada di saluran pernapasan.
Sebaiknya gunakan masker selama menyusui untuk melindungi si kecil dari paparan droplet-droplet infeksius dari si ibu. Selain itu, hindari kebiasaan mencium bayi kesayangan Anda untuk sementara waktu.
Setelah selesai menyusui, segeralah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Hindari menyentuh mata, hidung, mulut, dan wajah sebelum mencuci tangan terlebih dahulu.
3. Bersihkan pompa ASI dan botol bayi setelah digunakan
Ibu menyusui dianjurkan untuk memerah ASI, terutama di masa wabah COVID-19 seperti sekarang ini. Sesekali susui si kecil menggunakan botol bayi.
Tak hanya untuk menyiapkan stok ASI perah (ASIP), memberikan ASI lewat botol akan membantu mengurangi risiko penularan yang terjadi seperti saat ibu menyusui secara langsung. Selesai memerah ASI, selalu bersihkan pompa ASI dan botol bayi secara menyeluruh.
Setelah itu, rekatkan kantong yang sudah berisi ASI dan segera simpan di freezer. Dengan begitu, bayi Anda dapat menerima manfaat ASI kapan saja sekaligus menjaga persediaan ASI jika sewaktu-waktu ibu sedang sakit dan risiko penularannya cukup besar.
Penting dicatat bahwa bayi dan anak-anak memiliki sistem imun yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Maka itu, lakukanlah social distancing dengan tetap di rumah demi menjaga kesehatan ibu dan bayi dari virus yang beterbaran.
Baca juga: 5 Cara Terbaik Menyimpan ASI Perah agar Gizinya Tetap Terjaga
Jaga kebersihan diri sendiri dan orang terdekat dari virus Corona (Covid-19) dengan rajin cuci tangan dengan sabun, kenakan masker pelindung, gunakan tisue ketika bersin atau batuk, dan hindari tempat keramaian. Jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, berolahraga, istirahat cukup, dan minum air putih serta multivitamin.
Jika mengalami gejala seperti demam, batuk, bersin, atau kondisi lainnya, sebaiknya segera memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan. Untuk informasi atau laporan mengenai kasus Covid-19, bisa melihat di website resmi www.covid19.go.id atau menghubungi hotline Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) khusus COVID-19 di nomor 119 ext. 9. Pencegahan dan penanganan awal akan membantu mengurangi risiko bahaya atau komplikasi yang lebih parah.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.