Pengertian
Apa itu stroke?
Stroke adalah kondisi serius pada otak ketika aliran darah ke otak menjadi terputus akibat adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Dalam beberapa menit hal ini membuat sebagian area otak mengalami kematian hingga tak berfungsi. Sejumlah gejala pun muncul, seperti kelumpuhan, gangguan bicara, pingsan, bahkan kematian, sesuai dengan area otak yang terlibat.
Penyakit atau serangan stroke merupakan kondisi gawat darurat yang harus mendapatkan penanganan segera. Hingga saat ini penyakit stroke menjadi momok yang menakutkan. Tak heran, jika stroke menjadi penyakit paling mematikan di Indonesia.
Mengapa stroke bisa terjadi, bagaimana mengenali gejala, penanganan, dan pencegahannya? Simak penjelasan di bawah ini.
Tanda dan Gejala
Apa saja ciri-ciri dan gejala stroke?
Gejala stroke terjadi pada bagian tubuh yang dikendalikan oleh otak. Gejalanya pun akan bervariasi tergantung area otak mana yang terkena, karena ada fungsi-fungsi tertentu di masing-masing area otak.
Adapun gejala stroke yang umumnya terjadi meliputi:
- Kelumpuhan.
- Mati rasa atau kelemahan di lengan, wajah, dan tungkai, terutama di satu sisi tubuh.
- Kesulitan berbicara atau mengerti ucapan.
- Kebingungan.
- Bicara tidak jelas.
- Kesulitan melihat di salah satu atau kedua mata, dengan penglihatan yang menghitam atau kabur, atau penglihatan ganda.
- Kesulitan berjalan.
- Kehilangan keseimbangan atau koordinasi.
- Pusing.
- Sakit kepala parah dan mendadak dengan penyebab yang tidak diketahui.
Ketika ada yang mengalami gejala di atas, upayakan agar segera mendapatkan pertolongan medis darurat, karena pengobatan segera adalah kunci utama untuk mencegah hal-hal buruk berikut ini:
- Kerusakan otak.
- cacat permanen.
- Kematian.
Penyebab dan Faktor Risiko
Apa penyebab stroke?
Stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah arteri disebut stroke iskemik. Sedangkan apabila penyebabnya adalah pecahnya pembuluh darah arteri, maka disebut sebagai stroke hemoragik. Ada jenis stroke lainnya, yakni bukan stroke yang sesungguhnya, disebut transient ischemic attack (TIA), atau mini-stroke yang dikenal oleh masyarakat sebagai stroke ringan.
Apa yang membedakan diantara jenis stroke di atas, simak penjelasan di bawah ini:
1. Stroke iskemik (non-hemoragik)
Menurut CDC , sebagian besar kasus stroke adalah jenis stroke iskemik. Pada stroke iskemik, arteri yang memasok darah ke otak mengalami penyempitan atau penyumbatan sehingga alirannya berkurang atau bahkan terhenti sama sekali. Kondisi ini seringkali disebabkan oleh gumpalan darah atau aliran darah yang sangat berkurang.
Dua jenis stroke iskemik yang paling umum adalah trombotik dan embolik. Stroke trombotik terjadi saat bekuan darah terbentuk di dinding salah satu arteri yang memasok darah ke otak. Sedangkan stroke embolik terjadi ketika bekuan darah atau kotoran lainnya yang terbentuk di bagian tubuh lainya - seringkali di jantung - kemudian bergerak melalui darah dan terjebak di arteri otak hingga menyebabkan penyumbatan.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika arteri di otak tiba-tiba pecah atau bocor, sehingga darah tumpah ruah di otak. Darah bocor semakin banyak mengisi ruang kepala yang tertutup rapat tulang tengkorak, akhirnya darah menekan dan merendam otak, sel-sel dan jaringan otak menjadi bengkak dan rusak. Stroke hemoragik sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi dan aneurisma.
Dua jenis stroke hemoragik adalah subaraknoid dan intraserebral. Intracerebral adalah jenis stroke hemoragik yang paling umum, terjadi saat jaringan di sekitar otak dipenuhi oleh darah setelah arteri pecah. Sedangkan pendarahan subaraknoid lebih jarang terjadi, yaitu ketika perdarahan terjadi di daerah antara otak dan jaringan yang menutupinya (lapisan di bawah tulang tengkorak).
3. Transient ischemic attack (TIA)
Stroke ringan ini terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat selama kurang dari lima menit, setelah itu kembali pulih. Gejalanya bersifat sementara dan hilang setelah beberapa menit. TIA sering disebabkan oleh bekuan darah dan menjadi tanda peringatan bahwa ada ancaman serangan stroke yang sesungguhnya di kemudian. Jadi, jangan anggap remeh TIA. Carilah pertolongan medis untuk menanganinya.
Siapa yang lebih berisiko terserang stroke?
Ada beberapa faktor resiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena stroke. Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki, maka semakin besar kemungkinannya mengalami stroke di kemudian hari.
Berikut faktor-faktor risiko stroke:
- Diet atau pola makan. Jenis makanan tak sehat yang meningkatkan risiko stroke diantaranya makanan tinggi garam, lemak trans, lemak jenuh, dan kolesterol.
- Kurang gerak. Ketidakaktifan secara fisik juga bisa meningkatkan risiko terkena stroke. CDC merekomendasikan bahwa bagi orang dewasa setidaknya membutuhkan 2,5 jam olahraga (aerobik) setiap minggu, contohnya jalan cepat beberapa kali dalam seminggu.
- Alkohol. Risiko stroke juga meningkat bagi peminum alkohol. Menurut Mayo Clinic, konsumsi alkohol harus dibatasi, tidak lebih dari satu gelas per hari untuk wanita, dan tidak lebih dari dua gelas untuk pria. Lebih dari itu dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dan pengerasan pembuluh darah yang dapat berujung stroke.
- Rokok. Menggunakan tembakau juga menimbulkan risiko, karena bisa merusak pembuluh darah dan jantung. Tekanan darah pun meningkat saat nikotin masuk ke dalam tubuh.
- Faktor pribadi. Pria lebih berisiko ketimbang wanita, semakin tua usia semakin tinggi risikonya. Juga pada etnis tertentu seperti asia lebih rendah risikonya dibanding, afrika-amerika, hispanik, alaska, indian-amerika.
- Penyakit dan kondisi medis. Seseorang yang pernah mengalami stroke atau TIA sebelumnya, maka lebih berisiko terkena stroke lagi di kemudain hari. Juga bagi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, penyakit jantung koroner, cacat katup jantung, pembesaran bilik jantung, denyut jantung tidak teratur, anemia sel sabit, dan diabetes atau kencing manis.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Bagaimana memastikan diagnosis stroke?
Serangan stroke begitu cepat dan datang secara tiba-tiba, kita hanya bisa menduganya dengan melihat tanda dan gejala stroke seperti di atas. Begitu mencurigainya, maka segeralah ke layanan gawat darurat terdekat.
Untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan terbaik, maka pasien harus sampai di rumah sakit dalam 3 jam setelah gejala pertama kali muncul.
Sambil melakukan pertolongan awal, dokter akan memeriksa dengan bantuan beberapa uji diagnositik untuk menentukan jenis stroke:
- Pemeriksaan fisik: Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit. Pemeriksaan fisik berupa tekanan darah, mendengarkan arteri karotis di leher, dan memeriksa pembuluh darah di bagian belakang mata untuk memeriksa pembekuan darah.
- Tes darah: Dokter mungkin melakukan tes darah untuk mengetahui seberapa cepat darah membeku, kadar zat tertentu dalam darah, termasuk faktor pembekuan dan ada tidaknya infeksi.
- CT scan: Melalui pemeriksaan ini dokter dapat mengetahui adanya perdarahan, stroke, tumor, dan kondisi lain di dalam otak.
- MRI scan: Digunakan untuk mendeteksi jaringan otak yang rusak.
- Karotis ultrasound: USG untuk memeriksa aliran darah di arteri karotis dan untuk mendeteksi adanya plak di pembuluh darah.
- Angiogram serebral: Zat kontras disuntikkan ke pembuluh darah otak sehingga gambaran pembuluh darah dapat terlihat dengan rongsen. Ini akan memberi gambaran rinci tentang pembuluh darah di otak dan leher.
- Echocardiogram: Diperlukan ketika mencurigai bekuan atau gumpalan darah yang terbentuk dari jantung.
Dari beberapa pemeriksaan ini, maka dokter akan lebih terarah dalam memberikan bantuan penanganan kepada pasien stroke.
Obat dan Pengobatan
Apa saja penanganan dan obat stroke di layanan kesehatan?
Karena stroke iskemik dan hemoragik memiliki penyebab yang berbeda, maka keduanya memerlukan pengobatan dan penanganan yang berbeda. Perbedaan itupun bisa dibilang bertolak belakang, jika sampai tertukar maka malah akan memparah kondisinya.
Pengobatan Stroke Iskemik
Stroke iskemik disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau menyempit, sehingga perawatan berfokus pada pemulihan aliran darah yang cukup ke otak.
Pengobatan dimulai dengan obat-obatan yang dapat memecah gumpalan darah yang sudah ada dan mencegah pembentukan gumpalan baru. Aspirin bisa diberikan, semisal bisa suntikan aktivator plasminogen jaringan (TPA). TPA sangat efektif dalam melarutkan gumpalan namun perlu disuntikkan dalam 4.5 jam dari mulainya gejala stroke.
Prosedur darurat meliputi pemberian TPA langsung ke arteri di otak atau menggunakan kateter untuk menghilangkan gumpalan secara fisik. Penelitian masih berlangsung untuk mendapatkan manfaat dari prosedur ini.
Ada prosedur lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko stroke atau TIA. Endarterektomi, yakni prosedur bedah untuk membuka arteri karotid dan mengeluarkan plak di pembuluh darah.
Sebagai alternatif, angioplasti, yakni prosedur bedah untuk menggelembungkan balon kecil di arteri yang menyempit melalui kateter dan kemudian memasukkan tabung mesh yang disebut stent ke dalam pembuluh darah. Tujuannya untuk mencegah agar arteri tidak menyempit lagi.
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak, jadi pengobatan berfokus pada pengendalian perdarahan dan mengurangi tekanan pada otak.
Pengobatan bisa dimulai dengan obat yang diberikan untuk mengurangi tekanan di otak, mengendalikan tekanan darah secara keseluruhan, mencegah kejang dan mencegah penyempitan pembuluh darah secara tiba-tiba.
Bagi pemakai antikoagulan (pengencer darah) atau obat antiplatelet seperti warfarin atau clopidogrel, maka diberikan terapi berupa obat untuk melawan efek obat tersebut atau transfusi darah untuk mengatasi kehilangan darah.
Jika perdarahan disebabkan oleh malformasi arteriovenosa (AVMs) ataupun Aneurisma, maka operasi atau pembedahan dapat dilakukan untuk menghilangkannya jika tidak terlalu besar dan tidak terlalu dalam.
AVM adalah persambungan antara arteri dan vena yang lebih lemah dan lebih mudah pecah daripada pembuluh darah normal lainnya.
Selengkapnya mengenai obat dan pengobatan baca disini: Obat dan Pengobatan Stroke
Bagaimana cara mengobati stroke di rumah?
Saat serangan stroke terjadi, maka tidak ada perawatan rumah yang dianjurkan, pasien harus segera di bawah ke rumah sakit. Perawatan rumahan diperlukan ketika kondisi stroke sudah tertangani di rumah sakit dan memerlukan rehabilitasi.
Terapi Rehabilitasi
Stroke adalah peristiwa yang mengubah dan mempengaruhi hidup seseorang baik secara fisik maupun emosional. Setelah mengalami stroke, pemulihan yang berhasil seringkali melibatkan terapi dan dukungan khusus, seperti:
- Terapi bicara. Dilakukan untuk mengatasi masalah dalam berucap atau memahami ucapan.
- Terapi fisik. Dilakukan untuk membantu seseorang mempelajari kembali gerakan dan koordinasi. Penting untuk tetap aktif, meski awalnya sulit.
- Terapi okupasi: Digunakan untuk membantu seseorang meningkatkan kemampuan dalam melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti mandi, memasak, berpakaian, makan, membaca, dan menulis.
- Dukungan dari teman dan keluarga. Orang-orang terdekat harus menawarkan dukungan praktis dan kenyamanan bagi pasien setelah mengalami stroke. Teman dan keluarga harus tahu apa yang harusnya dilakukan untuk membantu.
Rehabilitasi adalah bagian pengobatan yang penting dan berkelanjutan. Dengan bantuan yang tepat dan dukungan orang yang dicintai, maka kembali ke kualitas hidup yang normal adalah bukan hal yang mustahil, meskipun tergantung pada tingkat keparahan stroke.
Komplikasi
Apa bahaya komplikasi Stroke yang mungkin timbul?
Stroke dapat menyebabkan cacat sementara atau permanen. Komplikasi stroke akan tergantung pada bagian otak mana yang terkena dan berapa lama otaknya tanpa oksigen atau suplai darah.
Beberapa komplikasi stroke yang umum termasuk:
- Pembengkakan otak.
- Kesulitan berbicara atau menelan.
- Masalah kontrol kandung kemih.
- Kejang.
- Depresi.
- Kesulitan berjalan atau menggerakkan anggota badan.
- Hilang ingatan.
- Kematian.
Pencegahan
Bagaimana mencegah stroke?
Cara terbaik untuk mencegah stroke adalah mengatasi penyebab dan membebaskan diri dari faktor risikonya. Hal ini paling baik dicapai melalui perubahan gaya hidup, diantaranya:
- Makan makanan sehat.
- Menjaga berat badan ideal.
- Berolahraga secara teratur.
- Berhenti tidak merokok.
- Batasi atau hindari alkohol.
Mengkonsumsi makanan bergizi berarti termasuk banyak buah, sayuran, dan biji-bijian, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Pastikan hanya makan sedikit daging merah atau daging olahan dan membatasi asupan kolesterol dan lemak jenuh. Minimalkan asupan garam untuk menjaga kesehatan tekanan darah.
Langkah lain yang diambil untuk membantu mengurangi risiko stroke antara lain:
- Rajin cek dan selalu menjaga tekanan darah.
- Rajin cek dan selalu menjaga gula darah normal. Terutama bagi penyandang diabetes.
Disamping menjalani perubahan gaya hidup, dokter juga dapat membantu mengurangi risiko stroke iskemik melalui pemberian obat antikoagulan atau antiplatelet. Khususnya bagi yang berisiko tinggi.
Malam dok, saya mau tanya kalau gejala penyakit jantung rematik apa saja ya? apa bisa didiagnosa dengan anamnesa, jika bisa, berapa persen tingkat keakuratannya terhadap kemungkinan menderitanya?