Mengonsumsi suplemen bukan buat gaya-gayaan. Selain membantu menjaga daya tahan tubuh, suplemen dapat digunakan untuk menunjang pengobatan hipertensi, kolesterol tinggi, dan gangguan kecemasan atau anxiety.
Meski demikian, mengonsumsi suplemen tidak boleh sembarangan. Ada sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengonsumsi suplemen kesehatan, di antaranya:
- Ketahui jenis vitamin atau mineral yang dibutuhkan;
- Perhatikan kandungan obat yang tertera di label kemasan;
- Konsultasikan seluruh penggunaan obat maupun suplemen dengan dokter;
- Sesuaikan dengan dosis dan aturan pakai yang ada.
Baca juga: Jaga Sistem Imun dengan Konsumsi Vitamin dan Mineral
Suplemen untuk pengidap hipertensi
1. Minyak ikan omega 3
Minyak ikan atau asam lemak omega 3 dipercaya dapat membantu menurunkan tekanan darah yang bisa menimbulkan risiko penyakit jantung dan stroke. Minyak ikan omega 3 juga dapat diandalkan untuk mencegah penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis).
2. Magnesium
Suplemen yang mengandung magnesium juga bagus untuk penderita hipertensi. Suplemen jenis ini dapat membantu menurunkan tekanan darah jika dikonsumsi secara teratur selama 6 minggu. Akan tetapi, suplemen ini tidak dianjurkan untuk pasien yang juga memiliki riwayat penyakit ginjal.
3. Kedelai
Mengonsumsi berbagai makanan atau minuman yang berasal dari kedelai atau suplemen protein kedelai memungkinkan terjadinya penurunan tekanan darah tinggi, terutama tekanan darah sistolik yang normalnya berada di angka 120 mmHg.
Suplemen kedelai yang mengandung tinggi protein diperkirakan juga dapat membantu menurunkan kadar LDL dan kolesterol total dalam darah.
Suplemen untuk pengidap kolesterol tinggi
Penderita penyakit kolesterol umumnya akan diberikan obat kolesterol golongan statin, seperti Simvastatin atau Atorvastatin, untuk menjaga kestabilan kadar kolesterol dalam tubuh. Akan tetapi, ada pula suplemen yang memiliki cara kerja mirip dengan obat tersebut.
Beberapa jenis suplemen atau vitamin yang digunakan pada penderita kolesterol, antara lain:
1. Minyak ikan omega 3
Kandungan EPA dan DHA yang terdapat dalam minyak ikan omega 3 tak hanya memberikan manfaat baik bagi penderita hipertensi tekanan darah tinggi, tetapi juga dapat membantu menurunkan kadar trigliserida sekitar 30 persen. Meski demikian, asam lemak omega 3 yang secara alami terdapat pada biji rami, canola oil, maupun ikan salmon , juga bisa meningkatkan sedikit kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah.
2. Angkak (red yeast rice)
Suplemen herbal yang mengandung beras merah hasil fermentasi atau angkak sudah lama digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Manfaat angkak dipercaya bisa membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan kolesterol total serta meningkatkan kolesterol baik (HDL).
Akan tetapi, beberapa jenis beras merah fermentasi juga mengandung citrinin atau monacolin K yang bisa menyebabkan kerusakan ginjal--terutama gagal ginjal--sehingga tidak boleh dikonsumsi berlebihan.
Baca selengkapnya: Red Yeast Rice: Manfaat, Dosis, & Efek Samping
3. Coenzyme Q10 (CoQ10)
Mengonsumsi Coenzyme Q10 yang mengandung antioksidan memiliki manfaat penting dalam membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), menurunkan tekanan darah dan mencegah penyakit jantung. Penggunaan Coenzyme Q10 diperkirakan mampu mengurangi efek samping obat kolesterol golongan statin dalam meredakan nyeri otot.
Suplemen untuk pengidap gangguan kecemasan
1. Ekstrak Chamomile
Ekstrak chamomile seringkali menjadi pilihan dalam meredakan gangguan kecemasan atau anxiety. Teh atau suplemen dengan kandungan chamomile yang kaya antioksidan ini juga sering digunakan untuk mengatasi masalah sulit tidur dan memberikan rasa tenang bagi tubuh.
2. Kava
Suplemen lain yang umumnya dikonsumsi oleh penderita gangguan kecemasan adalah kava. Kava yang memiliki kandungan zat aktif kavalakton dikenal ampuh mengatasi gangguan kecemasan. Selain itu, kava dipercaya bisa memberikan rasa rileks pada otot dan meningkatkan kemampuan kognitif.
Namun, penggunaan seluruh jenis suplemen atau vitamin tambahan sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk menghindari potensi efek samping atau interaksi obat.
Baca juga: 3 Jenis, Gejala, dan Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.