Donor Plasma Konvalesen, Benarkah Bantu Atasi Gejala COVID-19?

Dipublish tanggal: Mar 2, 2021 Update terakhir: Jun 18, 2021 Waktu baca: 3 menit
Donor Plasma Konvalesen, Benarkah Bantu Atasi Gejala COVID-19?

Ringkasan

Buka

Tutup

  • FDA di Amerika Serikat telah mengesahkan terapi plasma konvalesen untuk pasien COVID-19 karena belum ada pengobatan yang disetujui untuk mengatasi COVID-19;
  • Plasma konvalesen adalah komponen atau plasma darah yang diambil dari pasien yang sudah sembuh dari infeksi COVID-19;
  • Plasma konvalesen dari penyintas COVID-19 mampu mengeliminasi virus dan diharapkan bisa memutus rantai infeksi;
  • Terapi ini lebih ditujukan untuk pasien dengan gejala ringan dan sebaiknya diberikan pada fase awal penyakit dengan titer antibodi yang tinggi;
  • Calon pendonor plasma konvalesen diutamakan berjenis kelamin laki-laki. Bila pendonor perempuan, syaratnya tidak boleh sedang hamil;
  • Efek samping donor darah konvalesen yang mungkin terjadi adalah reaksi alergi, kerusakan paru-paru dan kesulitan bernapas, serta infeksi seperti HIV hingga hepatitis B atau C;
  • Dapatkan paket tes COVID-19 berupa swab PCRswab antigen, dan rapid test dengan harga bersahabat dan tim medis berpengalaman di HDmall;
  • Gunakan fitur chat untuk berkonsultasi dengan apoteker kami secara gratis seputar obat dan pemeriksaan kesehatan yang Anda butuhkan.

Akhir-akhir ini, permintaan plasma konvalesen marak bermunculan di media sosial hingga grup-grup percakapan. Donor plasma konvalesen dari penyintas COVID-19 disebut-sebut dapat membantu memulihkan pasien COVID-19, terutama yang gejalanya cenderung berat. Apa benar begitu?

Apa itu donor plasma konvalesen? 

FDA di Amerika Serikat (setara BPOM di Indonesia) telah mengesahkan terapi plasma konvalesen untuk pasien COVID-19. FDA mengizinkan penggunaannya selama pandemi mengingat sampai saat ini belum ada pengobatan yang disetujui untuk mengatasi COVID-19

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan COVID-19 via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket covid-19 hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Plasma konvalesen adalah komponen atau plasma darah yang diambil dari pasien yang sudah sembuh dari suatu infeksi. Terapi ini bukanlah hal baru, sebab sudah pernah dilakukan sebelumnya untuk mengobati penyakit flu babi pada tahun 2009, Ebola, SARS, dan MERS.

Dalam kasus COVID-19, plasma darah yang diambil mengandung antibodi terhadap virus SARS-CoV-2. Setelah memenuhi kriteria donor, plasma konvalesen diambil dengan metode plasmaferesis sebanyak 400-600 ml. Dilansir dari laman resmi Satgas Penanganan COVID-19, saat ini terapi tersebut sudah bisa diakses masyarakat melalui Palang Merah Indonesia (PMI) di pusat.

Tubuh manusia secara alami akan membentuk antibodi ketika terinfeksi bakteri, virus, atau jamur. Begitu juga saat terjangkit virus corona, tubuh akan membuat antibodi khusus yang akan mengingat virus tersebut bila nantinya kembali masuk ke dalam tubuh. Ketika pasien sudah sembuh, artinya tubuhnya sudah mampu mengatasi infeksi COVID-19 sehingga bisa dipakai untuk membantu orang lain yang masih sakit.

Baca juga: Donor Plasma Darah Pasien Sembuh, Harapan Baru Pengobatan Virus Corona

Syarat pendonor plasma konvalesen

Pada dasarnya, persyaratan donor plasma konvalesen hampir sama dengan donor darah biasa. Namun, calon pendonor plasma konvalesen diutamakan berjenis kelamin laki-laki dan bertubuh sehat. Kenapa begitu?

Hal ini karena laki-laki tidak memiliki antigen HLA sehingga meminimalkan terjadinya masalah di calon penerima donor (resipien). Perempuan sebetulnya juga boleh menjadi pendonor asalkan tidak sedang hamil dan memenuhi kriteria lainnya.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan COVID-19 via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket covid-19 hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Selain itu, ada syarat-syarat lain yang harus dipenuhi jika ingin menjadi pendonor plasma konvalesen, yaitu:

  1. Berusia 17-60 tahun;
  2. Berat badan minimal 55 kg;
  3. Diutamakan laki-laki, namun bagi wanita belum pernah hamil;
  4. Pernah terkonfirmasi positif COVID-19 sebelumnya dengan real time PCR;
  5. Dinyatakan sembuh dari COVID-19 dengan hasil swab PCR negatif;
  6. Tidak memiliki komorbiditas seperti diabetes, hipertensi, kanker, dan penyakit saluran pernapasan lain:
  7. Dinyatakan negatif dari penyakit infeksi menular lewat transfusi darah;
  8. Memiliki golongan darah A, B, O dan rhesus yang harus kompatibel dengan calon penerima plasma;
  9. Memiliki titer antibodi serum spesifik IgG anti SARS-CoV-2 lebih dari 1:320;
  10. Bersedia menjalani prosedur plasmaferesis;
  11. Bersedia menandatangani Informed Consent (ICT).

Baca juga: Sudah Sembuh dari COVID-19, Mungkinkah Kambuh Lagi?

Seberapa efektif donor plasma konvalesen dalam meringankan gejala COVID-19?

Plasma konvalesen dari penyintas COVID-19 mampu mengeliminasi virus dan diharapkan bisa memutus rantai infeksi. Para ahli juga berharap terapi ini dapat memperbaiki sistem imun tubuh yang terganggu sehingga pasien bisa cepat pulih seperti sedia kala.

Berdasarkan bukti ilmiah terkini, terapi plasma konvalesen tidak terbukti bermanfaat untuk menangani pasien COVID-19 dengan gejala sedang, berat, maupun kritis. Terapi ini lebih ditujukan untuk pasien dengan gejala ringan dan sebaiknya diberikan pada fase awal penyakit dengan titer antibodi yang tinggi.

Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Libster dkk di awal 2021, donor plasma konvalesen berpotensi mencegah munculnya COVID-19 yang berat. Akan tetapi, dengan syarat diberikan pada pasien COVID-19 dengan kriteria sebagai berikut:

  1. Usia tua, DAN;
  2. Sakit ringan, DAN;
  3. Diberikan kurang dari atau sama dengan 72 jam setelah gejala muncul, DAN;
  4. Titer antibodi di plasma konvalesen tinggi (> 1:1000).

Terapi ini secara umum aman dilakukan. Para ahli juga percaya bahwa risiko tertular COVID-19 akan rendah karena pendonor telah pulih sepenuhnya dari infeksi.

Akan tetapi, sama seperti donor darah pada umumnya, terapi plasma konvalesen juga dapat menimbulkan reaksi efek samping tertentu pada tubuh si penerima. Sejumlah efek samping donor darah konvalesen yang mungkin terjadi meliputi:

  • Reaksi alergi;
  • Kerusakan paru-paru dan kesulitan bernapas;
  • Infeksi, seperti HIV hingga hepatitis B dan C.

Tenang, Anda tak perlu khawatir sebab efek samping tersebut bisa ditekan selama pasien telah memenuhi semua persyaratan. Perlu ditekankan bahwa donor plasma konvalesen ditujukan untuk membantu mempercepat penyembuhan pasien COVID-19 dengan gejala ringan hingga sedang, bukan untuk mencegah infeksi. Dengan kata lain, donor plasma konvalesen tetap tidak mampu menggantikan vaksin COVID-19.

Baca selengkapnya: Kupas Tuntas Vaksin COVID-19: Efikasi, Syarat, dan Efek Samping

8 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Sehat Negeriku, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Kemenkes Dorong Penggunaan Terapi Plasma Konvalesen Pada Pasien COVID-19. (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20201210/5935955/kemenkes-dorong-penggunaan-terapi-plasma-konvalesen-pasien-covid-19/). 11 Desember 2020.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Terapi Plasma Konvalesen Dapat Diakses Melalui PMI. (https://covid19.go.id/berita/terapi-plasma-konvalesen-dapat-diakses-melalui-pmi). 8 Januari 2020.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Terapi Plasma Convalescent, Pengobatan Alternatif Pasien COVID-19. (https://covid19.go.id/p/berita/terapi-plasma-convalescent-pengobatan-alternatif-pasien-covid-19). 26 Juni 2020.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app