Dari berbagai jenis dan kondisi kecanduan yang ada dan diakui sebagai masalah kesehatan, kecanduan berbelanja seringkali dianggap remeh dan tidak diyakini sebagai kondisi psikologis yang harus diatasi. Dari yang hanya berupa cara menghabiskan waktu luang atau untuk memberikan reward pada diri sendiri, kebiasaan berbelanja dapat merusak keuangan begitu menimbulkan kecanduan.
Kegiatan berbelanja yang sudah berubah menjadi kecanduan, tindakan kompulsif dan impulsif untuk menghabiskan uang untuk berbelanja terjadi di luar kendali. Kondisi kecanduan berbelanja ini dikenal sebagai shopoholism, yang dapat memberikan efek merusak bagi kehidupan pribadi seseorang, keluarganya dan keuangan secara menyeluruh.
Kondisi kecanduan, baik itu kecanduan berbelanja, kecanduan akan alkohol, obat-obatan terlarang maupun berjudi sebenarnya tidak dapat dipahami penyebab pastinya. Hanya 10% hingga 15% saja orang yang memiliki kecenderungan genetis untuk memiliki kondisi kecanduan. Saat gen ini bertemu dengan kondisi lingkungan yang memicu dan mendukung terjadinya kecanduan, kecanduan pun makin menjadi-jadi. Adanya perasaan senang yang timbul dari hormon endorfin dan dopamin saat berbelanja dalam otak membuat keinginan untuk mengulangi perasaan yang sama terjadi.
Tanda Bila Anda Sudah Kecanduan Berbelanja
Berbelanja sudah memasuki wilayah kecanduan pada saat hal-hal ini mulai terjadi:
1. Pengeluaran melebihi budget.
Orang yang mengalami kecanduan akan kegiatan berbelanja biasanya akan menghabiskan uang melebihi dana yang sudah dialokasikan sehingga mengalami masalah keuangan. Batasan bahwa harga yang dipasang sudah di luar jangkauan menjadi tidak berarti lagi.
2. Membeli sesuatu secara kompulsif.
Ditandai dengan perbelanjaan di luar rencana, yang tadinya hanya ingin menghabiskan uang untuk membeli sepasang sepatu, pulang dengan membawa lima pasang sepatu.
3. Dalam sebulan, frekuensi berbelanja besar-besaran bisa mencapai dua hingga tiga kali.
4. Adanya kecenderungan menyembunyikan masalah berbelanja secara berlebihan.
Bahkan, seorang shopaholics kemungkinan juga memiliki kartu kredit rahasia yang tidak diketahui oleh orang terdekatnya.
5. Mengembalikan barang belanjaan yang berlebihan secara berulangkali karena merasa bersalah, namun hanya untuk berbelanja barang lainnya.
6. Adanya hubungan yang rusak dengan orang-orang di sekeliling seorang shopaholic karena banyaknya utang yang timbul akibat kecanduan berbelanja. Serta adanya aspek emosional yang menjadi terisolir akibat rasa bersalah dan rahasia yang disembunyikan dari orang terdekat.
7. Berbelanja sebagai pelarian dari rasa marah, depresi, cemas atau kesepian.
8. Adanya perasaan hampa tanpa kartu kredit.
9. Adanya perasaan serupa euphoria dengan berbelanja.
10. Adanya rasa bersalah dan malu segera setelah berbelanja besar-besaran.
11. Berbohong mengenai banyaknya uang yang dikeluarkan untuk berbelanja.
12. Secara obsesif memikirkan tentang uang.
13. Menghabiskan banyak waktu berusaha mengatur banyak rekening untuk mendukung gaya hidup berbelanja.
Cara Mengatasi Kecanduan Berbelanja
Untuk mengatasi kecanduan berbelanja ini, cara pertama yang harus dilakukan adalah mengakui adanya masalah. Berterus terang pada keluarga atau kawan dekat dapat membantu orang yang kecanduan berbelanja untuk lebih memegang kendali pada kebiasaan buruk ini. Selain itu, mencari bantuan profesional konselor dapat menjadi jalan keluar lainnya.
Untuk memulai kebiasaan baru untuk mengenyahkan kecanduan berbelanja, langkah-langkah sederhana ini dapat dilakukan:
1. Akui kecanduan akan berbelanja.
2. Buang jauh-jauh buku cek dan kartu kredit yang makin mendukung kebiasaan berbelanja tak terkontrol.
3. Jangan berbelanja sendirian.
4. Isi waktu luang dengan kegiatan lain yang juga Anda sukai.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.