Tes mantoux adalah suatu pemeriksaan screening untuk mengetahui apakah seseorang pernah terpapar dengan bakteri tuberkulosis (TBC) atau tidak. Tes ini disebut juga dengan istilah tes kulit tuberkulin, karena memang memerlukan suntikan ringan pada kulit.
Infeksi tuberkulosis merupakan penyakit infeksi serius yang paling sering menyerang paru-paru. Bakteri dapat tinggal di dalam paru-paru dalam keadaan tidak aktif dengan jangka waktu lama, fase ini disebut dengan periode latent TB. Ketika daya tahan tubuh melemah, bakteri TB dapat kembali aktif dan menimbulkan gejala infeksi TB. Lebih lanjut pelajari di sini: Penyakit TBC : Gejala, Penyebab, Pengobatan
Pada umumnya, apabila bakteri yang bersifat sebagai antigen ini masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan membentuk antibodi untuk mencegah masuknya bakteri lebih lanjut, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak di dalam tubuh. Proses ini disebut dengan respon imun, suatu mekanisme pertahanan dari sistem kekebalan tubuh untuk mencegah masuknya antigen asing. Prinsip inilah yang digunakan dalam pemeriksaan tes mantoux.
Indikasi atau Kegunaan
Pada pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang sudah terpapar dengan bakteri tuberculosis atau tidak, serta megetahui ada tidaknya antibodi spesifik terhadap bakteri tuberculosis. Pemeriksaan ini tidak bertujuan untuk menentukan apakah seseorang terdiagnosa TB atau tidak.
Tes mantoux ini disarankan dilakukan pada orang-orang yang beresiko terinfeksi TB, seperti :
- Sering terpapar dengan penderita TB, atau di lingkungan tempat tinggal ada yag menderita TB.
- Mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh, seperti obat steroid.
- Pasien kronis yang mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh, seperti penderita kanker, penderita HIV/AIDS, atau pasien yang menerima organ transplantasi.
Reaksi antara antigen dengan antibodi yang sesuai akan membentuk suatu kompleks imun. Pada beberapa kasus tertentu, adanya kompleks imun ini dapat dilihat secara kasat mata, salah satunya adalah tes mantoux, dimana akan terbentuk benjolan setelah 48 – 72 jam, biasa disebut dengan indurasi.
Prosedur Tes Mantoux
Tes mantoux dilakukan dengan cara memasukan antigen tuberculosis yang sudah dimurnikan di lengan kiri bawah sisi bagian dalam. Sebanyak 0.1 ml antigen dimasukan secara intradermal, yaitu di lapisan dermis kulit, sehingga pada saat selesai disuntikan akan terbentuk benjolan atau kubah kecil di kulit.
Lokasi disekitar benjolan tersebut diberi tanda batas dengan pulpen atau spidol agar perubahan yang terjadi dapat dengan mudah diamati.
Hasil dari pemeriksaan tes mantoux baru dapat dinilai 48 – 72 jam setelah penyuntikan, yang dinilai adalah diameter benjolan bukan diameter kemerahan yang timbul. Selama menunggu hasil pemeriksaan, lengan kiri dapat digunakan untuk beraktivitas secara normal, tidak perlu ditutup plester, tidak boleh digaruk, dan tetap boleh dicuci atau mandi perlahan-lahan.
Berikut hasil interpretasi tes mantoux :
- Hasil tes mantoux negatif, apabila setelah 48 – 72 jam tidak ada benjolan atau terbentuk benjolan sangat kecil (diameter kurang dari 5 mm). Hal ini berarti pasien dalam keadaan normal, tidak terpapar dengan bakteri tuberculosis.
-
Hasil tes mantoux positif, apabila terbentuk benjolan dengan diameter lebih dari 5 mm. Hasil tes mantoux yang positif tidak berarti seseorang positif terinfeksi TB, melainkan hasil ini hanya menunjukan bahwa seseorang pernah terpapar oleh bakteri tuberculosis. Sebagai contoh :
- Orang yang divaksinasi BCG
- Pekerja kesehatan di rumah sakit, laboratorium, atau puskesmas
- Orang yang tinggal berdekatan dengan pasien TB
- Pasien TB yang sudah dinyatakan sembuh
Akan tetapi terbentuknya benjolan yang lebih dari 15 mm pada orang-orang yang tidak memiliki resiko terinfeksi TB, menunjukan bahwa pasien dalam fase aktif infeksi TB.
Pada beberapa kondisi, pemeriksaan tes mantoux dapat menunjukan hasil negatif palsu, dimana pasien sebenarnya terinfeksi TB, tapi pada pemeriksaan tes mantoux memberikan hasil yang negatif. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang dimiliki orang tersebut tidak sempurna, sebagai contoh :
- Mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh, karena tubuh tidak mampu lagi membentuk antibodi untuk melawan antigen, sehingga tidak terbentuk kompleks imun antibodi-antigen. Sebagai contoh : pasien HIV/AIDS atau pasien kanker
- Pasien yang menerima organ transplantasi sehingga harus mengkonsumsi obat steroid.
- Bayi baru lahir, anak-anak atau orang lanjut usia.
Oleh karena itu untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi TB harus dilakukan anamnesa mengenai gejala yang timbul, pemeriksaan fisik, dan juga pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan dahak BTA dan juga rontgen paru-paru.
Efek Samping Tes Mantoux
Pemeriksaan tes mantoux ini tidaklah berbahaya, cukup aman, dan jarang menimbulkan efek samping pada pasien sehingga dapat dilakukan terhadap semua golongan pasien termasuk anak-anak, wanita hamil atau menyusui, orang lanjut usia, orang dengan penyakit tertentu, dan sebagainya.
Antigen tuberculosis yang disuntikan di lengan pasien sudah tidak berbahaya, sehingga pasien yang menjalani pemeriksaan tes mantoux tidak akan terinfeksi TBC dari antigen yang diberikan.
Efek samping yang mungkin timbul biasanya hanya bersifat ringan dan akan hilang dalam beberapa jam, sebagai contoh :
- Nyeri pada saat proses penyuntikan. Nyeri hanya sedikit seperti digigit semut.
- Gatal di lokasi penyuntikan. Gatal yang timbul tidak boleh digaruk karena dapat menyamarkan hasil pemeriksaan. Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin.
- Reaksi alergi terhadap antigen yang diberikan.
Setiap efek samping yang timbul sebaiknya segera dilaporkan kepada dokter yang memeriksa agar dapat dilakukan penanganan yang tepat.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.