Kebanyakan orang tidak melakukan hubungan seksual ketika menstruasi. Namun, adapula orang yang tertantang melakukan hubungan seksual saat menstruasi. Melakukan hubungan seksual saat menstruasi memang dianggap jorok dan menjijikkan, tetapi ada juga yang merasa bahwa ini adalah tantangan.
Lalu apakah melakukan hubungan seksual saat menstruasi berbahaya bagi kesehatan? Berikut penjelasannya.
Manfaat melakukan hubungan seksual saat menstruasi
Melakukan hubungan seksual saat menstruasi memang terlihat menjijikkan. Namun, ternyata jika dilihat dari segi medis melakukan hubungan seksual saat menstruasi justru bermanfaat bagi kesehatan, seperti dapat meredakan perasaan sedih dan depresi saat menstruasi.
Pada saat menstruasi, wanita akan mengalami perubahan hormon yang dapat menyebabkan mood berubah dengan cepat. Kondisi ini dapat dihentikan dengan melakukan hubungan seksual. Saat mencapai orgasme, Anda akan melepaskan hormon endrofin yang dapat menimbulkan perasaan senang dan nyaman, sehingga dapat terhindar dari stres.
Rasa nyeri juga biasanya muncul saat menstruasi. Nyeri atau kram pada perut dapat diredakan dengan melakukan hubungan seksual. Hormon endrofin yang dikeluarkan saat orgasme menyebabkan Anda tidak akan merasakan kram pada perut lagi.
Berhubungan seksual saat menstruasi, juga membuat Anda tidak memerlukan pelumas lagi. Darah menstruasi dapat berfungsi sebagai pelumas. Selain itu, melakukan hubungan seksual saat menstruasi akan memberikan kepuasan sendiri. Banyak tantangan saat melakukan hubungan seksual ketika menstruasi, seperti kondisi mood wanita yang berubah-ubah dan tidak bisa ditebak.
Bahaya melakukan hubungan seksual saat menstruasi
Dari segi medis, melakukan hubungan seksual memang memiliki manfaat, tetapi disisi lain melakukan hubungan seksual saat menstruasi juga membahayakan bagi kesehatan, seperti kemungkinan terkena penyakit menular seksual lebih tinggi. Pada saat menstruasi, leher rahim akan terbuka, sehingga darah kotor yang seharusnya keluar bisa masuk kembali ke rahim. Kondisi leher rahim yang terbuka juga dapat menyebabkan bakteri mudah masuk ke rahim, termasuk bakteri penyebab HIV/AIDS.
Melakukan hubungan seksual saat menstruasi juga dapat menyebabkan infeksi jamur vagina. Saat menstruasi Ph vagina akan menjadi lebih asam, sehingga bakteri akan mudah tumbuh dan berkembang, dan menyebabkan infeksi. Hal ini akan semakin parah jika melakukan hubungan seksual.
Melakukan hubungan seksual saat menstruasi juga tetap berisiko hamil. Oleh karena itu, pakailah kondom saat berhubungan seksual untuk menghindari risiko hamil.
Tips melakukan hubungan seksual saat menstruasi
Jika Anda ingin melakukan hubungan seksual saat menstruasi, beberapa tips yang dapat dilakukan antara lain:
Menghindari melakukan hubungan seksual pada hari pertama dan kedua, karena darah menstruasi masih mengalir dengan deras. Saat melakukan hubungan seksual, darah kemungkinan akan tercecer. Siapkanlah tisu basah atau handuk untuk melap bercak darah yang tercecer.
Melakukan hubungan seksual saat menstruasi tetap saja berisiko untuk hamil. Anda perlu menggunakan kondom jika tidak menginginkan hamil. Gunakanlah kondom dengan bahan lateks agar tidak mengganggu. Untuk menghindari banyaknya darah yang tercecer, Anda dapat juga mencoba melakukan hubungan seksual di kamar mandi. Namun, pastikan pasangan tidak merasa jijik terhadap darah yang muncul.
Berhubungan seksual saat menstruasi dapat menimbulkan bahaya, sehingga lebih baik dihindari. Jika Anda tetap ingin menyalurkan hasrat, melakukan penetrasi dapat dilakukan sebagai alternatif lain.
Melakukan pijatan sensual dapat dilakukan untuk menaikan libido pasangan. Pijatlah pada bagian-bagian yang sensitif, terutama bagian bokong dan paha. Selain itu, mandi bersama dengan pasangan juga dapat dijadikan alternatif menyalurkan hasrat tanpa melakukan hubungan seksual. Mandi bersama juga dapat meningkatkan gairah seksual. Saat mandi bersama berikanlah sentuhan-sentuhan lembut yang dapat merekatkan keintiman.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.