Nyeri haid berlebihan bisa mengganggu Anda yang berjenis kelamin perempuan secara rutin. Gejalanya dapat berupa kram menyakitkan pada perut bagian bawah Anda atau nyeri yang tak tertahankan.
Meski nyeri haid dianggap normal pada kebanyakan perempuan, namun Anda harus waspada jika rasa nyeri tidak seperti biasa atau lebih sakit dari sebelumnya.
Rasa nyeri yang diderita perempuan saat haid dibagi menjadi dua berdasarkan penyebab utamanya. Jika nyeri tersebut hanya terkait periode menstruasi, maka dinamakan dismenore primer. Namun jika rasa sakit yang muncul ternyata terkait dengan penyakit atau masalah kesehatan tertentu, maka ia digolongkan menjadi dismenore sekunder.
Kebanyakan kasus dismenore sekunder terkait dengan gangguan kesehatan yang menimpa rahim atau organ lain Anda yang berada di bagian pelvis.
Peningkatan aktivitas hormon prostaglandin yang diproduksi pada organ rahim diduga memiliki peranan penting dalam terjadinya gejala yang menyakitkan pada perempuan ini.
Kram perut saat menstruasi (dismenore) banyak dialami perempuan sebelum dan selama periode menstruasi. Kondisi ini bisa tergolong normal bila tingkat rasa sakit yang Anda alami tak sampai mengganggu aktivitas. Namun bila nyeri yang terasa cukup parah, waspadai beberapa penyakit di baliknya.
Rasa nyeri akibat haid bisa tergolong normal bila tingkat rasa sakit tak sampai mengganggu aktivitas. Pada beberapa wanita, rasa sakit di bagian bawah perut ini tidak begitu terasa hingga tetap dapat beraktivitas seperti biasa.
Namun sebagian lain merasakan nyeri yang tidak tertahankan hingga tidak mampu melakukan apapun.
Penyakit apakah yang dapat menjadi penyebab Nyeri Haid?
Bila rasa nyeri haid Anda terasa amat parah, patut Anda waspadai sebagai suatu gejala penyakit. Berikut lima penyakit yang umum menjadi penyebab nyeri haid parah:
- Endometriosis
Endometriosis merupakan penyakit kronik di mana jaringan endometrium yang terdapat di dalam rahim (uterus) Anda ditemukan tumbuh di tempat lain dalam tubuh. Jaringan ini membentuk lesi endometrium yang sangat sering ditemukan pada indung telur dan semua organ di dalam panggul Anda. Pertumbuhan jaringan tersebut dapat menyebabkan jaringan parut, yang dapat menghambat saluran tuba, menghalangi telur dan sperma bertemu. Hal ini juga dapat memengaruhi lapisan rahim, mengganggu pembuahan telur yang dibuahi oleh sperma. Kondisi ini juga bisa memengaruhi kesuburan Anda dengan cara langsung, seperti kerusakan pada sperma atau sel telur yang ada di dalam tubuh Anda. - Fibroid Rahim
Fibroid rahim adalah pertumbuhan non kanker di dinding rahim. Fibroid dapat terjadi dalam berbagai ukuran dari mikroskopis hingga sebesar semangka. - Adenomiosis
Adenomiosis adalah suatu kondisi di mana jaringan endometrium, tumbuh ke dalam dinding otot rahim Anda. Kondisi tersebut paling mungkin terjadi pada akhir masa subur dan setelah Anda memiliki anak. - Stenosis serviks
Pada beberapa perempuan, pembukaan serviks mungkin sangat kecil sehingga menghambat aliran darah menstruasi Anda, menyebabkan peningkatan tekanan yang menyakitkan dalam rahim. - Adenomiosis
Jaringan lapisan paling dalam rahim mulai tumbuh ke dalam dinding otot rahim sehingga dapat menimbulkan nyeri saat Anda sedang mengalami haid. - Stenosis Leher Rahim
Pembukaan pada leher rahim beberapa wanita sangat kecil sehingga membatasi aliran darah untuk keluar saat haid. Kondisi ini menyebabkan tekanan pada rahim Anda sehingga dapat mengakibatkan nyeri. - Intrauterine device (IUD)
kontrasepsi yang ditempatkan dalam rahim ini terkadang dapat menyebabkan nyeri haid, terutama di masa awal pemasangan.
Namun ketika nyeri haid Anda sudah sangat mengganggu dan sakitnya tidak tertahankan, Anda perlu segera memeriksakannya ke dokter Anda terutama jika terjadi pendarahan berlebihan, periode menstruasi lebih lama dari biasanya, disertai demam, nyeri timbul tiba-tiba dan terasa intens pada panggul.
Sementara itu, tindakan pencegahan yang dapat Anda lakukan adalah dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat kompleks seperti buah-buahan dan sayuran-sayuran yang bergizi, rajin melakukan olahraga secara teratur sehingga berat badan tetap dalam batas normal, serta menghindari konsumsi minuman keras dan rokok.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.