Penyempitan pilorus pada bayi disebut Stenosis pilorus. Pilorus sendiri adalah saluran dari lambung ke usus dua belas jari (duodenum) yang membawa makanan dan minuman setelah dikonsumsi.
Jika penyempitan yang terjadi pada pilorus semakin memburuk, maka dapat menyebabkan bayi muntah hingga menyembur, dehidrasi, penurunan berat badan, dan rasa lapar terus menerus. Hal ini terjadi karena nutrisi dari lambung tidak bisa masuk ke duodenum untuk dicerna.
Stenosis pilorus hanya akan terjadi pada bayi dengan usia 2-8 minggu dan mungkin saja terjadi pada bayi di atas usia 6 bulan. Stenosis pilorus sendiri merupakan kondisi yang jarang sekali terjadi karena hanya ditemukan pada 2-3 kasus dari 1.000 bayi.
Gejala Stenosis Pilorus
Gejala yang muncul pada bayi penderita stenosis pilorus adalah:
- Muntah setiap selesai makan. Awalnya sering dianggap bayi hanya muntah biasa, namun lama-kelamaan bayi akan muntah dengan mengeluarkan semburan yang kuat dan terkadang bercampur dengan darah
- Selalu lapar dan memperlihatkan tanda ingin menyusu di waktu yang sering.
- Dehidrasi. Dalam kondisi dehidrasi, bayi akan menangis tanpa air mata dan jarang buang air kecil, bahkan popok seringkali tampak kering
- Berat badan bayi yang cenderung sulit bertambah dan bahkan mengalami penurunan
- Kontraksi lambung. Gerakan peristaltik (gerakan bergelombang) pada perut bayi setelah menyusu dan sebelum bayi muntah akan menyebabkan lambung bayi mengalami kontraksi akibat pilorus yang mengecil
Penyebab Stenosis Pilorus
Stenosis pilorus disebabkan oleh penyempitan saluran dari lambung dan tidak terkirimnya makanan ke usus. Para ahli menduga bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
- Jenis kelamin. Bayi laki-laki dan anak pertama lebih beresiko mengalami stenosis pilorus
- Kelahiran prematur pada bayi
- Riwayat kesehatan keluarga. Orang tua yang pernah mengalami stenosis pilorus mungkin akan dialami pula pada anaknya
- Penggunaan antibiotik. Memberikan antibiotik pada bayi di usia awal kelahiran, sehingga dapat meningkatkan resiko stenosis pilorus.
- Ibu yang merokok saat hamil
Diagnosa Stenosis Pilorus
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik sebelum mendiagnosa stenosis pilorus. Pemeriksaan ini meliputi:
- Memeriksa tanda dehidrasi pada bayi di area mata, kulit yang kering dan ubun-ubun yang menunjukkan adanya tanda dehidrasi
- Mencari benjolan sebesar buah anggur pada perut bayi. Benjolan ini terjadi akibat penebalan otot pilorus
- Menjalankan USG perut untuk melihat kondisi organ dan jaringan pada perut bayi
- Foto rontgen pada lambung, kerongkongan, dan duodenum bayi untuk mendapatkan gambaran yang jelas
- Tes darah untuk mengetahui adanya kemungkinan gangguan elektrolit
Pengobatan Stenosis Pilorus
Pengobatan pada bayi dengan stenosis pilorus hanya bisa dilakukan melalui operasi pyloromyotomy (lapisan luar otot pilorus akan dipotong untuk membuka saluran pylorus). Sebelum melakukan operasi, pencegahan dehidrasi biasanya diatasi dengan memberikan cairan infus pada bayi.
Metode pyloromyotomy sendiri dilakukan dengan teknik laparoskopi atau operasi lubang kunci. Laparoskopi merupakan operasi yang dilakukan dengan membuat sayatan sebesar lubang kunci pada dinding perut agar alat yang digunakan untuk memotong lapisan luar otot pylorus bisa dimasukkan nantinya. Teknik ini juga akan memulihkan luka pasca operasi dengan cepat karena luka hanya sebesar lubang kunci.
Biasanya bayi penderita stenosis pilorus harus dirawat inap selama 1-2 hari setelah operasi untuk diketahui perkembangannya. Setelahnya akan diizinkan pulang tetapi mungkin kondisi bayi masih mengalami muntah-muntah sampai beberapa hari ke depan pasca operasi.
Walaupun masih terus muntah, hal ini merupakan hal yang normal karena jika bayi muntah artinya ia menunjukkan tanda-tanda perkembangan lambung yang bekerja normal. Tak lupa, obat penahan rasa sakit juga akan diberikan oleh dokter pasca operasi untuk mencegah bayi menangis terus-menerus karena menahan rasa sakit pada luka bekas operasi.
Komplikasi Stenosis Pilorus
Stenosis pilorus dapat menimbulkan beberapa komplikasi pada bayi, seperti dehidrasi, keterlambatan tumbuh kembang, serta iritasi lambung. Pemeriksaan secara rutin perlu dilakukan untuk memastikan kondisi bayi terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang baik.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.