Kifosis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 16, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Mei 16, 2019 Waktu baca: 4 menit

Kifosis merupakan suatu kelainan pada tulang belakang yang membengkok ke arah depan sehingga tubuh tampak terlihat bungkuk. Kondisi ini banyak disebabkan oleh kelainan postur tubuh atau akibat dari suatu penyakit yang menyerang tulang belakang. 

Penyakit ini terjadi mulai usia remaja hingga orang tua. Kifosis juga dapat terjadi secara kongenital akibat kelainan pertumbuhan tulang belakang dari masa kehamilan. Penyakit ini dapat perlu ditangani oleh dokter tulang karena kondisi ini sangat berkaitan dengan persarafan dan fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh.

Iklan dari HonestDocs
Fisioterapi Pasca Stroke 5 Kali Visit di NK Health

Untuk Pemulihan Pasien, pasca pemulihan dari rawat inap stroke. Latihan termasuk Anamnesa dan Tes Khusus, dengan terapi Bobath Method, Breathing Exercise, PNF (Procioceptive Neuromuscular Stabilization), Modality dan Exercise Therapy. Paket in untuk single visit (5x) dan tidak termasuk konsultasi dokter & Pemeriksaan Penunjang ( Rontgen, MRI, CT-Scan).

Mengenai Tulang Belakang

Tulang belakang terdiri dari tulang-tulang kecil yang tersusun rapi di belakang tubuh dan memiliki peran penting dalam struktur tubuh manusia. Tulang belakang berfungsi sebagai penyangga tubuh mulai dari kepala hingga ke panggul. Dengan adanya tulang belakang maka tubuh akan berdiri tegak dan menopang seluruh bagian tubuh disaat berjalan, tidur, membungkuk, dan gerakan lainnya.

Fungsi utama dari tulang belakang adalah untuk melindungi saraf korda spinalis sebagai perjalanan utama saraf-saraf di dalam tubuh dari dan menuju ke otak. Secara anatomis tulang belakang dibagi menjadi 3 bagian yaitu tulang servikal (leher), tulang torakal (punggung), dan tulang lumbar (punggung bawah). 

Setiap bagian tulang belakang memiliki diskus invertebralis yang berfungsi sebagai bantalan di antara tulang belakang dan berguna untuk memaksimalkan berbagai gerakan tubuh. Tulang belakang juga memiliki celah-celah tempat penjalaran saraf yang keluar dari korda spinalis.

Penyebab Kifosis

Kifosis atau pembengkokan tulang ke depan dapat muncul karena berbagai penyebab. Penyebab yang terjadi memberikan arti medis yang penting mengenai akibat dari timbulnya kifosis tersebut. Jenis kifosis berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut.

1. Kifosis kongenital

Kifosis kongenital adalah kelainan tulang belakang yang terlihat sejak awal kelahiran. Ini disebabkan kegagalan perkembangan tulang belakang pada masa kehamilan.

Iklan dari HonestDocs
Fisioterapi Sakit Leher 5 Kali Visit Di NK Health

Untuk pemulihan pasien yang mengalami keluhan pada leher, seperti tightness pada otot-otot sekitar leher sampai ke pundak, timbul gejala neurologis yang terjadi pada penjalaran saraf cervical pada vertebrae dengan menggunakan exercise dan manipulasi. Paket in untuk single visit (5x) dan tidak termasuk konsultasi dokter & Pemeriksaan Penunjang (Rontgen, MRI, CT-Scan).

2. Kifosis Traumatik

Trauma tulang seperti akibat dari kecelakaan dapat menyebabkan gangguan pada tulang belakang sehingga menimbulkan kelainan postur tulang.

3. Kifosis Postural

Kebiasaan membungkuk atau kesalahan dalam pemeliharaan postur tubuh selama beraktivitas dapat memicu pembengkokan tulang ke depan. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang sering berjalan atau duduk dengan posisi tubuh yang membungkuk, sering mengangkat barang dengan menaruhnya di punggung, dan posisi olahraga yang salah.

4. Penyakit Scheuermann

Penyakit scheuermann merupakan gangguan tulang belakang yang jarang dan paling sering mengidap pada laki-laki. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan degeneratif pada usia remaja. 

Iklan dari HonestDocs
Fisioterapi Sakit Pinggang 5 Kali Visit Di NK Health

Dengan fisioterapis dapat membantu mengurangi kekakuan otot sekitar pinggang dan menambah kekuatan otot core muscle dengan core strengthening exercise, stretching dan exercise lainnya. Paket in untuk single visit (5x) dan tidak termasuk konsultasi dokter & Pemeriksaan Penunjang ( Rontgen, MRI, CT-Scan).

Selain adanya faktor risiko penyebab kifosis, ternyata suatu penyakit juga dapat menyebabkan abnormalitas pada tulang belakang. Beberapa penyakit tersebut antara lain:

1. Osteoporosis

Pengeroposan pada tulang belakang akibat penuaan, kekurangan nutrisi vitamin D, dan obat-obat keras dapat menyebabkan perubahan postur tulang belakang menjadi bengkok.

2. Spina bifida

Spina bifida merupakan suatu cacat lahir yang disebabkan oleh pertumbuhan tulang belakang yang tidak sempurna. Pada spina bifida akan terlihat benjolan pada punggung bawah bayi yang berisi saraf korda spinalis yang juga ikut masuk ke benjolan.

3. Spondilosis

Spondilosis merupakan kondisi penekanan saraf pada tulang belakang leher sehingga menimbulkan gejala nyeri. Ini diakibatkan oleh bantalan tulang belakang yang menipis sehingga saraf sekitar tulang belakang tertekan. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh herniasi dan pengapuran tulang leher akibat penuaan.

4. Muskular distrofi

Penyakit ini disebabkan oleh kelainan genetik yang menyebabkan kelemahan otot di dalam tubuh yang berdampak ke pembengkokan tulang karena otot-otot sekitar tulang tidak dapat berkontraksi.

5. TB Tulang

Tuberkulosis tidak hanya menyerang paru-paru, infeksi yang menyerang tulang dapat memicu terjadinya abnormalitas pembentukan tulang.

Gejala Kifosis

Gejala yang sering ditimbulkan oleh kondisi ini adalah:

  • Perbedaan pada tinggi atau posisi skapula (tulang belikat)
  • Sakit punggung
  • Kaku
  • Bahu kanan dan kiri tidak sejajar
  • Otot belakang paha terasa kencang 
  • Kepala terlihat lebih condong ke depan dibanding bagian tubuh lain.

Diagnosis Kifosis

Untuk mendiagnosis kifosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yaitu dengan meminta penderita untuk membungkuk. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kelengkungan tulang belakang dari samping. Selain itu, penderita juga akan diminta untuk berbaring, untuk melihat apakah tulang belakang menjadi lurus atau tetap bengkok.

Setelah pemeriksaan fisik, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan saraf untuk melihat seberapa baik impuls saraf tulang belakang, terutama jika pasien mengalami mati rasa atau melemahnya kekuatan otot. 

Beberapa pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan untuk membantu dokter memastikan diagnosis, termasuk:

  • Uji pencitraan. Foto Rontgen dapat memperlihatkan tingkat kelengkungan, dan mendeteksi kelainan bentuk tulang belakang. CT scan juga dapat dilakukan apabila gambaran tulang belakang yang lebih jelas diperlukan. Sedangkan MRI dilakukan bila dokter menduga ada tumor di tulang belakang.
  • Uji kepadatan tulang (bone density scan). Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tingkat kepadatan tulang, sehingga dapat dilakukan tindakan untuk mencegah kerapuhan tulang yang akan memperburuk kifosis.
  • Tes darah. Pemeriksaan sampel darah dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya infeksi, seperti tuberkulosis.

Penanganan Kifosis

Terapi pada kifosis harus dilihat dari usia, faktor risiko, dan derajat bengkoknya tulang belakang. Beberapa penyakit memiliki gejala yang menyertai adanya penampakan kifosis tersebut. 

Untuk menangani kifosis itu sendiri terdapat berbagai cara antara lain:

1. Support/Brace

Pemasangan brace disekitar tulang belakang dapat membantu mengurangi progresifitas pembengkokan tulang terutama pada anak-anak dan usia remaja. Lokasi dan tipe alat yang digunakan berbeda-beda bergantung derajat dan lokasi tulang belakang yang bengkok. Pemakaian brace dapat digunakan setiap hari dan dipakai di dalam pakaian sehingga tidak menganggu penampilan saat berbusana.

2. Operasi

Tindakan operasi dapat dilakukan bila kelengkungan tulang belakang terjadi sangat parah dan tidak dapat diluruskan hanya dengan bantuan mekanik saja. Operasi dilakukan apabila bengkokan tulang sudah mencapai lebih dari 80 derajat. Tanpa operasi maka ini akan berisiko merusak korda spinalis dan persarafan sekitar otak.


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app