Umumnya semua makanan yang digoreng dan direndam dalam minyak panas terasa sangat nikmat untuk dimakan. Apalagi gorengan dengan tekstur renyah, akan terasa garing dan membuat siapapun ketagihan. Ternyata di balik kerenyahan gorengan, ada berbagai resiko yang mengintai pecinta gorengan.
Gorengan memang enak, akan tetapi, sebelum semakin tergiur untuk memakan gorengan dalam jumlah banyak, ada baiknya untuk mempertimbangkan beberapa efek buruk di baliknya.
Kualitas Minyak Goreng yang Tidak Selalu Bagus
Tidak semua gorengan digoreng dengan minyak baru atau minyak yang belum pernah dipakai sebelumnya. Mungkin bahkan sering kali gorengan yang Anda makan digoreng dengan minyak yang sudah dipakai berulang kali.
Minyak tersebut biasanya berwarna kecoklatan yang sangat kentara. Itulah salah satu alasan mengapa mengkonsumsi gorengan terlalu sering akan berbahaya bagi kesehatan. Pasalnya, masing-masing jenis minyak goreng mempunyai suhu maksimum tersendiri yang akan menghasilkan asap ketika dipanaskan (smoke point).
Jika sudah mencapai smoke point, kualitas minyak sudah mulai rusak dan tidak baik lagi digunakan untuk menggoreng. Minyak goreng juga mudah teroksidasi jika dipanaskan dalam suhu tinggi.
Residu minyak yang masuk ke dalam tubuh akan membentuk senyawa dan radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan tubuh Anda. Semakin sering minyak goreng digunakan, maka semakin rendah tingkat smoke point sehingga memudahkan munculnya senyawa yang berbahaya bagi tubuh.
Menambah Asupan Lemak Trans
Terdapat 2 jenis minyak trans, yaitu lemak trans alami yang muncul dengan jumlah sedikit dalam makanan, seperti daging dan produk susu, dan lemak trans buatan yang terbentuk dari lemak jenuh melalui proses hidrogenasi, dan muncul saat makanan digoreng pada suhu tinggi.
Proses penggorengan akan mengubah struktur kimiawi lemak yang sulit dicerna oleh tubuh dan kemudian menimbulkan berbagai efek buruk bagi kesehatan, mulai dari meningkatnya resiko penyakit jantung, diabetes, kanker, termasuk juga obesitas.
Mengandung Banyak Minyak
Salah satu alasan mengapa gorengan terasa gurih saat dimakan adalah karena tepung bumbu yang digunakan berlapis. Namun ternyata tepung tersebut bisa menyumbang banyak lemak ke dalam gorengan.
Tepung bumbu memiliki sifat menyerap minyak yang membuat tepung menyimpan banyak minyak selama proses penggorengan. Semakin lama suatu makanan digoreng, maka semakin banyak pula jumlah minyak yang terserap.
Meningkatkan Resiko Berbagai Penyakit Kronis
Department of Nutrition di Harvard School of Public Health, melakukan sebuah penelitian dengan hasil yang menyatakan bahwa memakan gorengan setidaknya seminggu sekali dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus tipe 2, dan penyakit jantung, bahkan resiko ini akan terus meningkat tergantung banyaknya jumlah gorengan yang dikonsumsi.
Sering tidak disadari bahwa memakan gorengan membuat tekanan darah dan berat badan meningkat, serta menurunkan kadar kolesterol baik, yang merupakan faktor terjadinya penyakit jantung.
Contohnya, wanita yang memakan satu atau lebih ikan goreng per minggu beresiko mengalami gagal jantung sebesar 48% lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang hanya memakan 1-3 porsi setiap bulan.
Tinggi Kandungan Acrylamide
Acrylamide adalah zat kimia yang terbentuk dalam makanan yang digoreng pada suhu tinggi, dan dihasilkan dari reaksi kimia gula dengan asam amino yang bernama asparagin. Kandungan acrylamide yang tinggi biasanya ditemukan dalam makanan bertepung, seperti kentang goreng, ayam goreng, termasuk juga gorengan.
Sebuah penelitian yang dimuat dalam International Journal of Cancer, menjelaskan bahwa kandungan acrylamide yang ada dalam makanan dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, kanker ovarium, dan kanker endomatrium.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.