Membatasi konsumsi makanan dengan cara digoreng, menghindari konsumsi makanan di pinggir jalan, memilih dan menggunakan jenis minyak yang lebih sehat menjadi beberapa cara yang dapat diterapkan guna menghindari bahaya makan gorengan yang dapat mengundang hadirnya berbagai jenis penyakit.
Kehadiran gorengan dan berbagai jenis olahan makanan lain yang digoreng nampaknya begitu sulit dipisahkan dalam hidangan sehari-hari. Bagaimana tidak, makanan yang digoreng terasa lebih nikmat bila dibandingkan dengan makanan lain yang diolah dengan cara direbus misalnya.
Dibalik kenikmatannya, ternyata makanan yang digoreng menyimpan berbagai bahaya bagi kesehatan, terlebih bila dikonsumsi secara terus-menerus. Ada banyak alasan yang membuatnya menjadi berbahaya. Apa saja itu? Berikut penjelasan selengkapnya.
Beberapa Alasan di Balik Bahaya Makan Gorengan
1. Terlalu Banyak Kalori
Dibandingkan dengan makanan yang di olah dengan cara direbus atau dipanggang, makanan yang di olah dengan cara digoreng memiliki kandungan kalori yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena makanan yang digoreng paling tidak akan menyerap minyak sebanyak 1sdm atau sekitar 100 kalori, sehingga akan melipat gandakan kandungan kalori dalam makanan tersebut yang sebenarnya sudah cukup tinggi.
Misalnya saja ketika kita mengonsumsi tahu goreng. Tahu yang belum digoreng saja sudah mengandung sekitar 75 kalori. Maka ketika digoreng, kalorinya dapat melonjak hingga 175 kalori. Ditambah lagi jika tahu tersebut dilapisi dengan adonan tepung. Bisa dibayangkan sudah berapa banyak kalori yang masuk ke tubuh kita hanya dengan mengonsumsi 1 tahu goreng saja.
Padahal asupan rata-rata kalori harian orang dewasa dibatasi sebesar 2.500 kalori untuk pria, sedangkan untuk wanita sebesar 2.000 kalori. Jadi perhatikan benar asupan kalori harian yang dibutuhkan tubuh. Jangan sampai berlebihan, karena dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan.
2. Tinggi Lemak Trans
Bahaya makan gorengan selanjutnya disebabkan karena tingginya kandungan lemak trans didalamnya. Lemak trans terbentuk saat lemak tak jenuh mengalami proses yang disebut dengan hidrogenasi, yakni dengan menambahkan hidrogen ke dalamnya. Tujuannya untuk meningkatkan stabilitas oksidatif agar tak mudah mengalami proses oksidasi sehingga dapat memperpanjang masa simpan.
Namun proses hidrogenasi juga dapat terjadi ketika minyak dipanaskan pada suhu yang amat tinggi, diatas 180°c. Proses inilah yang kemudian mengubah ikatan rangkap minyak tersebut dari bentuk cis menjadi bentuk trans sehingga akan sulit bagi tubuh untuk memecahnya.
Parahnya lagi, kadar lemak trans ini akan berlipat ganda apabila minyak yang digunakan untuk menggoreng terus-menerus dipakai berulang kali bahkan hingga menghitam. Seperti kebanyakan yang kita lihat pada pedagang makanan di pinggir jalan. Padahal konsumsi harian lemak trans 1-3% saja sudah dapat memicu timbulnya serangan jantung pada orang dewasa. Ehm, bisa dibayangkan bukan bahayanya?
Ketahui jenis-jenis makanan yang mengandung lemak jahat ini: 18 Makanan yang Mengandung Lemak Trans (Jahat)
3. Meningkatkan Risiko Penyakit
Berdasarkan dari beberapa penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, ditemukan adanya keterkaitan antara mengonsumsi makanan yang digoreng dengan obesitas dan meningkatknya risiko timbulnya penyakit kronis, terutama diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
# Obesitas
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa makanan yang diolah dengan cara digoreng mengandung lebih banyak kalori dibandingkan dengan makanan yang diolah dengan cara lain seperti merebus atau memanggang.
Nah, kadar kalori berlebih ini kemudian akan disimpan sebagai lemak di dalam tubuh. Lambat laun lemak pun akan menumpuk dan terlihat akibatnya pada perubahan bentuk perut yang menjadi buncit, cepat lelah dan pergerakan menjadi lambat. Jika tak segera melakukan perubahan gaya hidup, maka akan berujung pada obesitas.
# Diabetes
Jangan anggap jika penyakit diabetes hanya dipicu oleh kegemaran mengonsumsi makanan atau minuman yang manis saja. Faktanya, dari hasil beberapa penelitian menyebutkan bahwa, risiko diabetes tipe 2 juga akan mengintai para penikmat hidangan yang digoreng.
Makanan yang digoreng begitu tinggi akan kalori juga lemak trans. Dampaknya bila terlalu sering mengonsumsinya, maka akan mengganggu kerja sel otot dan pankreas. Dan akhirnya akan berujung pada resistensi insulin yang merupakan awal dari terjadinya diabetes tipe 2.
# Penyakit Jantung
Mengonsumsi makanan yang digoreng dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, meningkatkan kadar kolesterol jahat atau LDL dan menurunkan kadar kolesterol baik atau HDL serta menyebabkan obesitas, yang kesemuanya merupakan faktor risiko datangnya penyakit jantung.
Berdasarkan hasil dari observasional besar ditemukan hasil yang menyatakan bahwa, semakin sering seseorang mengonsusi makanan yang digoreng maka akan semakin besar pula risikonya menderita penyakit jantung terutama jantung koroner Si pemicu utama dari terjadinya serangan jantung.
4. Mengandung Akrilamida
Kehadiran akrilamida menjadi salah satu alasan dari bahaya makan gorengan. Akrilamida sendiri merupakan zat beracun yang hanya dapat terbentuk ketika kita mengolah makanan dengan suhu tinggi, yakni di atas 180°C.
Ya seperti yang kita ketahui, lazimnya suhu penggorengan dalam minyak relatif tinggi sehingga memungkinkan kehadiran akrilamida pada makanan yang kita konsumsi. Bahayanya apabila zat beracun ini terus-menerus masuk ke dalam tubuh maka dapat memicu terjadinya kanker.
Adakah Solusi Menghindari Bahaya Makan Gorengan?
Solusi terbaik tentunya dengan menghindari makanan yang diolah dengan cara di goreng. Namun, rasa-rasanya sulit bukan bagi kita untuk menghindarinya. Siapa yang dapat menahan godaan dari nikmatnya hidangan yang digoreng lantas kemudian disajikan di depan mata.
Untuk itu, agar kita masih dapat menikmati gorengan dan semua olahan makanan yang digoreng, hal pertama yang harus dilakukan yakni dengan membatasinya. Sebaiknya makanan yang digoreng cukup dinikmati seminggu sekali saja. Jangan terlampau sering.
Selanjutnya, usahakan untuk menahan diri dari membeli makanan di luar terutama di pinggir jalan yang kerap menggunakan minyak berulang-ulang kali hingga menghitam tanpa proses penggantian. Alangkah baiknya bila makanan yang hendak kita nikmati diolah sendiri, sehingga terjamin kebersihan dan keamanannya.
Jika hendak menikmati makanan yang digoreng sendiri dirumah, perhatikan minyak yang akan digunakan. Pilihlah jenis minyak yang lebih sehat dan lebih aman digunakan, misalnya minyak kelapa, minyak zaitun atau minyak alpukat.
Namun, perhatikan pula cara penggunaan dari minyak tersebut. Untuk penggorengan melalui cara deep frying atau menggoreng dengan banyak minyak, maka gunakan minyak kelapa, karena minyak kelapa tahan panas dan kualitasnya dapat bertahan lama meski telah digunakan untuk menggoreng selama 8 jam non stop.
Kemudian untuk menggoreng dengan sedikit minyak atau shallow frying dan stir frying, maka pilihlah minyak zaitun atau minyak alpukat. Jangan pernah menggunakan kedua jenis minyak ini untuk menggoreng secara deep frying apalagi dalam suhu yang tinggi, karena justru akan rusak dan merubah lemak tak jenuh didalamnya menjadi lemak trans.
Tips agar Minyak Goreng Awet
Agar minyak goreng yang kita gunakan tidak mudah rusak, berikut ada beberapa tips yang perlu diperhatikan, diantaranya:
- Celupkan makanan apabila minyak sudah benar-benar panas.
- Gunakan penggorengan yang berbahan stainless steel, hindari yang berbahan tembaga.
- Perhatikan temperatur minyak ketika dipanaskan, jangan sampai berasap.
Ingat, apabila minyak sudah berubah warna, berbau dan mengepulkan asap berlebih pada suhu normal, jangan segan untuk segera menggantinya dengan yang baru. Dengan begitu, kita dapat meminimalisir bahaya makan gorengan bagi kesehatan diri sendiri juga orang-orang terdekat.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.