Umumnya setelah berolahraga, seseorang akan merasakan nyeri. Biasanya rasa nyeri muncul setelah sehari hingga 3 hari berolahraga yang disebut dengan Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). Kondisi ini bisa terjadi pada otot tubuh mana saja yang digunakan untuk berolahraga.
Mengapa otot terasa nyeri?
Rasa nyeri setelah berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang cukup berat terjadi karena adanya trauma pada serat otot. Akan tetapi Anda tidak perlu khawatir karena hal ini bukan kerusakan permanen. Nyeri otot adalah bentuk adaptasi otot dengan aktivitas yang dilakukan.
Biasanya nyeri otot terjadi ketika Anda memulai olahraga atau aktivitas baru.
Karena adanya kerusakan, maka otot akan membentuk jaringan baru yang akan menghasilkan otot dengan massa dan bentuk yang lebih besar pada fase pemulihan.
Gejala-gejala nyeri otot setelah olahraga
Ada banyak tanda seseorang mengalami nyeri otot yang disebabkan karena berolahraga. Tanda-tandanya berbeda dengan nyeri akut yang terjadi pada saat Anda berolahraga. Berikut beberapa tanda umum yang dapat diamati.
- Pembengkakan di sekitar area nyeri.
- Otot kaku dan terasa terbatas untuk bergerak.
- Adanya rasa sakit saat disentuh.
- Otot yang mengalami nyeri akan cenderung lemas dan bisa berlangsung hingga beberapa hari.
Dalam kasus yang parah, kerusakan otot tersebut bisa saja mempengaruhi ginjal dan adanya perubahan warna pada urin. Jika Anda mengalami hal tersebut, segera konsultasikan dengan dokter.
Cara mengatasi nyeri otot
Ketika Anda menambah intensitas olahraga, maka rasa nyeri pasti akan Anda rasakan. Akan tetapi rasa nyeri tersebut bisa saja dikurangi dengan mengikuti beberapa cara berikut ini.
1. Kompres di area yang terasa nyeri
Mengompres area yang nyeri akan membantu mengeluarkan cairan untuk mengurangi rasa nyeri. Bisa juga dengan memijat dan menggunakan teknik akupresur untuk meredakan bengkak dan kaku pada otot di sekitar area nyeri.
2. Menggunakan obat anti inflamasi
Meminum obat anti inflamasi akan meredakan rasa nyeri dan proses penyembuhannya lebih cepat. Obat anti inflamasi yang bisa Anda Gunakan seperti aspirin dan ibuprofen.
3. Konsumsi makanan penghilang nyeri
Makanan juga dapat membantu menyembuhkan nyeri otot. Ketika Anda mengalami nyeri otot, hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan tinggi kolesterol seperti daging dan makanan asin.
Lebih baik Anda mengkonsumsi makanan yang mengandung lebih sedikit garam dan rendah kolesterol seperti:
Minyak zaitun
Selain lebih sehat, minyak zaitun mengandung asam lemak omega 9 yang berfungsi sebagai zat anti inflamasi.
Ikan
Beberapa ikan yang dapat membantu menyembuhkan inflamasi adalah ikan salmon, tuna, dan ikan cod yang mengandung omega 3, protein dan rendah kolesterol.
Kacang-kacangan
Walnut, almond, biji bunga matahari, dan hazelnut adalah jenis kacang yang mengandung omega 3 tinggi.
Buah-buahan
Beberapa buah-buahan seperti apel, nanas, cherry, raspberry, blueberry, dan strawberry memiliki kandungan antioksidan yang tinggi yang juga diperlukan dalam pemulihan otot.
4. Konsumsi air yang cukup
Tubuh yang kekurangan air atau dehidrasi dapat menghambat pemulihan jaringan otot. Oleh sebab itu, diperlukan air yang cukup untuk mempercepat pertumbuhan. Jika Anda mengalami nyeri otot, maka penuhi kebutuhan air harian dengan mengkonsumsi sekitar 2,5 liter air per hari.
5. Perbaiki aliran darah
Aliran darah yang lancar dapat mempercepat penyembuhan jaringan otot. Untuk melancarkan aliran darah, Anda dapat melakukan pendinginan setelah berolahraga dengan berjalan lambat.
Selain itu, aktif bergerak dengan berenang atau melakukan aktivitas ringan lainnya baik dilakukan saat masa pemulihan.
6. Pengobatan topikal
Obat topikal seperti balsem dapat dioleskan di sekitar area nyeri untuk mendapatkan efek relaksasi nyeri, sensasi dingin, juga dapat melancarkan aliran darah dan mempercepat pemulihan rasa nyeri.
Ketika rasa nyeri sudah hilang, bukan berarti otot Anda sudah pulih sepenuhnya. Agar otot pulih sepenuhnya, sebaiknya hindari dulu olahraga yang berat sampai rasa nyeri benar-benar hilang.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.