Abortus imminens adalah ancaman keguguran dimana kondisi janin masih sehat namun berisiko mengalami abortus yang sesungguhnya jika tidak ditangani dengan baik. Abortus itu sendiri adalah pengeluaran hasil konsepsi (keguguran) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasannya adalah usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Pada abortus imminens hanya terjadi perdarahan dari vagina dan biasanya bisa mereda dengan istirahat total (bed rest). Meskipun belum tentu berlanjut menjadi keguguran yang sesungguhnya, namun pendarahan dapat mengancam kehidupan janin di dalam kandungan. Oleh sebab itu jangan dianggap remeh kondisi ini.
Perdarahan dari vagina yang terjadi selama trimester pertama kehamilan (usia kehamilan kurang dari 12 minggu) sebenarnya suatu hal yang normal. Akan tetapi dapat juga menjadi suatu pertanda bahwa adanya gangguan serius dalam kehamilan.
Oleh karena itu setiap wanita hamil yang mengalami perdarahan sebaiknya dibawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan.
Apa Ciri-ciri dan Gejala Abortus Imminens?
'Pendarahan' itulah gejala utama abortus imminens. Pendarahan terjadi di usia kehamilan kurang dari 20 minggu, dan umumnya tidak disertai dengan keluhan lain misalnya rasa kram pada perut kanan bawah.
Jika pendarahan disertai dengan rasa kram karena kontraksi rahim, maka waspadalah kemungkinan sudah berkembang Abortus Insipiens.
Sampai di sini, yang keluar hanya darah tidak disertai dengan jaringan ataupun bagian lain dari hasil konsepsi.
Apa Penyebab Abortus Imminens?
Penyebab terjadinya abortus imminens sangat bervariasi, pada umumnya berkaitan lebih dari satu penyebab. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus imminens antara lain :
Faktor genetik
Hampir sebagian besar kasus abortus yang terjadi pada trimester pertama dipengaruhi oleh faktor genetik. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan genetik amniosentesis, dimana cairan amnion diambil sedikit dengan menggunakan jarum untuk diketahui ada tidaknya kelainan genetikk pada janin.
Kelainan kongenital
Wanita hamil yang memiliki kelainan bawaan seperti kelainan posisi atau bentuk uterus beresiko untuk terjadi abortus lebih besar.
Gangguan autoimun
Pada pasien autoimun memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah dibandingkan orang normal. Pasien autoimun yang sedang hamil akan beresiko lebih tinggi untuk terjadi abortus. Sebagai contoh pasien SLE yang sedang hamil memiliki resiko 10% lebih besar untuk mengalami abortus.
Infeksi
Beberapa mikroba yang berperan menyebabkan terjadinya infeksi selama kehamilan adalah bakteri, virus, dan parasit.
Lingkungan
Sekitar 1 – 10 % gangguan terhadap janin disebabkan oleh paparan obat, bahan kimia atau radiasi, da mengakibatkan terjadinya abortus. Sebagai contoh paparan terhadap asap rokok dan gas karbonmonoksida dapat menghambat sirkulasi darah melalui plasenta sehingga pasokan oksigen ke janin berkurang dan dapat mengakibatkan terjadinya abortus.
Trauma
Adanya benturan atau aktivitas fisik yang terlalu berat dapat beresiko terjadinya abortus.
Penegakan diagnosis
Wanita hamil yang mengalami perdarahan sebaiknya diperiksa oleh dokter. Dokter akan menstabilkan kondisi pasien sambil melakukan anamnesa mengenai riwayat kehamilan dan riwayat perdarahan yang terjadi.
Pada pemeriksaan fisik terhadap wanita hamil yang mengalami abortus iminens akan ditemukan beberapa hal sebagai berikut :
- Adanya perdarahan dari vagina
- Mulut rahim (ostim uteri) masih tertutup rapat
- Janin masih berada di dalam kandungan
Pemeriksaan penunjang seperti USG perlu dilakukan untuk memeriksa kondisi janin. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui pertumbuhan janin yang ada, kondisi plasenta apakah masih intak atau terlepas, denyut jantung janin dan pergerakan janin, serta ukuran uterus sesuai usia kehamilan atau tidak.
Pengobatan Abortus Imminens
Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi abortus imminens pada wanita hamil tergantung dari penyebabnya masing-masing. Akan tetapi secara umum, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi adalah:
- Wanita hamil yang mengalami abortus imminens harus bedrest total sampai perdarahannya benar-benar berhenti. Pergerakan atau aktivitas fisik dapat merangsang terjadinya kontraksi otot-otot rahim. Setelah perdarahan berhenti, pasien dapat mencoba aktivitas fisik bertahap dari yang ringan seperti belajar duduk, berdiri kemudian berjalan perlahan-lahan sampai benar-benar tidak ada perdarahan selama 24 jam ke depan.
- Penghentian perdarahan dapat juga dibantu dengan pemberian obat-obatan. Obat yang diberikan dapat berupa golongan spasmolitik agar rahim tidak terus menerus berkontraksi. Obat-obatan tersebut walaupun secara statistik kegunaannya tidak terlalu bermakna, tetapi efek psikologis kepada pasien sangat bermanfaat.
- Pemberian hormon progesteron untuk mencegah terjadinya abortus. Hormon progesteron tidak boleh sembarangan diberikan, dokter harus terlebih dahulu yakin jika memang kadar hormon progesteron kurang dari normal.
- Terapi suportif pada wanita hamil yang mengalami perdarahan juga perlu dilakukan oleh suami dan seluruh anggota keluarga. Hal ini bertujuan untuk mengurangi faktor stress pada ibu.
Pasien yang mengalami abortus imminens sebaiknya dirawat di rumah sakit selama 2 – 3 hari, setelah itu boleh pulang apabila perdarahan benar-benar berhenti. Pasien tidak boleh berhubungan seksual dahulu selama kurang lebih 2 minggu.
Prognosis
Ketika terjadi abortus imminens, kondisi janin di dalam kandungan masih dalam keadaan baik sehingga kehamilan masih dapat terus dipertahankan. Apabila kondisi janin dalam keadaan berbahaya, maka perlu diambil tindakan yang tepat untuk menyelamatkan janin atau terpaksa dilakukan penghentian kehamilan.
Perdarahan pada abortus iminens yang terus dibiarkan tanpa penanganan tepat, dapat memicu terjadinya kelahiran bayi prematur ataupun abortus yang sesungguhnya, dimana janin dapat meninggal.
Cara Mencegah Abortus
Pasien-pasien yang memiliki riwayat abortus imminens atau beresiko tinggi untuk terjadi abortus iminens sebaiknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
- Memeriksakan kehamilan secara teratur ke dokter
- Menjaga jarak kehamilan yang satu dengan kehamilan berikutnya
- Tidak mengkonsumsi obat secara sembarangan
- Istirahat cukup dan batasi aktivitas fisik berlebihan
- Hindari stress
Siang dok, saat ini saya lagi hamil 6 bulan dan sudah 3 hari nie saya mencret-mencret lebih dari 3x sehari, trus mual dan muntah, pusing trus keluar keringet dingin. Klo tidur ato duduk perut saya sakit. Apakah kondisi ini bisa berpengaruh sama kehamilan saya dok? ada apa dengan diri saya ya dok?...