Jika Anda mengalami gangguan penglihatan seperti pengelihatan rabun, mata berair disertai nyeri kepala yang sangat berat dan mual muntah, bisa saja Anda menderita Glaucoma. Glaucoma adalah suatu keadaan dimana sirkulasi cairan di dalam bola mata yang disebut dengan aqueous humour terganggu. Cairan berkumpul di dalam bola mata sehingga tekanan di dalam bola mata meningkat dan menyebabkan gejala-gejala di atas. Glaucoma bisa sangat berbahaya dan menyebabkan kebutaan, tetapi glaucoma bisa diobati dan dirawat dengan baik. Salah satunya adalah menggunakan obat yang disebut dengan Acetazolamide.
Selain digunakan untuk mengobati Glaucoma, Acetazolamide juga digunakan untuk beberapa keadaan medis lainnya. Untuk lebih jelasnya, yuk disimak artikel yang satu ini.
Mengenai Acetazolamide
Golongan:
Obat resep
Kemasan:
Tablet
Kandungan:
Diuretik
Acetazolamide dan kegunaannya
Acetazolamide, dijual dengan nama dagang Diamox. Acetazolamide digunakan secara medis pada tahun 1952. Acetazolamide tersedia dalam sediaan tablet Diamox® 250mg. Acetazolamide termasuk kelompok obat yang dikenal sebagai inhibitor karbonat anhidrase. Yang mana bekerja dalam level selular dan dapat menyebabkan regulasi cairan pada suatu organ seperti di mata. Tablet Diamox 250mg digunakan untuk mengobati:
- Glaukoma (kondisi mata), dengan mengurangi tekanan di dalam mata
- Retensi cairan abnormal, suatu kondisi dimana terjadi penumpukan cairan di tubuh seperti saat seseorang menderita kelainan jantung yang menyebabkan penumpukan cairan di kaki (tablet Diamox 250mg bertindak sebagai diuretik)
- Gejala penyakit ketinggian, termasuk pusing, muntah, sakit kepala, sesak napas
- Epilepsi (kejang)
Bagaimana dosis dan penggunaan Acetazolamide yang baik dan benar?
Acetazolamide tersedia dalam bentuk sediaan dengan dosis sebagai berikut: Tablet: 125 mg dan 250 mg. Injeksi: 250mg, 500 mg. Sedangkan dosisnya tergantung dari tujuan digunakannya obat ini seperti:
- Glaukoma
Dosis Acetazolamide yang digunakan dalam pengobatan glaukoma sudut terbuka kronis (open-angle) berkisar antara 250 mg hingga 1 g per 24 jam - Epilepsi
Walaupun belum jelas mekanisme bagaimana Acetazolamide dapat mengobati kejang pada epilepsi, Dosis harian total yang disarankan adalah 8 hingga 30 mg per kg dalam dosis terbagi. Meskipun beberapa pasien sudah dapat menunjukan kemajuan dengan penggunaan dosis rendah, rentang optimal penggunaan Acetazolamide adalah 250 hingga 1000 mg setiap hari - Gagal Jantung Kongestif
Untuk diuresis (menurunkan penumpukan cairan di tubuh) pada kondisi gagal jantung kongestif, dosis awal biasanya 250 hingga 375 mg sekali sehari pada pagi hari (5 mg / kg). Jika, setelah respon awal, pasien tidak menunjukan perbaikan, jangan menambah dosis tetapi berikan waktu pemulihan ginjal dengan melewatkan pemberian obat selama sehari. - Anak-anak
Dosis tergantung pada berat badan anak, yang akan diambil dalam dosis terbagi. Dosis tidak boleh lebih dari 750mg (3 tablet) per hari.
Efek samping apa yang dapat ditimbulkan dari penggunaan Acetazolamide?
Seperti semua obat-obatan, Acetazolamide dapat menyebabkan efek samping, meskipun tidak semua orang akan mengalaminya. Semua obat-obatan dapat menyebabkan reaksi alergi walaupun reaksi alergi yang serius sangat jarang terjadi.
Reaksi alergi yang biasanya terjadi seperti kesulitan bernafas, pembengkakan pada kelopak mata, wajah atau bibir, ruam atau gatal. Jika hal ini terjadi, Anda harus segera pergi ke dokter.
Efek samping yang umum terjadi adalah:
- Sakit kepala
- Diare
- Merasa tidak enak badan, kehilangan nafsu makan, rasa haus, atau rasa logam di mulut
- Pusing, kehilangan kendali penuh atas lengan atau kaki
- Tampak memerah
- Buang air kecil lebih sering dari biasanya
- Lelah atau mudah tersinggung
- Merasa terlalu bersemangat
- Kesemutan atau mati rasa pada jari tangan atau kaki, atau rasa dingin di ekstremitas
Efek samping yang tidak umum adalah:
- Depresi
- Mengantuk atau bingung
- Kehilangan minat dalam seks
- Berdering di telinga atau kesulitan mendengar
- Rabun dekat, tetapi gejala hilang ketika ketika dosis dikurangi atau pengobatan dihentikan
Jika Anda mengonsumsi Tablet Acetazolamide dalam waktu yang lama kadang-kadang dapat mempengaruhi jumlah kalium, atau natrium dalam darah Anda. Dokter Anda mungkin akan melakukan tes darah untuk memeriksa apakah ini tidak terjadi. Anda mungkin juga mengalami penipisan tulang atau risiko pembentukan batu ginjal dengan terapi jangka panjang. Kadar gula darah tinggi atau rendah kadang-kadang dapat terjadi.
Jika ada efek samping yang menjadi serius, atau jika Anda melihat ada efek samping yang tidak tercantum dalam selebaran ini, segera beritahu tenaga medis profesional yang dapat membantu Anda.
Interaksi Acetazolamide
Obat acetazolamide dapat berinteraksi dengan obat-obatan lainnya termasuk:
- Meningkatkan kadar phenytoin dalam darah.
- Berpotensi meningkatkan efek samping obat antifolat, seperti pyrimethamine.
- Bila dikonsumsi dengan natrium bikarbonat dapat meningkatkan risiko batu ginjal.
- Meningkatkan kadar obat ciclosporin dalam darah.
- Bila dikonsumsi dengan obat aspirin dosis tinggi dapat meningkatkan risiko anoreksia, asidosis, koma bahkan kematian.
Perhatian
Hipersensitivitas (riwayat reaksi alergi) terhadap Acetazolamide dan turunan Sulfonamid. Karena Acetazolamide adalah turunan sulfonamide, sensitivitas silang antara Acetazolamide, sulfonamide dan turunan sulfonamide lainnya mungkin terjadi.
Terapi Acetazolamide tidak dianjurkan digunakan dalam situasi di mana kadar serum natrium dan / atau kalium darah menurun seperti yang terjadi pada kasus penyakit ginjal atau hati. Penggunaan obat ini tidak dianjurkan pada pasien dengan sirosis (gagal hati) karena berisiko menyebabkan gangguan mental akibat kerusakan hati yang dikenal dengan istilah ensefalopati hati.
Walaupun Acetazolamide digunakan untuk mengobati penyakit Glaucoma, tetapi pemberian jangka panjang Acetazolamide tidak dianjurkan pada pasien dengan glaukoma sudut tertutup kronis.
Pemberian Acetazolamide pada wanita hamil yang diberikan secara oral atau parenteral, telah terbukti teratogenik (menyebabkan cacat pada anggota badan) pada tikus, hamster dan kelinci. Walaupun pada wanita hamil belum ada cukup penelitian yang membuktikan penggunaan obat ini menyebabkan cacat pada janin, penggunaan Acetazolamide harus digunakan pada kehamilan hanya jika manfaatnya lebih besar daripada efek samping yang akan ditimbulkannya.