Vitamin D dikenal sebagai vitamin penguat tulang dan gigi. Hal ini dikarenakan vitamin D memiliki peran utama untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi, sehingga Anda dapat terhindar dari risiko osteoporosis dini. Sebaliknya, akibat kekurangan vitamin D bisa membuat tulang gampang keropos hingga menimbulkan efek buruk lainnya, baik pada bayi, anak-anak, hingga orang dewasa.
Kenapa seseorang bisa kekurangan vitamin D?
Tubuh membutuhkan asupan vitamin, mineral, dan nutrisi penting untuk membuat tubuh jadi sehat dan mampu beraktivitas dengan maksimal. Setiap jenis vitamin memiliki fungsi yang berbeda-beda, tapi semuanya bekerja bersama-sama untuk membuat tubuh Anda lebih sehat setiap hari.
Vitamin D adalah satu jenis vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Memenuhi kebutuhan vitamin D setiap hari dapat membantu menjaga kesehatan tulang dan gigi, sehingga risiko osteoporisis bisa diminimalisir sedini mungkin.
Anda dapat memenuhi kebutuhan vitamin D dari berbagai makanan atau lebih mudahnya lagi berjemur di bawah sinar matahari pagi. Meski mudah didapatkan, namun faktanya masih banyak orang yang mengalami kekurangan vitamin D.
Defisiensi vitamin D bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kurang mengonsumsi makanan sumber vitamin D, jarang terpapar sinar matahari pagi, hingga obesitas.
Akibat kekurangan vitamin D pada bayi dan anak
Masalah defisiensi vitamin D bukanlah hal yang sepele. Pasalnya, kondisi ini tidak hanya rentan dialami oleh orang dewasa saja, tapi juga bisa terjadi pada bayi, anak-anak, dan juga remaja.
Terkadang, tubuh tidak menunjukkan gejala tertentu ketika mengalami defisiensi vitamin D dalam kategori ringan. Namun, jika terjadi kekurangan vitamin D yang cukup parah, maka tubuh akan mengalami gangguan.
Gangguan yang ditimbulkan bahkan bisa lebih parah pada bayi dan anak-anak. Selain karena tubuhnya lebih rentan, bayi dan anak-anak juga masih dalam tahap pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan vitamin yang cukup.
Berikut ini akibat kekurangan vitamin D pada bayi dan anak-anak, antara lain:
- Masalah tumbuh kembang, baik dari segi tinggi maupun berat badan
- Rakitis
- Keterlambatan pertumbuhan gigi
- Perubahan mood dan emosi
- Rentan terkena infeksi
- Otot jantung melemah
Baca Juga: 8 Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin D
Dampak kekurangan vitamin D pada orang dewasa
Selain pada bayi dan anak-anak, defisiensi vitamin D juga bisa dialami oleh orang dewasa. Dampak kekurangan vitamin D pada orang dewasa kerap memicu gangguan seperti berikut ini:
1. Demensia
Orang yang mengalami defisiensi vitamin D diketahui berisiko 2 kali lebih besar terkena demensia. Penyakit yang menyerang sel saraf otak ini bisa membuat penderitanya jadi pikun, susah fokus, sulit memahami sesuatu, hingga berhalusinasi.
Tak hanya itu, orang yang asupan vitamin D-nya kurang juga lebih berisiko mengalami penyakit Alzheimer.
2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang memiliki gejala berupa halusinasi, bicara ngawur, dan tidak suka berbaur dengan orang lain. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 menemukan bahwa orang-orang yang kekurangan vitamin D cenderung berisiko tinggi mengalami skizofrenia.
Baca Selengkapnya: 9 Mitos dan Fakta Skizofrenia
3. Penyakit jantung
Penyakit jantung adalah salah satu penyakit mematikan yang dapat disebabkan oleh konsumsi makanan berlemak dan kolesterol tinggi. Tahukah Anda bahwa penyakit ini ternyata juga bisa terjadi bila tubuh kekurangan vitamin D., lho!
Ya, vitamin D yang tidak cukup dalam tubuh dapat meningkatkan risiko terkena sakit jantung. Bahkan ditemukan pula sekitar 70% pasien kanker yang mengalami kekurangan vitamin D.
Melihat hal tersebut, maka sudah bisa dipahami bahwa akibat kekurangan vitamin D itu sangat berbahaya. Oleh karena itu, pastikan untuk memperbanyak makan makanan sumber vitamin D tinggi untuk mencegah defisiensi vitamin ini.
Baca Juga: 10 Sumber Makanan yang Mengandung Vitamin D Terbaik
Bila ingin yang lebih praktis, cobalah rutin berjemur di pagi hari selama 10-15 menit. Minum suplemen juga dapat dilakukan untuk mencegah akibat kekurangan vitamin D, tapi sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter agar lebih aman.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.