Albiglutide merupakan salah satu obat yang digunakan pada penderita diabetes tipe 2. Albiglutide termasuk golongan GLP-1 agonist ( Glucagon Peptide-1 agonist ). Obat ini sangat ampuh dalam menurunkan kadar gula darah tinggi pada penderita diabetes.
Albiglutide diberikan secara injeksi dengan dosis yang ditentukan. Sayangnya obat albiglutide sudah dihentikan produksinya setelah pada tahun 2017 ditemukan hasil riset bahwa obat ini dapat beresiko menimbulkan penyakit kanker tiroid.
Mengenai Diabetes tipe-2
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang sering kta temui di dalam kehidupan kita. Gaya hidup dan pola makan yang tidak benar memudahkan terjadinya peningkatan gula darah di dalam tubuh dan sangat sulit disembuhkan. Penyakit diabetes melitus tipe 2 ini banyak dialami pada usia remaja hingga orang dewasa.
Berbeda dengan diabetes melitus tipe 1, pada diabetes melitus tipe 1 ini disebabkan oleh kelainan autominun yang muncul sejak lahir dimana tubuh anda tidak dapat memproduksi autoimun yang cukup sehingga memerlukan suntikan insulin sepanjang hidup.
Faktor genetik mempengaruhi kondisi ini sehingga perlu dibedakan dengan diabetes melitus tipe 2.
Saat diabetes melitus tipe 2 terjadi, tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk melawan kadar gula darah yang tinggi sehingga terjadi penumpukan glukosa pada aliran darah.
Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti obesitas, pola konsumsi makanan manis, olahraga yang kurang, dan aktivitas fisik yang minim
Gejala diabetes melitus tipe 2 antara lain:
- Sering buang air kecil
- Sering lapar
- Sering haus
- Cepat lelah
- Massa otot berkurang
- Berat badan menurun
- Pandangan kabur
Diabetes melitus tipe 2 pada ibu hamil juga sangat berbahaya karena menimbulkan komplikasi pada pemeliharan janin dan kelahiran bayi.
Obat golongan GLP-1 agonis merupakan jenis hormon yang dihasilkan oleh saluran pencernaan dan mengatue kadar gula darah dengan merangsang sekresi insulin. Insulin yang dirangsang dapat menekan pengeluaran glukagon di dalam tubuh.
GLP-1 agonist memiliki dampak baik dalam mengontrol peningkatan gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Waktu yang dimiliki GP-1 agonist seperti pada obat albiglutide ini sangatlah singkat, sehingga obat tersebut bereaksi lebih cepat pada pankreas untuk meningkatkan sekresi insulin dan massa sel beta sehingga dapat menurunkan kadar glukagon yang mencetus pada peningkatan gula darah.
Dosis pemberian obat Albiglutide
Obat albiglutide tersedia dalam dosis 30 miligram hingga 50 miligram yang diberikan melalui injeksi dengan alat dan jarum yang sudah disediakan dan diberikan selama seminggu sekali.
Suntikan albiglutide disimpan dalam lemari atau wadah pendingin dengan suhu sekitar 2 hingga 7 derajat selsius selam tanggal kadaluarsa yang tercantum. Tidak disarankan untuk ditaruh di dalam freezer karena dapat merusak efektifitas obat.
Obat albiglutide hanya diberikan pada penderita diabetes melitus tipe 2 dan bukan sebagai terapi utama pada pednerita diabetes yang tidak mengikuti anjuran pola makan dan aktivitas fisik yang memadai sebagai perbaikan pola hidup untuk mencegah peningkatan gula darah yang semakin meningkat.
Beberapa efek samping yang dapat muncul selama penggunaan obat albiglutide antara lain:
- Reaksi alergi sekitar kulit
- Nyeri otot
- Nyeri di area suntikan obat
- Batuk ringan hingga berat
- Gejala sistem pencernaan seperti mual muntah dan nyeri perut
- Munculnya gejala pankreatitis seperti nyeri punggung, nyeri perut, dan bercak merah di sekitar perut.
- Penurunan gula darah yang drastis pada overdosis obat dengan gejala kepala pusing, denyut jantung meningkat, napas cepat, dan rasa lapar.
- Infeksi saluran napas atas seperti gejala influenza dan sinusitis
Sejak bulan Juli 2018 hingga saat ini, produksi obat albigluride dihentikan oleh salah satu perusahaan obat karena telah ditemukan adanya peningkatan resiko kanker tiroid dari hasil eksperimen.
Penggunaan albiglutide sangat tidak dianjurkan pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan riwayat gangguan neoplasma endokrin karena berdampak pada peningkatan resiko terjadinya kanker tiroid yang menimbulkan gejala seperti kesulitan menelan, sulit bernapas, muncul pembengkakan di leher, dan suara serak.