Anemia aplastik adalah gangguan darah langka yang bisa menyerang pria maupun wanita di segala usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Penyakit ini terjadi ketika sumsum tulang tidak bisa memproduksi cukup darah, meliputi sel darah merah, sel darah putih, hingga trombosit. Gejala anemia aplastik bisa terus berkembang jika penyakitnya tidak segera ditangani.
Penyebab anemia aplastik
Anemia aplastik termasuk kelainan darah yang diakibatkan oleh penyakit imun. Dilihat dari penyebabnya, ada 2 jenis anemia aplastik, yaitu:
1. Paparan langsung (acquired aplastic anemia)
Jenis anemia aplastik ini kerap ditemukan pada orang dewasa yang sistem imunnya bermasalah. Akibatnya, tubuhnya lebih rentan terkena paparan langsung dari virus HIV, bahan kimia beracun, obat tertentu, hinga tindakan medis seperti kemoterapi dan radiasi.
2. Faktor turunan atau bawaan (inherited aplastic anemia)
Sesuai dengan namanya, anemia aplastik turunan dipicu oleh kelainan genetik bawaan dan sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Penderita anemia aplastik jenis ini berisiko menderita leukemia dan jenis kanker lainnya.
Tanda dan gejala anemia aplastik
Gejala anemia aplastik yang muncul tergantung dari jenis sel darah yang terdampak. Gejala yang terlihat saat jumlah sel darah merah berkurang adalah:
- Kelelahan
- Sesak napas
- Pusing
- Kulit pucat
- Sakit dada
- Detak jantung tidak teratur
Sementara itu, jika produksi sel darah putih yang berkurang, maka penderita akan mudah mengalami infeksi dan demam. Sedangkan jika yang berkurang adalah trombostinya, maka tubuh penderita akan lebih mudah memar, sering alami perdarahan, dan mimisan.
Baca Selengkapnya: Ciri-Ciri Anemia Aplastik Berdasarkan Jenisnya
Cara mengobati anemia aplastik
Meski sama-sama menyebabkan kulit pucat, gemetaran, hingga sering musing, setiap jenis anemia memiliki cara pengobatan yang berbeda-beda. Karena itulah, Anda harus tahu dulu jenis anemia mana yang dialami untuk menentukan tahap perawatan selanjutnya.
Guna mendiagnosis anemia aplastik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu tes darah dan biopsi sumsum tulang. Jika ditemukan anemia aplastik ringan, maka dokter cukup melakukan observasi. Namun bila cukup parah, maka pemberian obat-obatan sampai transfusi darah perlu dilakukan.
Lebih jelasnya, berikut ini berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengobati anemia aplastik, antara lain:
1. Transfusi darah
Transfusi darah tidak bisa menyembuhkan penyakit, tapi setidaknya bisa membatnu meringankan gejala-gejala anemia aplastik. Prosedur medis ini juga mampu menyediakan sel-sel darah yang tidak mampu diproduksi oleh sumsum tulang Anda.
2. Transplantasi sel induk
Trasplantasi sel induk, atau yang sering disebut dengan stem cell, berfungsi untuk menyusun kembali sumsum tulang dengan bantuan sel induk dari donor. Metode ini bisa saja menjadi satu-satunya pilihan pengobatan untuk penderita anemia aplastik berat.
Baca Juga: Transplantasi Sel Induk Dapat Menjadi Harapan Penderita HIV
3. Imunosupresan
Imunosupresan bekerja dengan cara menekan fungsi sistem kekebalan tubuh. Prosedur pemberian obat ini umumnya dilakukan untuk orang-orang yang tidak mampu menjalani transplantasi sel induk karena memiliki kelainan autoimun.
4. Kortikosteroid
Obat kortikosteroid sering kali dipakai bersamaan dengan imunosupresan. Kombinasi keduanya ternyata sangat efektif untuk mengobati anemia aplastik. Kunci terpentingnya adalah minum obat kortikosteroid secara rutin untuk mencegah risiko anemia aplastik kembali lagi.
5. Stimulan sumsum tulang
Stimulan dan obat-obatan tertentu juga dapat merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah baru.
6. Antibiotik dan anti-virus
Anemia aplastik diam-diam bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh. Ini karena anemia aplastik dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang bertugas melawan virus atau bakteri. Akibatnya, tubuh Anda lebih rentan terkena infeksi.
Guna mengatasinya, dokter dapat memberikan antibiotik dan antivirus untuk melawan infeksi dalam tubuh.
Baca Selengkapnya: Macam-Macam Anemia dan Pengobatannya
Anemia aplastik yang diakibatkan oleh radiasi dan kemoterapi karena pengobatan kanker umumnya akan membaik setelah perawatan selesai. Begitu juga dengan anemia aplastik karena pengaruh obat-obatan tertentu, kondisi ini bisa hilang setelah pengobatan berhenti.
Penderita anemia aplastik sebaiknya menghindari olahraga yang memerlukan kontak fisik atau rentan memicu cedera dan perdarahan. Selain itu, pasien juga harus lebih sering cuci tangan, melakukan vaksin flu setiap tahun, dan menghindari tempat-tempat ramai.
Semua itu bertujuan agar pasien terhindar dari risiko ketularan infeksi dari orang-orang di sekitar. Yang tak kalah penting, rutinlah berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan anemia aplastik yang sesuai dengan kondisi Anda.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.