Kasus bayi meninggal dalam kandungan (stillbirth) sering kali disalahartikan dengan keguguran. Meskipun sama-sama berarti janin sudah mati sebelum dilahirkan, tapi kedua kondisi tersebut memiliki perbedaan yang dilihat dari usia berapa janin tersebut meninggal.
Ibu hamil dikatakan mengalami keguguran jika kematian janin terjadi saat usia kandungan belum mencapai usia 20 minggu. Jika lebih dari itu, maka kematian janin dalam kandungan disebut dengan Intrauterine Fetal Death (IUFD).
Apa penyebab bayi meninggal dalam kandungan?
Intrauterine Fetal Death (IUFD) atau bayi meninggal dalam kandungan adalah kasus kematian janin ketika sudah mencapai berat lebih dari 350 gram dan berusia 20-28 minggu lebih dalam kandungan.
Bayi dikatakan lahir mati atau stillbirth bila mengalami tanda-tanda berikut:
- Tidak adanya tanda kehidupan
- Tidak bernapas
- Tak ada detak jantung
- Tidak ada pergerakan tubuh
Kasus kematian bayi dalam kandungan bisa diakibatkan oleh banyak faktor. Berikut beberapa penyebab bayi meninggal dalam kandungan, antara lain:
1. Faktor plasenta
Plasenta berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi penting yang dibutuhkan janin selama dalam kandungan. Jika kondisi plasenta tidak dapat berfungsi dengan baik, maka hal ini bisa menyebabkan janin tidak berkembang sempurna dalam kandungan atau disebut dengan Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Komplikasi kehamilan ini dapat memicu kematian bayi dalam kandungan.
Baca Selengkapnya: Kenali Gejala Growth Retardation Pada Kehamilan
2. Cacat genetik
Cacat genetik juga bisa menjadi penyebab bayi meninggal dalam kandungan. Salah satunya cacat akibat kelainan kromosom yang membuat organ vital janin, seperti otak dan jantung, tidak berfungsi dengan baik.
3. Pendarahan
Para wanita perlu waspada jika mengalami pendarahan saat hamil. Meski beberapa di antaranya termasuk normal, pendarahan yang tergolong berat selama kehamilan dapat menyebabkan janin mati dalam kandungan.
Salah satu penyebab perdarahan saat hamil adalah plasenta sudah mulai terpisah dan meluruh dari rahim sebelum persalinan. Istilah medisnya disebut dengan abrupsi plasenta (placental abruption).
Baca Selengkapnya: Perdarahan Saat Hamil, Mana yang Normal dan Perlu Diwaspadai?
4. Kesehatan ibu hamil
Wanita wajib menjaga kesehatannya sejak awal menyadari dirinya sedang hamil. Pasalnya, apa pun yang terjadi pada dirinya akan memberikan dampak pada bayi dalam kandungannya.
Risiko bayi meninggal dalam kandungan bisa meningkat jika ibu hamil memiliki kondisi berikut:
- Hipertensi
- Diabetes
- Penyakit autoimun
- Kurang gizi
- Infeksi bakteri sptreptokokus grup B
- Listeriosis
- Toksoplasmosis
- Rubella
- Malaria
- Sifilis
- HIV
- Preeklamsia yang mengurangi aliran darah ke janin melalui plasenta
Jika Anda memiliki riwayat atau sedang mengalami salah satu kondisi di atas, segera konsultasikan dengan dokter kandungan Anda.
5. Usia dan gaya hidup
Faktor usia dan gaya hidup ternyata juga dapat memicu terjadinya IUFD alias kematian bayi dalam kandungan. Faktor risikonya meliputi:
- Ibu hamil berusia kurang dari 15 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Ibu hamil mengalami obesitas
- Ibu hamil mengonsumsi minuman beralkohol
- Ibu hamil punya kebiasaan merokok saat hamil. Hal ini dapat mengurangi suplai oksigen ke janin dan membatasi pertumbuhan janin.
6. Kombinasi dari sejumlah gangguan
Selain faktor tunggal di atas, bayi meninggal dalam kandungan juga bisa terajdi karena kombinasi dari beberapa gangguan tersebut. Bisa karena ibu hamil memiliki riwayat kesehatan tertentu, gaya hidupnya tidak sehat, ditambah lagi dengan gangguan plasenta.
Cara menangani kasus bayi meninggal dalam kandungan
Untuk mengetahui penyebab kematian janin dalam kandungan, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan medis terhadap ibu hamil. Pemeriksaan tersebut meliputi:
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan darah ibu
- USG
- Pemeriksaan plasenta
- Pemeriksaan genetik janin
- Post mortem atau autopsi bayi
- Pemberian obat-obatan pada ibu, untuk mengatasi pendarahan vagina dan menghentikan produksi ASI
Jika kasus keguguran biasanya diatasi dengan kuretase atau pengeluaran janin yang sudah meninggal dari rahim, kasus IUFD tidak demikian. Untuk menangani bayi meninggal dalam kandungan karena IUFD, dokter akan melakukan sejumlah langkah berikut:
- Persalinan induksi atau alami
- Proses persalinan dapat ditunda 1-2 hari untuk menunggu proses persalinan alami
- Jika kesehatan ibu berisiko, janin harus segera dikeluarkan
- Operasi caesar, walau jarang terjadi
- Jika salah satu bayi kembar dalam kandungan mengalami IUFD, maka kehamilan akan dipertahankan sampai tiba waktu persalinan yang disarankan oleh dokter
Yang harus dilakukan untuk mencegah bayi meninggal dalam kandungan
Beberapa kasus IUFD tidak bisa dicegah. Namun jangan khawatir, sebab risiko bayi meninggal dalam kandungan bisa dikurangi dengan langkah yang tepat.
Berikut ini sejumlah cara yang bisa dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi risiko bayi meninggal dalam kandungan, di antaranya:
- Tidak merokok saat hamil
- Menghindari minuman beralkohol dan obat-obatan berbahaya selama masa kehamilan
- Tidak tidur terlentang saat kehamilan memasuki usia 28 minggu atau lebih
- Memeriksakan kehamilan secara rutin pada dokter kandungan atau bidan
Baca Juga: Makanan Penguat Kandungan untuk Cegah Keguguran
Meskipun tidak 100% bisa mencegah bayi meninggal dalam kandungan, langkah-langkah di atas setidaknya bisa membantu menjaga kesehatan ibu hamil dan bayi dalam kandungan. Jika Anda termasuk ibu hamil berisiko dan khawatir dengan potensi IUFD, segera konsultasi ke dokter kandungan agar bisa dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.